"Mama kenapa sih? Kok pulang-pulang nyari Arjun pakai wajah senewen gitu? Arjun buat salah?" Satria yang tadinya tengah disibukkan dengan berkas perkara di dalam kamar kerjanya akhirnya memilih ke luar kamar saat mendengar suara sang isteri memanggil-manggil anak mereka.
"Papa tahu nggak Arjuna pacaran." Wajah Kamila yang baru saja menuruni anak tangga dari kamar Arjuna dan tak menemukan putranya itu nampak kesal. "Tapi bukan dengan Saka," sambungnya pada berita mengejutkan itu.
"Maksud Mama?"
"Seorang dokter yang praktik di internasional Royal Hospital, minta Mama membantu dia untuk tetap bisa praktik di rumah sakit karena kita bakal jadi besan. Dia ngaku kalau Arjun dan anaknya pacaran. Mama yakin dokter itu nggak bohong, Pa. Arjuna pacaran diluar sana tanpa memberitahu kita!"
"Tapi bukannya selama ini hubungan antara Arjun dan Saka ...?"
"Hati Saka pasti sakit sekali saat ini. Selama ini Saka selalu mencintai Arjun. Mama juga berharap Arjun tetap bersama-sama dengan Saka sampai tua. Mama nggak habis pikir kenapa Arjun malah memilih orang lain dan bukan Saka, orang yang selalu ada bersamanya dalam suka dan duka." Kamila menatap suaminya lekat-lekat, "Papa ingat Jian?"
"Teman SMA kamu yang jumpa di reunian setahun lalu, yang kamu cerita dulu nggak mau nerima cinta ketua OSIS karena nungguin sahabatnya nembak dia? Yang kemudian memilih nikah dengan jodoh dari situs online karena sahabatnya malah milih nikah dengan teman sekantor yang baru dikenal enam bulan?"
"That's right. Mama nggak paham, apa sih yang ada di pikiran laki-laki hingga nggak memilih perempuan yang selama ini dia kenal dan dekat dengannya? Menurut Papa kenapa?"
Satria angkat bahu. "Papa tahu Mama kecewa, tapi kita harus menyerahkan semua keputusan pada Arjun. Ini masalah hati, Ma. Kita nggak bisa memaksakan kalau ternyata di hati Arjun, Saka itu cuma sebatas sahabat. Arjun memang terlihat nyaman dengan Saka, tapi cuma nyaman sebatas teman dan tak ada ketertarikan emosional sebagai pria dan wanita, jadi mau gimana lagi? Bukannya Arjun selalu bilang begitu? Arjun dan Saka cuma sahabat? Mungkin kita yang terlalu berharap." Kamila menghela nafas panjang. Suaminya benar. Tiap kali dia menanyakan tentang hubungan antara Saka dan Arjun, putranya itu selalu menegaskan mereka hanya sahabat. Jelas disini cuma dia dan Saka yang berharap lebih.
"Tapi Mama kasihan sama Saka, Pa. Saka jelas mencintai Arjun."
"Saka masih muda. Suatu saat dia akan ketemu pria yang baik, kita doakan saja." Kamila terdiam. Matanya menatap ke arah tumah Saka yang terang benderang. Apa yang Saka lakukan saat ini? Apa Saka sudah tahu kebenaran ini? Jika sudah apakah Saka bisa menerima kenyataan ini? Atau gadis itu tengah menangis hebat di kamarnya? Dia jelas tahu di hati Saka hanya ada Arjun, tapi di hati putranya-gadis itu hanya sekedar sahabat ...
Ahhh ... Gadis baik itu ternyata nggak akan pernah menjadi menantunya. Hati Kamila sakit.
***
Arjun menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Suheni. "Titip salam sama Papa dan Mama kamu, ya," ujarnya sebelum Suheni turun dari atas mobilnya. Gadis kedokteran itu mengangguk dan melambaikan tangannya singkat sebelum masuk ke dalam rumahnya.
"Malam, Pa, Ma." Suheni menyapa papa dan mamanya yang seperti saat dia tinggalkan buat malam mingguan bersama Arjun, kini juga masih pada posisi menonton televisi walaupun, kini dengan acara yang berbeda: acara perlombaan mencari idola Indonesia di bidang tarik suara. Sesaat Suheni melirik jarum jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam kurang dua puluh menit. Rekor tercepat dia pulang saat dating sepertinya.
"Ehh, Heny. Udah pulang?"
"Mmm."
"Tumben cepat."
"Arjun nggak mau buat Mama sama Papa mencemaskan aku karena dibawa kelamaan."
Tawa papanya terdengar. "Arjun itu benar-benar cowok baik, ya, tau aja orang tua kamu lagi cemas nungguin anak gadisnya," puji sang papa sambil melirik sang istri yang tadi mengomel dan memastikan Arjun bakal membawa putri mereka semalaman. Suheni meletakkan plastik yang ada di tangannya di atas meja. "Itu apa?"