"Ayo, Saka- Charlotte." Arjun mengingatkan kedua wanita yang dia rasa berjalan terlalu lambat itu. Keempatnya berlari di sepanjang lapangan parkir hotel. Tante Verro tadi telah tiba di rumah Arjun, mengetahui mereka tidak ada di rumah- rasa kecewa jelas terdengar di suara wanita itu. Masih untung Tante Verro tidak memarahinya dan Saka. Mereka berjanji akan segera tiba dalam waktu sejam di rumah, tapi belum berlalu lima menit dari mereka mengakhiri pembicaraan dengan Tante Verro, wanita itu menelpon Arjun lagi dan meminta mereka segera menuju ke hotel.
"Kita bertemu di sana. Cepatlah. Om sudah dalam perjalanan pulang ke hotel. Dia bilang tiga puluh menit lagi dia tiba di hotel. Tante tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya. Tante tidak suka pertengkaran, Arjun jadi tolong cepatlah bawa Saint dan Charlotte ke hotel. Kita bertemu disana."
Arjun dan Saint berlari lebih cepat, di belakang mereka ada Saka dan Charlotte. Keempatnya bergegas menuju lift yang saat itu tengah membuka. "Tolong tahan liftnya!" Arjun memekik keras dan untungnya salah seorang pengguna lift sudi menahan pintu lift buat mereka agar tetap membuka. Menanti Saka dan Charlotte, Arjun mengambil alih menekan tombol terbuka di dinding luar lift hingga Saka dan Charlotte tiba di lift dan masuk bersama Saint.
Lift hotel terasa sedikit sesak setelah keberadaan mereka. Berhimpitan dengan tamu hotel lainnya, Saka mencoba lindungi Charlotte dari para tamu dewasa hotel yang tadinya mendesak Charlotte hingga gadis kecil itu terlihat tak nyaman, memindahkan posisi gadis itu ke sisi dinding lift hingga hanya berdampingan dengan dirinya saja. Kini posisi Saka lah yang merapat pada pria tamu hotel itu.
Arjun melirik hal itu sejenak dari tempatnya, menatap sang pria yang menatap Saka intens dan tanpa putus, mungkin karena kaos putih yang dikenakan Saka melilit ketat di tubuhnya. Menyaksikan hal itu, Arjun segera bergeser mendekati Saka, membuat protesan dan lototan mata pria itu tertuju pada Arjun. Arjun memilih tak perduli. Lengannya terjulur ke dinding lift, mengungkung Saka- memastikan keamanan gadis itu.
Saka menatap wajah Arjun lekat-lekat. Mereka berhadapan dengan posisi yang nyaris tanpa jarak. Kedekatan itu jelas membuatnya bisa menghirup aroma tubuh Arjun yang menimbulkan sensasi mendebarkan di dadanya. Sikap posesif Arjun jelas membuat Saka tak bisa menyembunyikan senyumnya.
"Kenapa tersenyum?"
"Kau takut ada orang usil yang akan menggodakukan?" Senyum Saka tersibak lebar sambil melirik lengan Arjun yang terjulur di dinding lift. "Sayang banget, ya sama Saka ... Aduh .. so sweet banget." Saka menarik dua pipi Arjun, tanpa perduli lirikan mata si pria tamu hotel yang menatap keduanya.
"Saka, sakit tau," protes Arjun disambut Saka dengan tawa lebar. Cantik.
"Ge-er. Siapa bilang aku mau melindungimu, aku cuma mau melindungi adikku yang cantik ini." Arjun beralih menatap wajah manis Charlotte dan membelai rambut coklat gadis kecil itu. Tepat saat lift berhenti dan pintunya membuka. "Minggir dikit sana. Jangan dekat-dekat panas." Arjun mendorong tubuh Saka setelah pintu lift membuka dan beberapa pengguna lift termasuk pria yang tadinya ada di sisi Saka keluar dari dalam lift. Kini Arjun ada diantara Saka dan Charlotte dan cowok itu sok sibuk berbicara dengan Charlotte. Saka memasang wajah cemberut.
"Lift ini berjalan lama sekali." Charlotte berbisik risau pada Arjun.
"Apa kau lelah? Aku akan menggendongmu." Arjun menggendong Charlotte dan memilih bersandar di sisi Saka.
"Itu karena penumpangnya banyak dan kalian memilih kamar paling atas." Itu bukan jawaban Arjun, tapi Saka bersamaan dengan keluarnya salah satu penumpang lift. Namun Arjun dan Charlotte tak mengacuhkan ucapan Saka membuat gadis itu dongkol dan memilih meraih ponselnya. Sejenak Saka sibuk pada benda itu.
Tante Verro tidak menjawab panggilannya. "Seharusnya kita minta kunci cadangan di resepsionis tadi. Tante Verro nggak ngangkat telpon aku sedari tadi, jadi kalau papa mereka ..." Kalimat Saka terhenti sejenak saat matanya dan manik mata Arjun bertemu. Menghela nafas dia melanjutkan ucapannya, "kita bisa pura-pura dari tadi jagain mereka di kamar." Saka beralih menatap wajah Charlotte. "Charlotte, apa Daddy mu suka marah?" Charlotte menggeleng cepat.
"Daddy orang baik."
"Kalau itu benar, kita nggak seharusnya kwartir, tapi Tante Verro aja cemasnya kayak gitu."
Ting.
"Ayo, keluar." Suara Arjun terdengar memutus ucapan Saka. Keempat bergegas keluar dari dalam kotak ajaib itu dan segera menuju ke kamar inap Charlotte dan Saint beserta kedua orang tuanya. Saint bergerak lebih cepat dari ketiganya. Anak itu bahkan berlari dengan penuh semangat jadi Saint- lah yang pertama menguak pintu yang nyatanya ditinggal terkuak sedikit itu. Dia masuk lebih dahulu dan tidak keluar lagi.
Saka tiba diurutan kedua. Dia segera menguak pintu lebih lebar. "Tante Verr .. O .." suara Saka terhenti saat tubuhnya nyaris membentur sosok pria yang juga muncul di balik pintu bersamaan dengan gerak Saka tadi membuka pintu lebih lebar. Kaki Saka refleks mundur beberapa langkah. Mata tajam itu menatap Saka dingin lalu berhenti pada Arjun.
"Kemana kamu bawa Saint dan Charlotte?" Tanpa ba-bi-bu, suara pria itu menggelegar pada Arjun.
"Kak Arjun sama Kak Saka ajak kita ke Du ..."
"Daddy nggak nanya Charlotte. Charlotte masuk sana." Arjun menurunkan tubuh Charlotte dari gendongannya. Dengan menurut gadis itu berlalu setelah melambaikan tangan pada Arjuna dan Saka.
"Tadi kami ke Dufan, Pa ..." Arjun belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika, tubuhnya ditarik menjauh dari Saka dengan keras.