Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #44

Gue Cuma Badut Mampang Dimata Lo

Saka mematut diri di cermin. Sepaket alat makeup yang baru saja dibelikan Tante Kamila ada di hadapannya. Seorang YouTubers terlihat tengah cuap-cuap sambil memamerkan kemampuannya merias diri di layar ponsel Saka yang terletak di hadapan gadis itu. Saka mencoba mengikuti wanita itu. "Untuk kalian yang pemula pertama-tama oleskan foundation di sekujur wajah dan leher kamu."

Foundation keluar cukup banyak ketika Saka memencet tube. Tak mau ambil pusing Saka mengoles semua ke wajah dan lehernya juga lengannya.

"Ingat sister, jangan ketebelan, ya, yang tipis saja sesuai kebiasaan harian kamu saja. Nanti kalau ketebalan malah kamu kurang pede." Saka menatap dirinya, mencoba membenahi alas bedak yang memang terlihat terlalu ketebalan sambil mendumel memaki Arjun. Uhhh, kalau saja bukan karena cowok itu, dia tidak akan berdandan pagi ini.

Semalaman dia menunggu kepulangan Arjun tanpa menghapus rias wajah yang dia peroleh dari grai produk kecantikan yang ada di mall agar bisa memamerkannya pada Arjun. Siapa bilang cuma gadis kedokteran bernama Suheni itu yang bisa cantik. Dia juga cantik. Namun sialnya Arjun malah tidak pulang-pulang. Setelah menanti Arjun hingga ketiduran di sofa depan akhirnya Tante Kamila malah memintanya pulang ke rumah sambil menenangkannya bahwa Arjun baik-baik saja dan kini tengah menuju ke Jakarta bersama temannya dan Tante Kamila menambahkan bahwa dia tidak bisa menginap kali ini karena mungkin teman Arjun butuh menginap dan yah ... kamar tamu di rumah Arjun hanya ada satu.

Jadi dia pulang dengan berat hati sambil membayangkan bagaimana Arjun dan Suheni menghabiskan malam di jok belakang si hitam sambil menunggu pertolongan. Saat-saat seperti itu, dia jadi ingat kejadian ketika dia menumpangi mobil Arjun dan Suheni mencuri satu ciuman dari bibir Arjun. Dia yakin seribu persen Suheni pasti melakukan hal lebih dari itu kemarin malam.

"Arrggghh!" Sial, kenapa juga si hitam harus mogok ... Di kamarnya dia bahkan tak bisa tidur. Setiap mendengar deru mobil dia melongok ke jendela lalu menyadari bahwa itu bukan Arjun. Saka tak tahu kapan di jatuh tertidur lalu pagi tiba-tiba terbit begitu saja dan dia menemukan make up sempurna nya hancur lebur. Uhh, kenapa sih susah banget membuat Arjun menyadari bahwa dia juga cantik dan pantas untuk dicintai.

Saka menghela nafas memikirkan hal itu, tangannya yang tengah melanjutkan ke proses berikutnya memoles bedak lalu lipstik terkulai jatuh. Menghentikan kegiatannya, Saka menatap warna lipstik ketebalan di bibirnya dan sebagian bahkan menggores sudut bibirnya. Apa ada gunanya dia melakukan ini? Pikirnya, toh sebelum berpacaran dengan Suheni saja Arjun tidak tertarik padanya apalagi kini dengan adanya gadis kedokteran itu ....

Uhhh,nasib percintaannya memang mengenaskan. Cinta pertama yang tak dianggap sama sekali.

Drrrtttt .... Pemikiran Saka terganggu saat suara ponselnya berbunyi kencang. Meninggalkan cermin rias yang menyatu dengan lemari pakaiannya, Saka melangkah menuju ke tempat tidurnya menerima telepon.

"Pagi, Sayang. Udah bangun belum?" Suara Tante Kamila terdengar menyapanya ramah. Mengagetkan Saka yang memang tak memperhatikan pemilik panggilan.

"Pagi, Tan. Udah bangun kok."

"Kok nggak ke sini? Arjun demam ..."

"Apa, Tan? Arjun demam?" Saka memekik panik lalu bergegas menuju ke luar kamarnya tanpa memperdulikan ucapan Tante Kamila yang masih juga bicara di seberang sana, tanpa ingat bahwa mungkin saja nanti di rumah Arjun dia akan bertemu dengan Suheni dan menjadi itik buruk rupa dihadapan semua orang yang akan membandingkannya dengan kekasih Arjun itu.

"Iya, karena kehujanan waktu mencoba memperbaiki si hitam. Sekarang Tante lagi sibuk banget. Arjun minta bubur ayam pake telur mata sapi dan perkedel."

