Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #78

Akhir Perjodohan Dari Mama Alfandy

"Arjun, kamu mau nonton sama aku atau nggak sih?" Suheni berbisik saat melihat Arjun sibuk dengan ponselnya.

"Iya maulah. Ini akukan lagi nonton sama kamu." Arjun menjawab sambil terus mengetik pesan singkat di layar ponselnya.

"Ini yang kamu bilang nonton bareng aku? Mata kamu dimana, pikiran kamu dimana." Gadis itu menghela nafas dan meraih brondong di dalam ember brondong yang ada di pangkuannya. Brondong itu terlihat masih cukup banyak karena Suheni-lah satu-satunya yang memakannya."Siapa sih yang kamu telpon?" Arjun diam. Masih sibuk menghubungi seseorang ketika Suheni-merampas ponsel Arjuna. Lalu melihat layar ponsel itu. "Fandy?" Matanya menatap Arjun. "Pacar Saka?" Arjun mengangguk. "Ngapain sih kamu ngurusin hubungan orang?"

"Saka itu bukan orang. Dia sahabat aku dan aku hanya mau memastikan Alfandy nggak menyakitinya." Suheni cemberut.

"Segitu pentingnya, ya, Saka itu buat kamu?" Sinis Suheni. "Kamu mau nonton nggak? Kalau nggak kita keluar aja dari sini." Suheni berdiri dan suara protes penonton lain di kursi belakang mereka terdengar. Arjun buru-buru menarik tangan itu.

"Iya deh. Aku bakal nonton yang serius." Arjun berkata pada Suheni yang akhirnya duduk di sisi Arjun kembali. Mereka mencoba menonton film yang ada. Kisah bergulir pada saat si pemeran cewek diajak oleh si pemeran cowok datang ke pernikahan keluarga si cowok dengan berpura-pura sebagai kekasih si cowok. Tema klise mirip drama Indonesia walaupun eksekusinya jelas bakal beda. Arjun mencoba ikut menikmati film yang ada di hadapannya dengan bantuan narasi dari Suheni yang sedari tadi menonton film berjudul About Fate itu. "Tuh si cewek itu namanya Margot Hayes awalnya dia jumpa sama Griffin karena si Margot nggak sengaja salah masuk rumah. Abis rumah kawasan tempat tinggal mereka itu mirip semua," Suheni berbisik-bisik menjelaskan adegan demi adegan yang terlepas dari pengamatan Arjun sampai seorang penonton di belakang mereka protes,

"Berisik amat sih. Nggak pernah nonton bioskop apa?" Suheni dan Arjun berpandangan dan hanya membalas ucapan itu dengan tawa pelan. Wajah keduanya bertemu. Arjun nampak tampan dan innocent banget membuat gadis kedokteran itu gemas. Netra Suheni turun untuk kemudian terpaku pada lengkungan tipis dan merah milik Arjun. Suheni selalu kagum pada kesempurnaan bibir Arjun. Nggak semua cowok punya bibir sesempurna milik Arjun dan Suheni masih ingat rasanya saat mereka berciuman. Kenangan ketika dia mengajari cowok itu berciuman. Rasanya menyenangkan bahwa dia menjadi pengalaman pertama cowok itu berciuman.

Arjun bukan tak tahu manik mata Suheni yang intens menatap bibirnya, naluri menuntunnya menatap objek yang sama. Bibir Suheni dipoles lipstik merah cerry yang berkilau bak buah cerry manis menyegarkan yang diletakkan diatas es krim vanila kesukaannya. Menggoda. Mata keduanya bertumbukan.

Namun Arjun memang sepertinya tipikal mobil diesel yang butuh waktu lama untuk bergerak, Suheni memilih bereaksi lebih dahulu. Wajah gadis itu bergerak menunduk menggapai lengkung merah menggoda itu. Namun naas tubuh Arjun juga bergerak refleks membungkuk meraih ponselnya yang terjatuh di bawah kursi bioskop. Alhasil Suheni terjerembab jatuh mencium ruang kosong di belakang punggung Arjuna yang tengah membungkuk, bodohnya hal itu malah membuat minuman cola Suheni tertumpah jatuh dan membasahi rok span yang dia kenakan. Gadis itu memekik tertahan dan menarik diri.

"Kenapa?" Arjun bertanya tak paham dan menemukan Suheni yang tengah disibukkan dengan melap tumpahan minuman di roknya.

"Pelan-pelan dong minumnya." Arjun menarik beberapa lembar tisu yang ada di tas Suheni yang terbuka lebar niatnya membantu gadis itu.

Suheni yang tengah disibukkan dengan melap roknya menghela nafas. Arjun bahkan tak menyadari apa yang terjadi. "Ya, udah kamu nonton aja dulu. Aku ke toilet bentar," Suheni berbisik lalu berbungkuk-bungkuk melewati penonton lainnya. Wajahnya merah saat melirik penonton lain yang ada di belakang kursi mereka dan tengah tertawa cekikikan sambil meliriknya. Sial, tetangga aja sadar, tapi Arjun nggak, Suheni mendumel dalam hati.

Sepeninggal Suheni, Arjun meraih ember brondong dan menyantap satu demi satu brondong jagung yang ada sambil mencoba menikmati film yang ada. Namun itu hanya bertahan sebentar, dia teringat kembali pada Saka yang tengah mencari Alfandy. Bukankah dia bisa memanfaatkan kesempatan ketika Suheni pergi ke toilet untuk memastikan Alfandy ada dimana saat ini? Arjun buru-buru merogoh sakunya dan segera menelpon Alfandy dan untungnya kali ini Alfandy mengangkat panggilan itu.

"Dimana saja lo? Gue menelponin sedari tadi," Arjun mengumpat sambil berbisik.

"Gue tahu, tapi gue malas mengangkat telepon lo." Alfandy menjawab seenak jidatnya tanpa rasa berdosa.

"Maksud lo ...? Jangan kira gue suka menelponin lo. Gue juga malas."

"Kalau begitu gue matiin ponsel gue ..."

"Fandy! Jangan!"

Alfandy terkekeh geli. "Lo bilang lo malas ngomong sama gue, gue juga. Jadi buat apa kita bicara lagi?"

"Saka cariin lo ..."

"Arjun kamu menelpon siapa?" Suara bisikan itu mengaggetkan Arjun setengah mati. Suheni ada tepat di depan wajahnya. Sepertinya dia bahkan belum ada lima menit menelpon Alfandy. "Kau tahu ini bioskopkan?"

"Ngg ... Aku bicara sebentar dengan Fandy. Satu kali aja boleh, ya?"

"Pacar Saka?" Suheni kembali terdengar memastikan. Arjun mengangguk. "Kenapa kamu harus mengurusi urusan mereka sih?"

Lihat selengkapnya