Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #69

Mengejar Arjun

Usai kebaktian Minggu mereka meluncur kembali untuk pulang ke rumah. Betapa pun Saka menyukai ajakan Tante Kamila dan Om Satria untuk hangout bareng ke mall, dia terpaksa menolaknya- dia punya janji dengan Alfandy dan mamanya begitu juga dengan Arjun- kemarin dia sudah mengiyakan permintaan Suheni-untuk jalan bersama.

"Kalau Tante sama Om mau ke mall, kita bisa naik taksi online kok," Saka menyatakan pendapatnya saat Om Satria melajukan mobilnya. Kali ini Saka dan Arjun ada di jok belakang.

"Nggak ahh. Tante maunya kita dating bareng tadi."

"Saka bukan pacar Arjun, Ma. Gimana mau dating bareng."

"Mama tau kamu maunya pacaran setelah selesai kuliah, tapikan kalau jalan bareng sama beda jenis kelamin orang-orang mikirnya kalian lagi dating."

"Mama aneh deh. Ngapain mikirin pikiran orang." Saka melirik Arjun diam-diam, segitu nggak sukanya Arjun dengan cara pandang sang mama yang berharap mereka nge-date. Apa memang di hati Arjun nggak ada celah untuk sedikit pun menyukainya sebagai wanita- bukan hanya sebagai sahabat? Apa seharusnya dia memang mundur dan mengubur cintanya pada cowok ini sebelum dia benar-benar terluka parah karena perasaannya sendiri? Tapi kalau dia menyerahkan sekarang dan ternyata ucapan Andra benar -bahwa Arjun juga sebenarnya mencintainya, tapi masih belum menyadari perasaan gimana? Itu akan jadi penyesalannya seumur hidup kalau suatu saat setelah mereka masing-masing punya pasangan- Arjun berkata dulu dia pernah suka padanya, tapi terlambat menyadarinya dan tak berani berterus terang setelah Saka memiliki kekasih.

Saka masih berada dalam pemikirannya ketika mereka tiba di halaman rumah Arjun. Cowok itu segera bergegas turun dan masuk ke dalam rumah, jelas mengambil kunci mobilnya.

"Tan-Om, Saka ke rumah dulu yah." Saka turun dari mobil dengan lesu ketika Arjun muncul kembali dari dalam rumah sambil berlari-lari. Di tangannya ada ponsel. Uhh, jelas sekali cowok itu baru saja menerima telpon. Saka menebak dari gadis kedokteran yang kini memiliki hati Arjun.

"Pa, Arjun pinjam mobil Papa, ya?"

"Tumben. Biasanya pakai si hitam."

"Papa tau sendiri hitam kemarin ngadat." Saka yang berhenti melangkah. Mendengus dingin. Segitu sayangnya Arjun pada Suheni- sehingga cowok itu tak berniat menyusahkan wanita itu, coba kalau tadi Arjun jalan dengannya ... walaupun sudah tahu si hitam kemarin ngadat, Arjun tetap saja mengendarai si hitam dengan konsekuensi dia akan mendorong si hitam di pertengahan perjalanan mereka. Mungkin itulah perbedaan antara wanita yang dicintai dan dirinya yang hanya sekedar seorang sahabat. Ada mellow yang tiba-tiba menerjang hati Saka.

"Ya, ampun mau jalan sama teman aja kayak jalan sama kecengan," Tante Kamila mengomentari kelakukan anaknya itu. Sementara sang suami segera menyerahkan kunci mobil tanpa protes. Hanya sebuah pesan harian yang dikatakan Om Satria agar Arjun hati-hati berkendara.

"Siap, Boss."

"Saka kamu tanya tuh teman kamu, udah dimana, kalau belum jalan biar Arjun yang antarkan kamu aja. Biasakan, Sayang?" Tante Kamila menyambung pada sang putera, "kata Saka- yang dia jumpai juga teman kalian."

"Beda arah, Ma dan lagian kalau Fandy bilang nanti dia dijemput, pasti bakal dia jemput kok. Udah ya. Daaah."Arjun melambaikan tangannya cepat-cepat tanpa menanti komentar Saka. Saka menatap kepergian cowok itu dengan hati terluka.

Emang benar beda arah sih, tapi Saka yakin walaupun nggak beda arah-Arjun tidak akan mengizinkannya untuk ikut. Cowok itu jelas takut dia akan mengganggu kebersamaan kedua sejoli itu. Langkah Saka gontai saat dia menuju ke halaman rumahnya. Dia bahkan tidak mendengar dada-dadah dari bibir Tante Kamila. Satu-satunya yang dia ingin hanyalah berkurang di kamarnya seharian. Melemparkan tubuhnya di ranjang dan menangisi dirinya, kalau saja dia tidak ingat Alfandy bakal menjemputnya beberapa saat lagi.

Saka membuka pintu, memasuki rumahnya dan segera melangkah ke dapur. Meraih gelas dan baru saja akan mengisi air dari dispenser ketika ponselnya berbunyi. Sedikit ogah Saka meletakkan gelas kembali ke atas meja bar dapur lalu meraih ponsel dari dalam saku celana kulot yang dia kenakan.

Lihat selengkapnya