Friend'Sick

arsyanisaa
Chapter #11

11. The Truth

"Eh serius dia habis berantem sama Dika?"


"Dika dihajar sampe hampir mati kayaknya."


"Wih gila sih, gue yakin dia dapet masalah habis ini."


Sukma terus berjalan menyusuri koridor dengan kepala tertunduk yang kondisinya sudah ramai orang dengan mata yang menatap ke arahnya dengan desas-desus yang keluar dari bibir mereka. Agak menyesal ia berangkat siang hari ini, lantaran ogah-ogahan masuk sekolah. Tahu begini ia memilih berangkat sepagi mungkin. Lagipula, ia tak menyangka kabarnya akan menyebar secepat ini. Tak mungkin pula rasanya jika Arga atau Rian yang menyebarkannya. Itu pasti antara Dika sendiri yang sengaja menyebar atau Raka juga Dimas.


Sampai di kelas kondisinya tak jauh beda. Semua mata kini menatap ke arahnya. 


"Eh, eh, dia masuk ternyata."


"Nggak nyangka, sih. Dibalik penampilannya cuma nutupin bringasnya doang."


Berusaha cuek saja, Sukma berjalan menuju bangkunya.


"Bukan gue yang nyebarin," ucap Arga begitu Sukma duduk di sampingnya.


"Gue tau."


Arga menghela napasnya, sejujurnya ia juga masih tak habis pikir Sukma mampu melakukan hal seperti itu. Ia jadi curiga Sukma mengidap keperibadian ganda. "Dika sendiri katanya yang sebarin. Mereka semua tau dari pesan berantai. Kayaknya ada hal yang dilebihin dan dikurangi makanya lo yang jadi bajingan di sini."


Tampaknya Dika belum tahu jika ada dirinya dan Rian yang menjadi saksi di sana yang bisa saja membongkar semuanya. Padahal muka dua temannya kemarin sudah panik bukan main. Tapi, bisa jadi ia tak peduli karena merasa akan tetap menang dengan menjadikan keluarganya sebagai tameng.


"Gue juga tau itu."


Arga kemudian menghadap ke arah Sukma dan menatap pemuda itu intens. "Lo kayak udah kenal dia lama."


Tak ada jawaban pasti, Sukma hanya mengangkat sudut bibirnya saja.


Seumur ia satu kelas dengan Sukma, walaupun ia jarang memperhatika polah teman-temannya. Tapi, rasanya baru kali ini Arga melihat aura Sukma yang berbeda. Sepertinya ia salah menilai tadi, mungkin memang beginilah aslinya Sukma.


Arga kembali menyandarkan punggungnya. "Gue nggak masalah buat bersaksi karena gue tau lo nggak salah. Cuma gue nggak tau apa kesaksian gue bakal ngebantu atau enggak. Ngelawan Dika kayak bukan hal yang gampang."


Sukma menoleh ke arah Arga. "Nggak perlu repot-repot, Ga." Ia menjawab dengan kalem.


"Heh...."


Entah sejak kapan datangnya kini mata Sukma dan Arga terarah pada Yogas yang sudah berada di samping bangku mereka.


"Wah, nggak nyangka gue salah pilih musuh. Untung gue nggak pernah lo bikin lebam." Entah ada angin apa tiba-tiba Yogas berucap demikian, dan langsung saja kembali duduk di bangkunya.


"Lo nggak pengen hajar dia selama ini?"


Dengan enteng Sukma menggeleng. "Dia nggak pernah nyakitin gue dari fisik sampe batin. Dia cuma nyuruh gue beli makanan. Malah gue yang khawatir sama dia."


"Kenapa?"


"Bukannya keliatan, dia cuma nutupin kelemahannya sama tampang premannya."


Arga terkekeh sekilas. Ia benar-benar salah menilai Sukma rupanya. Bukan hanya dia, tapi semua sudah tertipu. Entah apa yang membuat laki-laki itu berpura-pura seperti ini. Tapi, ia setuju jika Yogas tak benar-benar sesangar rupa yang dimilikinya. Adu jotoa dengan Arga saja kalah waktu lalu.


"Lo jawab aja semuanya dengan jujur, jangan ada yang ditutupin." Arga kembali memajukan tubuhnya. "Dia, cowok yang lagi diem dengerin gerombolannya gibahin lo, ngerekam semua kejadiannya. Gue nggak tau apa yang dia rencanain karena masih diem aja. Gue saranin lo jawab dengan apa adanya."


Sukma mengikuti arah pandang Arga yang menuju ke Rian.


"Dari perkataan lo, lo pasti benci sama Dika. Ini saatnya lo bales semuanya."


***


Benar saja kini Sukma sudah dipanggil ke ruang BK untuk menanyakan perihal tragedi kemarin. Ibu dari Dika sudah mencak-mencak tak terima anaknya dibuat babak belur dan kini tengah diamankan lebih dulu di ruang kepala sekolah daripada menimbulkan ribut saat bertemu langsung dengan Sukma.


"Jadi, kenapa kamu lakuin itu sama Dika?"


"Menurut Ibu kenapa?" Sukma malah bertanya balik pada Bu Susan guru BK-nya. Di sini terdapat pula Bu Marisa sebagai wali kelas untuk mendampingi Sukma.


"Sukma--"


Lihat selengkapnya