"Kamu nggak masak lagi?"
"Aku baru pulang."
"Memang kamu kemana?"
"Ketemu teman-teman."
"Ketemu teman-teman? Lagi? Terus kamu ninggalin Arjun lagi ke tetangga? Kalau Arjun hilang diculik gimana?
"Siapa sih yang mau nyulik anak orang nggak punya? Kamu kira kamu itu konglomerat jadi ada orang berpikir buat nyulik anak kamu?" Suara Alina terdengar sewot. Wanita itu melangkah memasuki kamar. Duduk di tepi ranjang murahan yang tidak bisa dibandingkan dengan ranjangnya kala gadis di rumah orang tuanya. Dia membuka sepatu high heels keluaran Prada asli yang dia kenakan lalu melap sepatu berharganya.
"Orang nyulik anak-anak itu bukan hanya buat minta tebusan, Alina. Gimana sih kamu ... Jadi ibu nggak becus banget. Jaga anak nggak bisa, bersihin rumah nggak tahu, masak nggak mampu." Bagas memasuki kamar tidur dan meraih pakaian di dalam lemari. Sejenak dia melirik sang isteri yang tengah sibuk dengan sepatu berharganya. Perasaannya jangan ditanya seberapa dongkolnya. Alina bukannya bergegas memasak makan malam, isterinya itu terlihat santai menatap sepatu mahalnya padahal dia sudah lapar sekali. Tadi siang dia bahkan berhemat untuk tidak membeli makan siang agar bisa membawa uang delapan puluh ribu ke rumah.
"Aku udah bilang beli yang perlu-perlu saja."
"Aku nggak beli. Sepatu mahal gini mana cukup uang yang kamu kasih membelinya," Alina bicara ketus.
"Darimana kamu dapat sepatu semahal itu? Dari Om Danu?" Bagas menatap isterinya tajam. Om Danu adalah salah satu sahabat papa Alina. Dari awal mengenal laki-laki itu, saat mengunjungi rumah Alina dan bertemu dengan pria itu yang juga tengah bertemu papa Alina- Bagas tahu pria itu brengsek bahkan saat melihat Alina ketika mereka masih bersekolah, tatapan pria itu pada Alina begitu buas. Laki-laki tua itu benar-benar tidak tahu malu dan sejujurnya beberapa kali dia telah mendengar bisikan-bisik ibu-ibu tetangganya yang mengosipkan kepergian Alina dengan laki-laki kaya.
Alina menatap malas. Walau menyadari bahwa padangan Bagas pada Om Danu ada benarnya, dia memilih berdusta. Toh dia masih bisa menjaga diri atas rayuan-rayuan Om Danu dan yang terpenting pria itu membantu keuangan mereka tanpa memberitahu keadaannya pada mama atau papanya.
Alina malu pada papa dan mamanya ... Dulu dia dengan sombong menolak ide papanya untuk mengugurkan kandungannya dan melanjutkan sekolah di tempat baru .. di luar negeri kalau perlu, kata papanya setelah mengetahui kehamilannya. Dia bilang dia mencintai Bagas dan mereka akan menikah. Mereka akan punya rumah tangga yang bahagia bukan seperti rumah tangga papa dan mamanya yang bagai neraka.
"Mau kamu kasih makan apa anak saya?!" Alina ingat pekikan papanya saat melihat Bagas membantunya mengepak pakaian-pakaiannya. Bagas bilang dia akan bekerja keras. Apa saja. Alina dan anak mereka akan makan dan baik-baik saja. Lalu Alina ingat dia menambahkan dengan bangga pada papa dan mamanya bahwa: cinta mereka begitu kuat. Itu lebih dari cukup.
Alina ingat papa dan mamanya mencibir kata-katanya dan berkata: Cinta saja nggak cukup untuk membangun sebuah keluarga. Bahwa mereka masih muda dan naif. Bahwa nantinya mereka akan menyadari cinta mereka tidak cukup kuat saat masalah-masalah mendera ...
Dia meremehkan ucapan orang tuanya saat itu. Namun kini dia menyadari semua benar. Dia hanya terlalu sombong untuk lari ke pelukan papa dan mamanya lalu mengadu bahwa mereka terlalu miskin. Mereka bertengkar tentang uang nyaris tiap hari dan itu membuatnya bahkan malas membuka mata saat Bagas masih di rumah.
"Kamu lupa atau pura-pura lupa? Papa aku konglomerat," Alina menjawab ketus.
Bagas bukan lupa. Namun setahunya Alina tak sudi kembali ke rumah orang tuanya. Dia ingat setiap hal tentang Alina bahwa usai pertengkaran hebat di rumah mewahnya setelah sang mama memergoki papanya berselingkuh dengan sang sekertaris, mamanya mengamuk dan meminta berpisah. Kemudian mereka bertengkar berhari-hari tentang harta gono-gini dan perjanjian pra nikah yang memaksa siapa yang berselingkuh melepas seluruh harta yang ada setelah pernikahan. Alina bertanya padanya bagaimana bisa seseorang yang pernah saling mencintai bisa berakhir se-tragis itu.
Lalu papa Alina mencari cara agar dia tidak harus menafkahi mantan isterinya dan tak harus menuruti pernjanjian pra nikah. Menurut cerita Alina papanya menemukan kehidupan lain mamanya. Nggak jauh beda dari papanya, mamanya memiliki kekasih ... bahkan lebih muda dari usia mamanya. Mereka bertengkar dan meneriakkannya di depan Alina. Perseteruan mereka makin hebat. Semua tentang harta gono-gini dan perjanjian pra nikah, tidak tentang Alina.
Alina yang benci opera sabun itu memilih kabur dari rumah. Tentu saja dia tidak bisa menerima Alina di kos-annya. Bu Lenny bakal mengusirnya kalau dia mengizinkan seorang wanita menginap di kamarnya dan ayahnya pasti marah besar. Alina akhirnya menginap di rumah Ira, salah satu teman sekolah mereka.
Ira memiliki seorang kembaran. Saudara laki-laki bernama Ari yang menyukai Alina, hal yang membuat dia jadi cemburu tiap kali melihat cara Ari mendekati Alina dan bagaimana Alina menanggapi hal itu dengan terbuka.
Tak tahan pada kecemburuannya, suatu hari dia memaksakan diri mengungkapkan perasaannya pada Alina: bahwa Alina bukan hanya sahabat di hatinya, dia suka Alina. Cinta tepatnya dan ingin jadi kekasih Alina. Alina menyambutnya. Kedekatan mereka menghasilkan Arjuna ... simpelnya seperti itu.
Bagas menghela nafas lalu melangah keluar kamar karena niatnya mandi. Tubuhnya telah kotor dan kucel setelah bekerja sebagai kuli bangunan amatiran seharian ini yang lebih banyak istirahat daripada bekerja kata para rekannya. Untungnya Bos Edo- mandor proyek bisa makluminya dan tetap mempekerjakan dia sebagai kenek bukan tukang bangunan yang sesungguhnya.