Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #64

Ke Dufan

"Saint, kita ini disuruh jagain kalian di rumah. Kita nggak dapat izin buat jalan-jalan. Paham tidak?" Saka menguap dengan malas. Dia belum mandi pagi dan ngantuk masih sangat menyerangnya. Gimana nggak ngantuk kalau semalaman dia bergadang nungguin Arjun pulang, giliran udah pagi harus bangun juga buat dititipin dua bocah ini. Saka menekuk kaki di sofa sementara di hadapannya sebuah film kartun Spongebob disiarkan dan Charlotte terlihat asyik menontonnya.

"Bro Arjun, kita jalan ke Dufan, ya?" Saint memberondong Arjun yang baru saja turun dari lantai atas. Cowok itu baru selesai mandi. Aroma sabun mandi dan cologne yang dia gunakan menyebar mewangikan suasana di lantai bawah.

"Apa? Ke Dufan?"

"Ya, tuh anak terus minta ke Dufan," Saka memberitahukan, "padahal aku udah bilangin kalau kita nggak dapat izin bawa mereka keluar. Kita disuruh jagain mereka di rumah. Nggak juga paham tuh. Keras kepala sih."

"Mandi sana."

"Iya, mandi sana. Bau tau. Perempuan kok bau," Saint menyambung kayak petasan renteng.

"Nggak sadar? Lo lebih bau," Saka menyambut kesal.

"Sorry, ya. Saya udah mandi. Kamu yang belum mandi."

"Walaupun belum mandi, saya itu wangi." Saint meletkan bibir tak percaya dengan gemas Saka mendekati anak itu sambil mengangkat keteknya. Kelakukan Saka disambut teriakan protes Saint yang membuat gadis itu tertawa ngakak.

"Rasain."

"Dasar cewek jadi-jadian."

"Saka mandi sana." Saka manyun saat suara Arjun terdengar memperlakukannya seperti kedua anak di bawah umur ini. Mau tak mau gadis itu melangkah ke pintu menuju ke rumahnya. Baru saja tiba di halaman rumahnya, Saka kembali ke rumah Arjun. Dia melupakan ponselnya. Membuka pintu rumah Arjun kembali, langkah kaki Saka terhenti akibat ucapan pedas Saint:

"Kenapa Brother Arjun mau punya sahabat seperti itu? Cantik nggak, baik juga nggak, berantakan lagi. Harusnya kan kayak siapa itu ... pacar brother Arjun ..."

"Suheni?"

"Ya, tuh. Sister Suheni. Cantik, pintar pasti sopan juga." Mulut Saka menganga. Wah anak itu sudah memanggil Suheni-dengan panggilan sister. Memuji-muji gadis kedokteran itu dan mengatai dia. Benar-benar tidak diajarkan sopan santun.

Arjun terkekeh. "Kita nggak boleh pilih-pilih teman, Saint."

"Tapi Saka itu nggak akan membawa pengaruh baik buatmu." Saka mendengus kesal, masuk seenaknya ke ruang tengah dia lalu mencomot ponselnya yang tergeletak di atas meja kaca tanpa memperdulikan keterkejutan di wajah Saint dan Arjun karena kehadirannya.

"Kalau mau menghina orang, lakukan di depannya biar orang itu punya kesempatan buat membela dirinya." Saka melangkah meninggalkan kedua cowok itu tanpa memperdulikan panggilan Arjun, memaksa cowok itu berlari mengejar Saka.

"Saka, itu tadi ... Saint cuma asal ngomong. Lo taukan Saint masih kecil."

Saka menghembuskan nafas panjang. "Gue nggak marah. Ngabisin energi tau. Gue tau di dunia ini nggak semua orang bakal suka sama gue. Sekarang gue cuma mau mandi. Udah sana balik ke rumah lo, jagain mereka."

"Selesai mandi balik ke rumah, ya? Saint mau ke Dufan."

"Gue malas. Lagian kehadiran gue mungkin malah merusak momen."

"Ngomong apa sih lo? Ngerusak momen apa? Kalau lo nggak ikut itu baru namanya ngerusak momen. Lo wajib ikut. Gue yang minta."

"Tapikan, Tante Verro ..."

