Saka tidak bisa tidur walaupun dia memejamkan matanya kini. Suara nafas Charlotte yang teratur dan pelan terdengar jelas di telinganya. Seharusnya semua indah malam ini, tapi tidak. Saint Michael menggantikannya tidur di sisi Arjun, alasan anak kecil yang bertingkah dewasa itu adalah mereka sudah terlalu dewasa untuk tidur berhimpitan, dengan kalimat panjang yang dia katakan berasal dari nasehat-nasehat orang tuanya untuk menjalani hidup dewasa, Saint Michael memaksa dia akhirnya bertukar tempat tidur dengan anak itu. Lalu saat tidur di sisi Arjun anak itu malah berakhir dengan menginterogasi Arjun tentang hubungan mereka. Saka ingat jelas suara pelan anak itu yang bertanya ingin tahu pada Arjun: "Apa kau dan Saka berpacaran?"
"Tentu saja tidak. Kami hanya bersahabat." Ya, Arjun bilang mereka bukan sepasang kekasih, mereka hanya teman. Itu memang kenyataannya. Seharusnya dia tidak terluka, tapi dia terluka. Kenyataan itu melukainya. Apalagi ketidak percayaan anak itu memaksa Arjun harus menunjukkan wajah Suheni-yang ternyata tersimpan di ponsel Arjun.
"Serius?"
"Benaran."
"Aku nggak percaya. Kalian cuma pura-pura di depan kedua orang tua kaliankan agar bisa terus berdekatan?"
"Beneran. Aku dan Saka hanya sahabat. Kekasihku seorang dokter. Kamu mau melihat fotonya?" Arjun menunjukkan layar ponselnya pada bocah itu.
Dulu galeri ponsel Arjun hanya dipenuhi foto-foto wajahnya yang sengaja dia ambil untuk sekedar mengisi waktu luang sambil bermain ponsel Arjun atau sengaja dia kirimi untuk mengganggu waktu lengang Arjun saat mereka tak bersama- sekarang harusnya dia menyadari posisi itu telah diganti Suheni- gadis kedokteran yang cantik itu. Arjun bahkan mungkin telah menghapus foto-fotonya dari galeri ponsel cowok itu. Dan entah kenapa pikiran itu malah membuat dia makin sedih.
Bagai tak cukup untuk menggores hatinya, anak itu memuji kecantikan Suheni, mengatakan berapa sepadannya gadis itu bersanding dengan Atjun. Anak itu bilang Suheni- jelas lebih pintar karena seorang calon dokter, jelas cocok buat Arjun daripada dirinya. Dia ingin protes pada kelancangan Saint saat itu, tapi dia bahkan tak berani untuk protes karena saat itu dia sendiri tengah menangis dalam diam sambil membekap mulutnya agar tak ada yang mendengar isaknya. Dia memilih untuk berpura-pura telah tertidur. Namun sepicing pun sampai saat ini dia tidak bisa memejamkan matanya dan kini dia merasakan rasa haus yang hebat.
Jam telah menunjukkan pukul tiga dini hari ketika Saka mendengar suara pintu terbuka. Membalikkan tubuhnya Saka bisa melihat Arjun keluar dari dalam kamar tidur mendahului dirinya. Setelah menimbang sejenak, Saka memilih menuruni ranjang dan keluar kamar. Dia benar-benar haus, tapi sebelumnya dia harus cuci muka dulu untuk menghapus jejak air mata di wajahnya agar jika dia dan Atjun berpapasan nanti, Arjun tak perlu melihat air matanya. Dimana sekali lagi cowok itu menjadi alasan di baliknya. Andai Arjun tahu itu.
***
"Kebetulan ketemu kamu disini. Kamu belum tidur?" Arjun yang sengaja menuju ke halaman belakang rumah karena melihat sosok bayangan di balik gorden pintu kaca, segera disapa oleh Bagas yang sepertinya juga tak bisa tertidur malam ini.
"Hanya terbangun."
"Bagaimana Michael dan Charlotte? Apa mereka menyusahkanmu?"
"Tidak sama sekali. Mereka sudah tertidur pulas sekali."
"Baguslah kalau begitu."
"Anda mencemaskan mereka?"