Friend Don't Kissing

Elisabet Erlias Purba
Chapter #97

Mencari Keburukan Arjun 2

"Kamu lama banget sih." Saka mengomeli Andra yang baru saja tiba di rumah cewek itu.

"Lo baru ngehubungi gue setengah jam yang lalu, Saka. Masih untung gue bisa tiba sebelum dua jam. Jalanan macet tau. Kayak nggak hidup di Jakarta aja lo," Andra yang tak mau disalahkan memberikan alasan, Saka hanya diam. "Tapi emang ada hal urgent apa sih?" Andra mencetuskan pertanyaan. Namun binar matanya berkelip terang saat melihat penampilan Saka malam ini. "Ada yang udah bilang lo cantik banget nggak?" godanya pada sang sahabat yang malam ini memang terlihat berbeda. Saka menggunakan rok A-line sedikit di atas lututnya yang melilit pinggulnya dengan manis. Ini bukan kali pertama Andra melihat Saka memakai rok karena beberapa minggu ini, Saka rutin berpenampilan feminim, seakan mencoba merubah imagenya yang sedikit tomboy.

"Ayo." Saka yang tadinya memang telah ada di halaman depan dan tengah mengunci rumah segera melangkah ke mobil sang papa yang ada di garasi dan mengeluarkan benda itu.

"Mau kemana?" Andra bertanya tanpa bergerak dari tempatnya.

"Masukkan motor lo ke garasi. Ayo, malam mingguan bareng gue daripada lo sendirian di kos."

"Ngejek nih, Anak. Gue boleh jomblo, tapi bukan berarti malam mingguan gue sesuram itu. Gue nggak bakal mendekam terus di kamar kos gue. Bilang aja lo yang gitu, makanya mau ngajak gue kencan. Sampai dandan secantik ini, biar buat gue melelehkan?"

Saka tersenyum ikhlas tak ikhlas. "Gue mau traktirin lo. Lo mau nggak sih?"

"Uiih ..., kalau soal ditraktirin, ayuk deh. Cap cus." Saka memonyongkan bibirnya saat melihat Andra tanpa banyak kata langsung memasukkan sepeda motornya ke dalam garasi, lalu mengunci garasi dengan kunci yang dilemparkan Saka dari dalam mobil padanya dan kemudian berlari ke sisi mobil Saka. Cengiran khas cowok itu terlihat.

"Kebiasaan banget lo. Ngabisin waktu. Giliran dibilang ditraktir baru deh..." Tawa Andra terlihat lepas.

"Biasa anak rantau."

"Tanggal tua?"

"Tuh tau." Sekali lagi tawa Andra lepas. "Mau gue yang sertirin atau .. Sini gue aja deh. Lo udah dandan secantik dan sefeminim ini baiknya duduk manis di samping gue. Lo pasangan ngedate gue malam ini."

"Gue aja sekarang, tapi nanti gantian: lo."

"Serius lo?" Saka mengangguk Andra menurut lalu bergerak ke pintu lain dan duduk di sisi Saka, berselonjor kayak boss saat Saka melajukan mobilnya.

"Ka, kalau lo mau jalan. Boring di rumah kenapa lo nggak ngajak Arjun aja?" Pertanyaan Andra membuat mata Saka melotot pada cowok itu. "Upps .., lupa gue kalau tuh anak udah punya gandengan. Pikir masih jomblo." Tawanya lepas. "Ehhh ajak pacar boongan lo, yuk. Dengar-dengar Tante nya dah datang dari Kalimantan tadi buat jagain si Mama."

"Malas."

"Lo marahan sama Fandy? Jadi kemarin itu lo cabut duluan karena marahan sama Fandy?" Saka diam. Wajah manis gadis itu cemberut. "Jangan berantem mulu napa? Kasihan tuh anak, Mamanya sakit karena bokapnya, lo nambahin pikiran dia lagi ..."

"Lo tau itu darimana? Nggak dari gue kan?"

