Suara riuh anak-anak kecil yang tengah bermain dan berkejaran di sebuah gang kecil nan sumpek terlihat di layar handycam.
"Kamera kamu keren, Jun. Siapa yang kasih?"
"Om aku."
"Kamu punya Om? Kok nggak pernah lihat?"
"Aku baru jumpa dia dua kali sih."
"Ehhh, tuh Mama kamu baru pulang, Jun. Diantar Om mu, ya?" Arjun menonton adegan ketika mamanya turun dari sebuah sedan mewah dan mamanya melambaikan tangan. Entah pada siapa. Namun setahunya pria yang memberinya handycam tidak menggunakan mobil seperti itu. Ibu-ibu disekitarnya segera berceloteh.
"Anak masih kecil udah selingkuh."
"Kasihan Arjun kan?"
Arjuna dewasa menelan ludahnya.
"Bukan itu."
"Terus siapa yang ngasih?"
"Papa atau Mama kamu udah pernah ketemu Om itu?"
"Kayaknya sih belum."
"Jangan-jangan penculik anak, Jun."
"Nggak mungkin."
"Tapi kamu harus hati-hati."
Suara itu tertangkap kamera walaupun tanpa sosok yang sedang berbincang. "Vidio in aku, Jun. Aku juga." Suara tiga hingga empat anak laki-laki dan perempuan terdengar berisik.
Tangkapan kamera handycam berputar tak beraturan. "Jangan ditarik-tarik nanti rusak. Eeeh ..., Papa aku pulang, aku balik dulu, ya. Aku janji bakal vidioin kalian besok aja, ya. Daaah."
"Daaah, Arjun!"
***
Hari sudah mulai malam namun suasana Mall Kelapa Gading masih nampak ramai. Seorang pria terduduk di sebuah meja bulat yang ada di dalam sebuah gerai resto. Beberapa buklet bunga menumpuk di atas meja itu dan hanya beberapa meter di luar sana tampak panggung pagelaran busana bertema Wonderful Indonesian yang masih ramai.
Para peragawati dengan aneka busana daerah yang tentunya telah dimodrenisasi telah selesai melenggang di catwalk untuk memamerkan beberapa busana. Pameran busana itu merupakan persembahan dari Verro Daniarta, salah seorang perancang Indonesia yang telah mendunia dan kini memilih tinggal di New York. Saat rencananya bertandang ke Indonesia tercium publik, beberapa pengusaha tekstil Indonesia mendaulatnya untuk melakukan pameran kecil di negaranya sendiri dan itulah yang tengah dia lakukan kini. Animo masyarakat pada pameran itu ternyata cukup tinggi.
Di sesi akhir tadi Verro Daniarta muncul bersama dua anak kecil berusia sepuluh dan delapan tahun, putra putri mereka sebelum dia sendiri muncul dengan sebuket besar bunga mawar kesukaan Verro isterinya itu dan mendapatkan aplause meriah dari para pengunjung termasuk para pengusaha. Setelah memberi sepatah dua patah kata, dia memilih undur diri dan duduk di restoran ini.
Verro terlihat melambaikan tangan dari panggung itu dan pria itu mengangkat telapak tangannya sambil tersenyum senang. Dia benar-benar bahagia untuk semua pencapaian dan keberhasilan yang diperoleh sang isteri selama sebelas tahun hubungan mereka ini. Tapi kenapa harus kembali ke Indonesia ... Jujur pria itu tak senang pada keputusan isterinya itu kali ini.
Indonesia mengingatnya pada masa lalunya ... Sebuah masa yang ingin dia lupakan. Selamanya.
***
Pulang sekolah hari sudah gelap. Gadis manis itu berlari kecil menuju rumah kos Bagas. Rumah kos sahabatnya itu terletak tak jauh dari sekolah. Gadis itu berharap dia bisa tiba di sana sebelum hujan turun sore ini. Dia hanya penasaran karena tak biasanya sahabatnya itu bolos sekolah bahkan tanpa pemberitahuan apa pun padanya. Kira-kira apa gerangan yang terjadi padanya, selain itu dia juga memiliki kepentingan sendiri: mau curhat.
Sayang sebelum gadis itu tiba di kosan sang sahabat, hujan telah mengguyur kota Bandung dengan derasnya. Gadis itu berlari lebih kencang lagi agar bisa tiba lebih cepat lagi ke tujuan.