"Saka mana, Ma?" Arjun yang telah turun dari kamarnya dengan penampilan rapi menyapa sang mama yang sibuk di dapur mempersiapkan sarapan pagi mereka seadanya.
"Masih tidur."
"Aku bangunin."
"Eitss." Kamila mencekal lengan putranya itu. "Nggak baik kalau anak lajang masuk kamar anak gadis. Mulai hari ini kamu harus ingat kalau kalian itu udah dewasa, kamu tidak boleh masuk seenaknya di suatu tempat tertutup di mana hanya ada Saka saja, begitu juga sebaliknya walaupun nggak terjadi apa pun, nggak enak buat pandangan mata orang." Kamila menasehati sang putra saat mengingat ucapan negatif dari Bagas pada kedekatan Arjun dan Saka, saat Bagas merasa dia dan Satria terlalu membebaskan Saka dan Arjun. "Kamu boleh bangunin Saka kalau kalian udah nikah."
"Tuhkan, Mama aneh-aneh lagi. Arjun sama Saka itu sahabat, Ma. nggak mungkinlah Arjun nikah sama Saka."
"Kenapa nggak mungkin? Sebagai sahabat kalian adalah pasangan ..." Ucapan Kamila terhenti. Dia menatap wajah putranya itu lekat-lekat. "Kamu takut kejadian yang menimpa Papa Bagas dan Mama Alina terulang?" Arjun memilih mengalihkan pandangannya dan beranjak menuju kulkas. Hanya sekedar menghindari tatapan mata mama yang penuh selidik. "Kalian nggak akan mengulangi kesalahan itu. Kamu mencintai Saka. Mama dan Papa juga menyayanginya. Lagi pula Saka juga jauh lebih dewasa dari usianya. Kapan kamu lihat Saka jadi gadis manja?"
"Bukan karena itu."
"Terus kenapa?" Arjun tak bicara. Dia membantu mamanya memanggang roti.
"Mama mau Saka jadi menantu Mama."
"Mama jangan aneh-aneh deh."
"Mama nggak aneh-aneh."
"Saka sudah punya pacar, Ma. Mama ingat Minggu kemarin Saka mau ketemu seseorang?"
"Alfandy? Teman kamu. Teman Saka juga."
"Mereka pacaran, Ma. Saka itu sukanya sama Fandy bukan Arjun." Arjun mengambil roti dari panggangan dan meletakkannya di piring. Susah banget menyadarkan mamanya bahwa dia dan Saka hanyalah sahabat. "Arjun nggak mau jadi pengganggu hubungan mereka. Mama paham nggak sih?" Arjun meletakkan tiga piring di atas meja sambil diam-diam menghela nafas panjang, tanpa menyadari sang mama memperhatikannya.
"Jangan putus asa seperti itu." Kamila mengusap lembut punggung putranya itu. "Selalu ada harapan dan ... Arj ..." Kamila melirik ke kiri dan ke kanan memastikan semua aman. Saka jelas tak terlihat, mungkin masih di kamar tidur. "Kamu jangan kwartir, Saka dan Fandy nggak beneran pacaran," bisiknya di sisi telinga sang anak. Mama Arjun sadar dia telah berjanji pada Saka untuk menyimpan rahasia itu, tapi melihat gestur tubuh dan wajah Arjun yang putus asa, dia memilih melanggar janji itu.
Saka akan paham nanti, pikirnya.
"Mereka cuma pura-pura pacaran agar Fandy nggak dijodohkan oleh Mamanya."
Arjun menatap wajah sang mama serius. "Mama jangan bikin kabar hoaks pagi-pagi."
"Pagi, Tan!" Suara ceria itu terdengar dari balik tembok dapur bersamaan dengan menyembulnya wajah cantik Saka dibalik buku yang dipegang gadis itu.
"Mama serius," bisik Kamila cepat, "tapi jangan sampai Saka tahu kalau Mama ngomong gitu ke kamu." Kamila mengerlingkan mata pada sang putra sebelum beralih menyapa Saka hangat. "Pagi, Saka Sayang. Udah bangun?" Kamila menghampiri gadis itu. Saka menyembulkan wajahnya dari balik buku yang dia pegang. "Udah cantik banget pagi-pagi," seru Kamila girang saat menemukan Saka telah memoles diri. Gadis itu menyembunyikan wajahnya lagi di balik buku yang dia bawa saat Tante Kamila memujinya. Malu. "Ngapain ditutupin. Kamu cantik banget tahu." Kamila mengambil paksa buku di tangan Saka.
"Make up Saka belum sempurna. Jelekkan, Tan?"
"Cantik gini. Iyakan, Arjun." Mama Arjun bertanya pada sang putra yang dipergoki menatap Saka tanpa bergeming. "Arjun aja sampai speechless gitu." Tawa Kamila terlihat. "Cuma perlu dibenahi dikit-dikit, over all make up yang kamu gunakan bagus kok. Tante baru ajarin dua kali, kamu udah sepintar ini." Saka tersenyum lebar lalu mendekap tubuh Kamila dengan erat. Meletakkan dagunya di bahu wanita yang sudah seperti mamanya sendiri.
"Siapa dulu mentornya?" Tawa Kamila terlihat. Sementara Arjun memandangi keduanya wanita itu tanpa bergeming, memikirkan kebenaran ucapan sang mama.
Saka nggak benaran pacaran dengan Alfandy.
Uhh, kenapa kebenaran itu mengusik benaknya. Saka, jangan jatuh cinta sama gue, jangan, Arjun membatin.
***
Arjun masih mencoba mencari cara menanyakan ucapan mamanya pagi tadi langsung kepada Saka. Menimbang apa yang harus dia katakan pada sahabatnya itu perihal hubungan antara Saka dan Alfandy. Namun sampai dia menjemput Suheni dan Suheni duduk disisinya, tanya itu hanya terendap dalam benak Arjun.