Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #79

Mencintaimu Itu Rumit

"Cobain, Tan. Apa lagi yang kurang?" Saka menyodorkan sesendok sop kimlo ke mulut mama Arjuna yang saat itu tengah menerima telepon dari seorang rekan dokternya.

Menutup ponselnya mama Arjun menatap Saka serius. "Garamnya kurangin. Mentang-mentang mau cepetan nikah, masakan kamu jadi asin."

"Hah? Serius, Tan?" Saka mencoba masakannya lalu menatap mama Arjun dengan senyum pasrah buat dimarahi. Lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Tambahin air biar nggak asin."

Mama Arjun melongok ke panci masakan yang masih ada di atas kompor ketika Saka mengambil segelas air dari dispenser. Dia mengaduk isi panci. "Kamu masukin soun nya? Kan Tante bilang suon nanti aja dipanasin dikit terus dicelup di kuah yang dipanasin lagi saat mau makan saja."

"Upps. Saka lupa, Tan."

"Kalau gini bentar lagi kuahnya berkurang banyak karena soun nyerap air banget. Soun nya juga nanti lembek." Saka yang telah tiba di depan panci masak dengan segelas air menatap Tante Kamila. "Nggak usah ditambahin. Nanti saja. Pakai ini aja." Tante Kamila meraih sebotol cuka dari lemari kitchen set dan menuang cuka sedikit ke dalam sop kimlo di bawah tatapan Saka. Mengaduknya sebentar sebelum kemudian mencobanya bersama Saka lalu mematikan kompor setelah rasa yang dia inginkan terpenuhi. "Kamu ada masalah, Ka?" Tante Kamila bertanya saat Saka melangkah menuju meja bar dan meminum air yang ada di tangannya. Saka menggelengkan kepalanya. "Kayak Tante nggak kenal kamu aja." Wanita itu membuka kulkas dan meraih sebuah cake keju yang tadi dia buat. "Nggak mau cerita?" Tante Kamila bertanya sambil memotong cake itu, meletakkannya di piring dan menyerahkan potongan paling besar pada Saka.

"Tan, kalau orang punya tekanan darah 160/100, bahaya nggak sih?"

"Itu sih namanya hipertensi. Tekanan darah tinggi. Kalau tekanan darah tingginya konsisten penderita akan mengalami masalah lainnya. Semakin tinggi tekanan darah maka akan semakin tinggi risiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah yang ada di otak yang bisa menimbulkan stroke dan kerusakan pada ginjal. Memangnya siapa yang kena darah tinggi?" Mama Arjun bertanya serius.

"Mama teman, Tan, tapi kayaknya Saka salah satu penyebabnya."

"Kok bisa?"

Saka menghela nafas kemudian mulai bercerita tentang permintaan Alfandy padanya yang menyebabkan dia berakhir dengan membohongi Tante Cahaya, mama Alfandy. "Dan tadi Tante Cahaya masuk rumah sakit, Tan."

"Rumah sakit mana? Biar nanti Tante minta teman Tante supaya lebih memperhatikan Mama Alfandy." Saka memberitahukan nama rumah sakit tempat mama Alfandy di rawat. Sebentar kemudian mama Arjun telah berbicara dengan seorang di seberang ponselnya. Seorang dokter agaknya.

Tante Kamila bertelepon cukup lama. Setelah mengakhiri telponnya senyum wanita itu terlempar pada Saka yang masih saja terlihat cemas. "Tenang saja, Mama Alfandy akan baik-baik saja. Teman Tante -dokter internis paling bagus di bidangnya. Tante udah minta dia buat memperhatikan Mama Alfandy. Kapan-kapan kamu coba lagi minta maaf. Jujur kalau Tante jadi mama Fandy, Tante juga bakal marah. Ngapain juga pakai acara drama gitu karena dijodoh-jodohin, kan tinggal ngomong. Sekeras-kerasnya hati orang tua pasti paham kok kalau dijelaskan dengan sopan." Saka mengangguk pelan. Menghela nafas, Tante Kamila beralih pada cake cheese buatannya yang masih tak tersentuh. "Ayo, dimakan dong cake buatan Tante, masak dianggurin." Saka meraih piring yang ada di hadapannya lalu mulai menyantap makanan itu. Buatan Tante Kamila memang selalu enak. "Gimana?"

