Friend'Sick

arsyanisaa
Chapter #12

12. The Truth (2)

Ruang kepala sekolah yang biasanya sepi dan tak banyak dikerumuni orang kecuali di momen tertentu, seperti saat ini yang ramai oleh beberapa orang di dalamnya.


Ada Bu Tina sendiri selaku pemilik ruangan. Terdapat dua guru lainnya sebagai wali masing-masing kelas. Bu Marisa dengan tiga anaknya, Sukma, juga Arga dan Rian sebagai saksi mata di tempat kejadian yang tadi sudah menceritakan kesaksian mereka, dan Rian juga sudah memberi bukti rekamannya. Ada juga Pak Ghofar dengan dua anaknya Raka dan Dimas. Serta Pak Yudhi tentunya sebagai waka kesiswaan. Satu lagi yang membuat aura ruangan makin terasa tegang adalah hadirnya sosok sang direktur yayasan. Pak Widodo, donatur terbesar SMA Cendrawasih, kakek dari Dika.


"Kalian sudah tahu Dika kecanduan dari lama?" tanyanya mengarah pada Raka dan Dimas yang sedari tadi hanya menunduk ketakutan.


Keduanya pun akhirnya mengangguk menjawab pertanyaan Pak Widodo.


"Kalian juga pake?" Pertanyaan tegas itu kini keluar dari bibir Pak Yudhi yang langsung saja dijawab gelengan oleh dua anak itu.


"Kalian udah temenan lama sama Dika udah tau kelakuan dia seperti itu. Kenapa nggak kalian tegur? Apa kalian jangan-jangan yang buat cucu saya jadi begitu?"


"Bukan, Pak!" Keduanya kembali serentak menjawab.


"K-kita justru takut." Raka melanjutkannya dengan wajah tertunduk.


"Karena?"


Terlihat tangan Raka yang menggenggam erat dan menggesek celananya karena takut. "Tiap orang yang berani melawan Dika bisa dapat masalah. Kami nggak berani. Kami mending nurut dan buat jadi teman Dika."


"Kalian bukan teman yang baik," balas Pak Widodo dengan nada angkuh. Walaupun usianya sudah lebih dari delapan puluh tahun, dengan rambut yang memutih itu pria tua itu masih terlihat begitu berkharisma. "Kalian hanya parasit di kehidupan cucu saya. Mengambil posisi aman, dan menumpang kesejahterahan yang bisa kalian dapat atas nama Dika."


Tak ada bantahan lagi yang keluar dari mulut dua anak itu. Bukan lagi sepertinya itu benar, memang itu benar. Semua pun tahu jika dua anak itu hanya kacung bagi Dika yang mau menurut sepenuhnya pada laki-laki itu dan mereka berdua mendapat kesenangan mereka juga dengan tenang. Hubungan mereka hanyalah sebagi parasit, bukan sahabat.


"Ibu tau kelakuan cucu saya selama ini? Kenapa tidak melapor?" 


Bu Tina yang kali ini ditodong hanya mampu menundukkan kepalanya. "Maaf, Pak."


Pak Widodo kini menatap lurus ke arah Sukma. "Jadi, Dika juga bertanggung jawab atas kematian ayah kamu?"


Dengan sedikit kaku Sukma menganggukkan kepalanya.


"Boleh saya sedikit tau kronologinya?"


Semua mata kini terarah pada Sukma. Tampaknya, yang lain pun juga dirundung rasa penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan anak itu dan Dika.


Lihat selengkapnya