"Ya, nggaklah. Emangnya lo ada cerita ke gue? Nggak kan?" Andra bertanya dan dia sendiri yang menjawab. "Gue lihat sendiri waktu bokap Fandy jalan bareng Reni." Andra memotong nama Anggreni supaya cepat aja bukan karena mereka akrab. "Gaya gelendotan Reni udah bisa bikin siapa pun narik kesimpulan nih bini baru atau sugar baby."

"Nah tukan? Gue nggak ada cerita, tapi si Fandy malah nyalahin gue. Dia mikirnya gue yang ngasih tahu elu sementara gue nggak ngasih tahu ke dia. Dia nuduh gue menyebarkan kelakuan Papa dia kesemua orang hanya karena gue nyeritain masalah dia ke Arjun."

"Ehh, lo ceritain masalah dia ke Arjun?"

"Lo ingatkan waktu kita satu stambuk besuk Mama Fandy ke rumah sakit?" Andra manggut-manggut. "Lo ingat gue keluar dari ruang rawat Mama Fandy kan?" Andra manggut-manggut lagi. "Waktu itu gue terima telpon."

"Dari ortu lo."

"Bukan, tapi dari supir taksi online yang mobilnya rusak akibat ulah Tante Cahaya karena nabrakin mobil itu ke rumah Anggreni."

"Apa?!"

"Ahhh. Bocor deh gue." Saka membekap mulutnya. "Gue kelepasan cerita. Intinya gue ngasih tahu Arjun waktu itu karena gue minta tolong Arjun ngejar Fandy yang mau melabrak Anggreni ke rumah cewek itu. Bukan karena gue mau gibah, tapi malah Fandy marah-marah nggak jelas sama gue terus nuduh gue juga ngebocorin masalah keluarga dia ke lo. Dia bahkan bilangin gue tuh kayak anak-anak yang suka ngadu dan hal itulah yang buat Arjun nggak suka sama gue."

"Sabar, Ka. Jangan marah." Andra mengusap-usap pundak sahabatnya itu.

"Lo mau gue nggak marah gimana? Hati gue sakit banget tau. Nggak perlu diingatkan juga gue tahu gue goblok karena menyukai cowok yang nggak pernah mencintai gue. Tapi ... Arjun ..." Mata Saka berkaca-kaca. "Gue punya banyak alasan kenapa mencintai Arjun dan bukan yang lain." Andra menghela nafasnya menatap Saka yang menghapus air matanya, Saka bukan gadis cengeng, tapi Andra tahu akhir-akhir ini Saka suka menangis karena Arjun. Andra buru-buru menarik beberapa lembar tisu dari dashboard mobil dan menjulurkannya pada Saka yang kemudian menerimanya dan menghapus air matanya. "Gue hanya butuh satu alasan untuk berhenti menyukai dia. Kasih gue satu alasan kenapa lo nggak suka Arjun."

Andra terdiam sejenak. "Arjun tuh cerewet banget lebih cerewet dari perempuan, bayangin kalau mau latihan basket pasti wajib on time. Kalau kita telat dikit itu artinya bakal dapat punishment, tapi itu ... biar kita disiplin sih ... Bentar gue ingat-ingat lagi pasti tuh anak ada buruknya sih. Arjun itu pelitnya nauzubillah kalau lagi ujian. Tega dia biarin temannya dapat nilai E, tapi kalau nggak ujian sih, kalau minta dia ajarin pasti dijabanin sampai malam dan biasanya perkiraan soal dia kena semua. Jadi tinggal minta dia belajar bareng satu mingguan sebelum ujian sih. Itu artinya dia jahat nggak sih ..."

"Nggak ada kan?" Andra diam. "Tapi gue bakal temukan alasan itu malam ini."

"Maksud lo?" Saka tak menjawab. Hanya benaknya yang dipenuhi beraneka pikiran.

Ini akan jadi awal dari keputusannya untuk melupakan atau tetap stay di sisi Arjun. Saka menghela nafas panjang sekali.

Lihat selengkapnya