"Buatan Tante pasti selalu enak." Tawa Kamila terlihat. Dia turut menyendok sepotong kecil cake ke mulutnya. "Kapan-kapan ajarin Saka dong, Tan."

"Buatin cake cheese?" Saka mengangguk. "Boleh. Kapan kamu bisa?"

"Kok nanyain Saka? Emang Tante ada waktu? Yang paling sibuk disinikan Tante."

"Tante bisa atur." Tawa Saka terlihat. "Beneran. Apa sih yang nggak buat calon mantu kesayangan Tante." Godaan Tante Kamila membuat wajah Saka memerah."Ehh ..., tapi jahat kamu. Selama ini jadinya kamu buat anak Tante patah hati dong karena nerima permintaan Fandy?"

"Boro-boro parah hati, cemburu aja nggak," Saka menjawab lesu, "Sepertinya aku nggak akan pernah jadi menantu Tante. Kayaknya sih anak Tante itu nggak cinta sama aku."

"Siapa bilang? Arjun itu cinta sama kamu. Tante yakin itu. Tante kan Mamanya, jadi Tante jelas tahu perasaan anak Tante." Saka menghela nafas saja. Mencomot cake cheese dihadapannya dan menyantapnya. Cake kesukaan Arjun banget. Tante Kamila nggak tahu saja kalau Arjun sekarang sudah punya kekasih, mahasiswi fakultas kedokteran. Suheni bakal punya profesi yang sama dengan Tante Kamila dan Saka bisa bayangkan bagaimana kerennya menantu dan mertua berkolobrasi bersama di rumah sakit. "Kamu cuma harus sedikit lebih agresif. Tau sendirikan anak Tante itu gimana dinginnya? Nyatain saja cinta kamu sama Arjun." Tante Kamila mengungkapkan pemikirannya, "Nggak usah gengsi. Ini era emansipasi, wanita sejajar dengan pria. Kamu nggak akan dicap jelek kalau lebih dahulu mengungkapkan perasaan."

Uhh, Tante Kamila nggak tahu saja udah berapa kali dia menyatakan perasaannya pada Arjun. Bahkan di permainan basket kemarin malam untuk membahagiakan Arjun usai menerima kenyataan pahit dari ayah kandungnya, bukankah dia juga menyatakan perasaannya ....

Dan Saka tidak akan pernah lupa ucapan Arjun saat itu: 'apa maksudmu, Saka, kita sahabat dan aku punya Suheni ...' Dan bagaimana dia menertawai semua ucapan Arjun saat itu walaupun dengan hati hancur lebur. Berpura-pura mengatakan bahwa itu ungkapan biasa yang dikatakan orang-orang Amerika setelah seseorang membahagiakannya. Berpura-pura mengatakan dia hanya sedang menguji coba kebiasaan itu karena dia akan mengambil kuliah lanjutan di Amerika. Ahhh, itu bodoh. Hati Saka rasanya sakit mengingat semua itu.

"Tan, nggak usah cerita sama Arjun soal permintaan Fandy, ya," Saka berujar dengan suara parau. Nggak terbayangkan saja apa yang bakal dipikirkan Arjun kalau tahu bahwa hubungan antara dia dan Alfandy ternyata hanya sandiwara. Saka malas harus menjawab spekulasi semua orang bahwa itu karena dia parah hati setelah Arjun lebih memilih Suheni daripada dia- seperti ucapan Andra dan Vano. Mama Arjun menatapnya lekat-lekat lalu tersenyum.

"Supaya Arjun cemburukan? Tante paham sama pemikiran kamu dan Tante ada dipihak kamu. Arjun memang harus ditekan biar bisa jujur sama perasaannya. Tante janji nggak akan cerita."

Saka tak tahu harus senang atau sedih atas ucapan Tante Kamila.

***

"Gimana sup nya? Enak?" Pertanyaan Tante Kamila pada Arjun membuat Saka menatap wanita itu. Bukankah tadi dia sudah meminta tante Kamila untuk tidak mengomentari makan malam mereka malam ini?

Lihat selengkapnya