Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #25

Pertandingan Basket 2

Arjuna dan sahabat-sahabatnya melangkah gontai kembali ke kursi panjang mereka. Babak kedua baru saja berakhir, sama dengan babak pertama kekalahan berada di pihak mereka. Sekarang mereka punya jeda babak untuk melanjutkan ke babak ketiga selama lima belas menit.

Satu pertandingan bola basket dibagi menjadi empat babak atau kuarter dengan durasi masing-masing kuarter adalah 10 menit (FIBA) dan 12 menit (NBA). Di antara kuarter 1 dan 2 serta kuarter 3 dan 4 ada waktu istirahat selama dua menit (FIBA), sementara di kompetisi NBA adalah 130 detik. Untuk waktu istirahat antara kuarter dua dan tiga adalah 15 menit atau biasa disebut dengan half time atau jeda babak.

"Sorry, Van." Zain menepuk pundak Vano yang melangkah menghampiri mereka. Vano terlihat lemas jelas karena mengingat nasib pedih perjalanan cintanya yang mungkin harus berakhir di Sabtu siang ini. Arjun dan yang lain mengikuti menepuk pundak atau lengan Vano saat cowok itu melemparkan pandangan kosong pada Irene yang berada di kursi penonton.

"Ahh, resek. Alder terus jaga gue," Arjun menggerutu kesal bersamaan dengan kemunculan Suheni kembali untuk memberikan sang Arjuna semangat.

"Minum dulu." Gadis itu menyodorkan botol air mineral di tangannya kepada Arjuna yang tengah berbincang bersama rekan setimnya sambil melap keringat. Sahabat-sahabat Arjun menatap hal itu begitu juga beberapa anak fakultas hukum yang menonton pertandingan ini. Beberapa tampak berbisik-bisik saat melihat Suheni meraih handuk kecil di tangan Arjun dan beralih menyeka lembut keringat di kening Arjun.

"Ini karena Saka nggak ada sih," celetuk Devano, "Coba kalau Saka ada." Keempat cowok itu termasuk Vano menghela nafas panjang. Saka memang seperti jimat keberuntungan bagi mereka. Bukan dalam artian magis, teriakan kencang dan semangat cewek itu untuk mendukung mereka diluar lapangan bagai bensin yang menyiram api. Membuatnya berkobar lebih besar lagi.

"Sekarang Saka sedang ngapain, ya?" Arjun termangu sejenak saat pernyataan itu keluar dari bibir Alfandy.

Suara peluit pendek dari wasit membuat kedua tim itu bangkit dari posisi mereka termasuk Arjun dan para sahabatnya. "Karena mereka ngejarnya ke gue, gue bakal kasih tiap bola di dekat three points ke lo, Al langsung shoot aja masuk nggak masuk. Yang lain memastikan shoot Alfandy masuk." Semuanya mengangguk paham. Setelah menyatukan telapak tangan mereka melangkah kembali memasuki lapangan.

"Cayo, Arjun! Semangat!" Pekikan Suheni terdengar antusias. Arjun menganggukkan kepalanya dengan senyum lebar.

***

Plak! Suara pukulan penggaris kayu terasa keras menghantam gendang telinga Saka yang tengah asyik tertidur di meja perpustakaan. Dia menyaris melompat dan menemukan Bu Pur, penjaga perpustakaan menatapnya tajam.

"Kamu ini ke perpustakaan mau tidur atau membaca?"

Saka ingin menjawab membaca sambil tiduran, tapi dia sendiri sedang dalam mode malas berdebat. Bu Pur pasti menyemprotnya karena alasan aneh dari bibirnya.

"Sorry, Bu. Soalnya kurang tidur semalam karena ngerjain tugas kampus," dusta Saka.

"Ya, sudah sekali lagi jangan diulangi, apalagi sampai menggunakan buku sebagai bantal kamu. Iler kamu bisa nempel di sana dan kalau itu terjadi kamu wajib mengganti dengan buku baru berjudul yang sama."

"Iya, Bu. Maaf." Sekali lagi Saka malas berdebat bahwa dia tidak ileran. Dibiarkannya Bu Pur beranjak mengelilingi perpustakaan kembali ketika tanpa sengaja mata Saka mengarah menatap jam di dinding perpustakaan yang telah menunjukkan pukul sebelas lebih lima menit. Sial. Dia melewatkan waktu pertandingan basket. Vano dan yang lain pasti kesal padanya. Saka menyambar buku di atas meja dan memasukkannya kembali ke rak buku sebelum menarik tas ranselnya dan berlari keluar perpustakaan.