"Kita balik sebelum Tante Verro balik. Sekali-kali melanggar aturan nggak apa kan?" Saka menarik ujung bibirnya dengan sinis. Bayangkan seorang Arjun yang selalu mengikuti aturan kini merencanakan untuk melanggar aturan dan janjinya sendiri pada Tante Verro. Dunia memang jungkir balik tadi malam walaupun perasaan cowok itu padanya seperti nggak berubah. Dia hanya seorang sahabat. Tawa Arjun terlihat, "gue yang tanggung jawab. Kapan lagi gue jalan-jalan bareng adek-adek gue kalau nggak sekarang?" Arjun yang baik hati dan suka menabung bahkan tidak membenci adik-adik tirinya setelah yang terjadi selama ini padanya.

Saka menghela nafas. Bayangan sikap ayah kandung Arjun kemarin malam yang kaku dan dingin membayang kembali di benak Saka juga kesedihan di wajah Arjun. Dia ingin menghapus duka itu, tapi Arjun bahkan tidak ingin bicara tentang hal itu.

"Iya deh. Apa sih yang nggak buat .."

"Gue kan? Nyawa lo aja lo bakal kasihkan? Gue udah hapal." Arjun menarik pipi Saka hingga gadis itu berteriak mengasuh kesakitan. Tawa Arjun terlihat. "Cepetan. Gue tungguin dua puluh menit. Nggak lebih." Arjun beranjak kembali ke rumahnya dengan senyum senang, sementara sambil mengelus pipinya yang sakit- Saka juga tersenyum dan tak lepas menatap Arjun hingga cowok itu hilang di balik pintu rumahnya.

***

Dan disinilah mereka. Setelah menaiki bianglala dan komedi putar, Saka terjebak pada tantangan Saint untuk memegangkan permainan lempar bola ke pin billiar. Dan akhirnya gagal. Tawa Saint terlihat lebar mengejeknya, tanpa peduli pembelaan dirinya bahwa dia hanya sedang tidak fokus. Coba kalau fokus semua hadiah yang terpajang di gerai lempar bola itu akan habis dia babat. Ucapannya malah makin membuat Saint mengejeknya.

Dia gantian mengajukan tantangan untuk menaiki wahana yang menguji adrenalin. Histeria. Namun anak itu gagal pada batas tinggi minimal. Akhirnya anak itu mengajak menaiki Halilintar. Dengan percaya diri yang tinggi Saint malah mengajak Saka menaiki anjungan ikonik dari Dufan itu. Sementara Arjuna bersama Charlotte menanti mereka di bawah.

Hanya lima menit, Saka menguatkan diri, dia tidak mau kalah dengan bocah laki-laki yang keras kepala dan sombong ini. Mau taruh dimana harga dirinya? Dia tidak akan membiarkan bocah ini menginjak-injak harga dirinya lagi. Apa anak itu bilang tadi? Dia tidak cantik, tidak juga baik, cuma berantakan? Eh, dia akan menunjukkan satu hal tentang seorang Saka Putri pada bocah itu: Saka Putri yang pemberani.

Saka dan Saint duduk berdampingan. Wahana itu tidak terlalu menegangkan pada menit pertama. Sepertinya ini kali pertama Saint menaiki wahana ini. Dia masuk pada batas ketinggian minimal walau anak itu berkata dia sudah pernah menaiki wahana ini di world Disney New York. Saka berharap anak ini kapok menantangnya selepas menaiki permainan ini.

Saint masih bisa tertawa saat wahana ini berjalan perlahan ke atas dan memamerkan keindahan kota untuk sepersekian detik sebelum kecepatan berubah kencang menghujam ke bawah dan meliuk-liuk dengan gila. Saka dan Saint berteriak sekuat tenaga. Kepala mereka terhempas ke kiri dan ke kanan. Saat itu Saka bahkan masih sempat melihat Arjun disibukkan oleh ponsel cowok itu. Dari Suheni-kah? Apa yang dikatakan Arjun pada gadis itu? Saka menebak-nebak.

Akhirnya wahana Halilintar berhenti juga. Perutnya terasa mual. Namun Saka menahan diri. Gengsi dong dia kalah pada anak umur sembilan tahun yang keras kepala ini. Namun saat Saint akhirnya muntah, Saka tak juga terlihat senang. Arjun segera memijat-mijat pundak Saint dan menjulurkan air mineral demi meminimalisir rasa mual di perut anak laki-laki itu.

"Ayo, naik." Arjun membungkukkan badannya di hadapan bocah laki-laki itu.

Lihat selengkapnya