Saka tak mendengarkan ucapan Tante Kamila dengan seksama. Kakinya meloncat turun dari ranjang lalu kabur menuju ke rumah Arjun. Sebelum masuk ke rumah dia bersua dengan si hitam yang teronggok di halaman rumah Arjun. Bahkan tidak masuk garasi. Saka memukul kap mesin mobil itu, menendang bannya sebagai protes pada si hitam yang mogok seenaknya dan menyusahkan Arjun. "Itu karena lo nyusahin Arjun!" Pekiknya sebelum kemudian masuk ke rumah Arjun.

"Tante!" Saka berteriak saat memasuki rumah Arjuna tanpa mematikan ponselnya. Mama Arjuna yang tengah di dapur beranjak menuju ke pintu dapur sambil membawa sebuah baskom dan terus melanjutkan kesibukannya mengadon sesuatu di dalam baskom itu tanpa memperhatikan Saka.

"Arjun ada di kamarnya. Kamu temani dia sana." Saka menganggukkan kepalanya sambil berlari menaiki anak tangga, tapi baru beberapa langkah, kakinya terhenti.

"Tante," panggilnya membuat Tante Kamila yang baru beranjak dari ambang pintu dapur mau tak mau kembali menoleh dan kaki ini menatap wajah Saka yang mengejutkan. "Arjun kemarin malam ... pulang dengan teman cewek ..."

Melihat Saka yang nampak ragu-ragu, tawa Tante Kamila terdengar. Ada rona kaget di wajah mama Arjun saat menatap penampilan Saka pagi ini. Jelas ketika dia menelepon gadis itu pasti sedang belajar mendadani diri. "Kenapa? Cemburu, ya?"

Saka memilih tak menjawab pertanyaan itu. Mengibaskan tangannya dia berujar, "Nggak penting juga, Tan. Udah ah, Saka ke atas dulu." Saka menjejakkan satu kakinya ke satu anak tangga ketika suara mama Arjun terdengar:

"Nggak! Semua temannya laki-laki kok. Tuh ada di kamar tamu, kayaknya kemarin Arjun kenalin sebagai anak-anak Mapala gitu. Mereka ada di kamar tamu, sepertinya mereka belum bangun karena baru tiba dini hari tadi." Saka tak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya. Itu artinya Suheni tak ada di rumah ini.

"Thanks, Tan!" Pekiknya sambil melanjutkan menaiki anak tangga menuju kamar Arjun.

"Saka, sebentar!" Saka tak memperdulikan panggilan Tante Kamila. Menghela nafas wanita itu mengangkat bahu. Dia senang bahwa Saka menyukai make up yang dia belikan kemarin, hanya saja dia ingin mengatakan bahwa yang dikenakan Saka pagi ini terlalu tebal dan coretan kepanjangan di sudut bibir Saka karena lipstik harusnya dihapus. Dia sepertinya harus mencari waktu untuk mengajari Saka merias diri. Kamila melangkah kembali ke meja dapur masih dengan membawa baskom yang berisi bahan perkedel, Arjun atau suaminya jelas akan mengatakan hal itu pada Saka saat bertemu gadis itu nanti- pikirnya.

***

Saka baru akan membuka pintu kamar Arjun ketika dia menghentikan geraknya. Arjun memintanya mengetuk pintu itu setiap kali dia akan memasuki kamar Arjun. Sejujurnya Saka benci aturan itu, tapi apa boleh buat ... Dia tak ingin menambah penyakit Arjun yang memang sedang sakit. Menghela nafas Saka mengetuk.

"Masuk, Ma." Suara itu bukan suara Arjun, tapi papa Arjun. Saka membuka pintu itu lambat-lambat dan menemukan Om Satria tengah mengkompres kening Arjun dengan telaten. Jelas sekali teramat menyayangi putra satu-satunya.

"Pagi, Om. Ini Saka, bukan Tante Kamila," Saka menyapa.

"Pagi, Saka," Om Satria membalas tanpa menoleh. Sebentar kemudian pria itu telah menyelesaikan kompresannya. "Ya, udah, Om titip Arjun sama kamu, ya?"

"Iya, Om." Saka mengangguk sementara papa Arjun membereskan baskom dan washlap berisi es yang digunakan untuk mengkompres Arjun yang nampak terlelap. "Udah mendingan, Ka. Tapi Om mau kira-kira lima belasan menit lagi kamu cek suhu tubuh Arjun. Termometer ada di sana."

"Siap, Om." Saka menurunkan suaranya yang meninggi saat mendengar suara desis panjang dari bibir Om Satria untuk memintanya menurunkan suara ketika pria itu menarik selimut di tubuh Arjun agar lebih tinggi. "Sorry, Om," Saka berbisik agar tak mengusik tidur Arjun yang lelap. Saat papa Arjun berlalu dari kamar itu, Saka tengah mencari termometer digital yang dimaksudkan papa Arjun dan menemukan di meja samping ranjang Arjun.

Lihat selengkapnya