Lantai perpustakaan kampus ada empat lantai. Seluruhnya menggunakan tangga sebagai alat untuk menuju ke setiap lantai, ada sih sebuah lift khusus, namun hanya digunakan pimpinan perpustakaan dan pegawai perpustakaan saat membawa keranjang dorong berisi buku-buku baru atau buku-buku lama yang memerlukan perawatan. Ruang teratas berisi buku-buku skripsi doktoral dan kantor pimpinan perpustakaan. Saka berada di lantai tiga tempat buku-buku humaniora dan kemasyarakatan serta segala buku ekonomi berada.

Dia harus menuruni lantai-lantai itu dengan anak tangga. Saat menuruni satu demi satu anak tangga itu, tanpa diundang kenangannya bersama Arjun saat berlari menuruni anak tangga menyusup masuk memenuhi labirin otaknya seperti saat tadi dia berniat menghabiskan waktu untuk membaca di perpustakaan ini. Lalu sosok Arjun muncul begitu saja seakan turut duduk di sisinya dan membaca buku bersamanya. Dan saat dia memalingkan kepalanya dan memilih meletakkan kepalanya di atas sebuah buku tebal, untuk mengacuhkan cowok itu, Arjun muncul di sisi wajahnya berada- juga melakukan hal yang sama. Meletakkan buku sebagai alas kepalanya lalu mereka tiduran sambil bertatapan seperti dulu.

"Lo jahat, Arjun. Kalau lo emang udah punya pacar dari satu tahun ini, kenapa lo buat gue berharap? Kenapa lo buat gue berpikir gue berharga buat lo. Kenapa lo PHP in gue? Seharusnya lo bersikap biasa ke gue, seharusnya lo nggak semanis itu sama gue. Seharusnya lo bersikap selayaknya teman ..." Saka terisak. Namun bersyukur karena dia menangis di perpustakaan yang terlihat lengang di Sabtu pagi ini. Andai ada orang yang mendengarnya saat itu, orang itu pasti yakin dia sudah gila. Saka bahkan tidak ingat berapa lama dia menangis dan berakhir jatuh tertidur hingga Bu Pur memergokinya.

Saka tiba di lapangan basket ketika kedudukan fakultas hukum vs fakultas kedokteran telah mencapai nilai 65 : 45 dengan kekalahan di dua babak pertama. Alfandy melempar bola.

"Fandy! Kamu bisa!" Teriakan itu membuat seluruh tim basket fakultas hukum menatap kursi penonton dan menemukan seorang gadis tomboy yang sedang berdiri dan melompat-lompat kegirangan sambil melambaikan tangan pada mereka. Namun sialnya lemparan Alfandy gagal. Devan menyelesaikan dengan sempurna saat seorang pemain fakultas kedokteran tidak menangkap bola yang meluncur di tepi keranjang dengan sempurna. Bola tergelincir jatuh dan kesempatan ini digunakan Devano untuk mencuri si merah bata. Bola masuk dalam jarak dekat. Devano menggantung tubuhnya beberapa saat di ring basket sebelum turun dan memberi tos pada sahabat-sahabatnya. Tawa keempat cowok itu terlihat saat melemparkan pandangan pada Saka yang menyoraki mereka dengan antusiasme paling tinggi.

"Fakultas hukum yang terbaik! Fakultas hukum pasti menang!"

Permainan berlanjut. Penyerangan tim fakultas hukum pada ring basket fakultas kedokteran terus berlanjut. Walau fakultas kedokteran menjaga ketat Arjun, Arjun masih juga bisa mengoper bola ke teman-temannya dan alhasil mereka kembali ke bobolan.

"Vano! I love you!" Saka memekik saat Devano berhasil masukkan bola kembali ke keranjang. Devano tertawa lebar lalu membuat isyarat hati dengan kedua tangan. Tawa lebar Saka terlihat lebih sempurna. Arjun menatap senyum lebar Saka sejenak dengan aneka perasaan. Di sudut lain Alder juga menatap Saka. Tawa lebar gadis itu.

Selanjutnya Alfandy, Devano, Andra, dan Zain bergantian berulang kali memasukkan bola ke keranjang kedokteran. Hingga dalam waktu sepuluh menit pertandingan babak ketiga ditutup dengan skor: 70: 89.

"Saka!" Lambaian tangan ke lima cowok itu termasuk Vano yang tidak ikut bermain meminta Saka turun ke bangku tunggu pemain. Gadis itu menggeleng memilih tetap di tempatnya hingga Devano dan Alfandy menjemputnya ke atas tribun penonton, mau tak mau Saka mengikuti keduanya untuk turun menuju bangku panjang pemain.

Lihat selengkapnya