Laki-laki itu menatap depan dengan tajam. Tidak ada fokus yang menjadi pandangannya, ia hanya memandang kosong dengan rahang mengeras, pertanda ia tidak sedang baik-baik saja.
Berbeda dengan Niko, yang juga menatap ke depan, ke arah seseorang yang berada di depannya lekat dan terlihat lebih tenang dibanding Arga.
Kedua kakak beradik itu sama-sama menunggu pria paruh baya yang berada di depan bangku mereka untuk buka suara. Pria yang Arga temui di toilet tadi, pria yang memaksa Arga untuk berbicara dengannya dan Niko untuk sebentar saja.
Awalnya Arga sudah menolak, tapi pria itu terus saja memohon sambil menahan tangannya dengan wajah yang memelas. Jika saja tak orang lain lagi masuk ke toilet tadi Arga pasti sudah dengan tega menghempas tangan itu dan pergi saja. Hingga berakhirlah mereka di restoran yang ditempatinya dan Niko sebelumnya.
Arga menghela napasnya berat karena yang ditunggu sedari tadi hanya diam saja. "Pak, kita mau makan kalau nggak ada perlu mending keluar aja sekarang."
Lukman langsung mendongak begitu mendengar ucapan Arga. Bahkan tak ada sapaan ramah seperti yang dulu ia dengar. Lukman juga cukup tau diri untuk tak lagi mendapat sapaan hangat itu dari Arga dan Niko.
"Kita juga banyak perlu nggak lama-lama di sini buat liat Bapak diem doang."
"Maaf."
Beberapa detik dua orang yang ada di hadapan Lukman terdiam. Hingga Arga akhirnya mendengkus kesal, dan kekehan tipis pun keluar dari bibirnya.
"Maaf lagi. Saya udah pernah denger dari anak Bapak tapi nggak pernah saya terima. Apa dia nggak cerita?"
"Cuma itu?" Kali ini Niko yang angkat bicara. Kata maaf tadi sungguh begitu menusuk ke hatinya. Andaikan lima tahun lalu pria itu tak menghilang, mungkin kata maaf itu lebih bisa ia terima, dan semuanya sekarang sudah terlambat.
"Maafin Oom, maaf kita--" Lukman terdiam sebentar, lalu menggelengkan kepalanya. "Oom yang salah, Oom yang jahat sama kalian. Nggak tau lagi apa yang harus Oom perbuat sekarang selain maaf dan menebus semuanya." Pria itu kemudian menoleh ke arah Arga. "Rian nggak salah. Rian nggak tau apa-apa, cuma Oom yang salah di sini."