Kelima anak itu hanya diam dan saling tatap. Tidak seperti kelompok lain yang mulai membicarakan tentang tugasnya. Kelompok tujuh, tidak ada satu pun dari mereka yang mau buka suara bahkan setelah lima belas menit berlalu.
Arga menghela napas panjang sembari menyandarkan punggung. “Mau dikerjain pas udah lulus?"
Anita menatap empat orang laki-laki di kelompoknya dengan malas. Ia pun merotasikan bola matanya lalu membuka buku catatan. “Mimpi apa gue dapet kelompok kayak gini?” lirihnya yang masih terdengar oleh empat orang lainnya dan mendapat lirikan sinis dari Arga dan Yogas.
“Nggak cuma lo yang kesel. Sekelompok sama orang ambisius pengejar ranking satu dan punya track record ngatain temennya sendiri yang punya nilai lebih bagus dari dia, itu bukan hal yang menyenangkan juga buat gue."
Anita malah tersenyum nyinyir, “thank’s, infonya. Mau dikerjain sekarang aja? Biar cepet selesai dan nggak perlu waktu lama kita ketemu dalam kelompok.”
"Kata Bu Marisa mending pake tema yang udah pernah kita pelajari. Mending kita browsing atau inget dan list aja kita dapet materi apa dan tentuin mau yang mana." Rian yang sedari tadi diam dan menyaksikan perdebatan antara Arga dan Anita pun mengelurkan pendapat.
Anita mengangguk-anggukkan kepalanya setuju. "Oke, sekarang kita cari semua. Gue minta bantuannya oke?"
Sukma yang hanya sebagai tim pasrah saja pun mengikuti perintah Anita untuk mencari materi yang pas.
Sedangkan Arga sendiri hanya membuka ponselnya dan tak begitu niat mencari, agar terlihat ia bekerja sama daripada harus mendengar ocehan Anita.
"Lo kok diem aja sih, Gas?"
Yogas yang daritadi memang hanya diam melirik ke arah Anita dengan malas. "Lo lupa hape gue nggak sebagus punya kalian?"
"Ya minimal inget-inget aja lah apa yang bisa dipake tema."
Yogas pun menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi sambil bersedekap dan memejamkan mata.
Melihat itu Anita hanya mendesis lalu mengabaikan saja daripada harus membuang waktu untuk berkelahi dengan Yogas.
"Konflik dan kekerasan."
Keempat pasang mata itu pun menoleh ke arah Yogas yang tiba-tiba saja mengucapkan suatu materi.
Laki-laki itu membuka matanya. "Sesuatu yang nggak jauh dari lingkungan kita. Yang di lingkungan sekolah pun kita bisa dapet itu. Yah, paling nggak lebih gampang cari sumber dan responden. Jadi, cepet selesai kan?"
Tak dipungkiri Yogas adalah murid yang cukup pintar di kelas ini. Semua juga cukup terkejut saat akhir semester kelas satu dulu Yogas mendapat peringkat lima. Anita bahkan sempat dibuat khawatir, jelas saja ia tak mau kalah dengan orang seperti Yogas. Bisa jadi karena rekornya yang cukup buruk, seperti membolos, tidak mengumpulkan tugas adalah pemicu laki-laki itu masih terus di bawah Anita. Karena, Yogas tampak tak peduli juga akan nilai-nilainya.
"Gue setuju," balas Arga cepat saja daripada terus lama berpikir, toh ia juga tak ada ide.
"Gue juga."