Friend'Sick

arsyanisaa
Chapter #13

14. Reasoning

"Stop ikutin gue Rian!"


Rian langsung menghentikan langkahnya. "Kenapa?"


"Kenapa? Karena gue benci sama lo."


"Karena apa lo benci sama gue?"


Arga kini terdiam di tempatnya. Untuk apa Rian menanyakan hal yang tak pernah ia tanyakan sebelumnya.


"Kenapa diam?"


Rian makin melangkahkan kakinya maju ke hadapan Arga, hingga Arga memilih untuk mundur juga perlahan.


"Apa alesan lo benci gue selama ini? Gue bahkan bukan orang yang membunuh orangtua lo. Kenapa?" Rian menghentikan langkahnya, kemudan satu sudut bibirnya tertarik membuat Arga merinding di tempatnya. "Bukannya lo yang salah? Membiarkan kedua orangtua lo mati, dan mencari pelampiasan untuk bisa disalahkan?"


Tangan Arga jadi gemetar hebat mendengar ucapan Rian. Rahangnya mengeras dan serasa kaku untuk digerakkan.


"Ya, 'kan? Lo yang salah dan mencari kambing hitam lainnya. Lo yang salah." Rian menyunggingkan senyumnya sambil menatap ke arah Arga. "Lo yang buat orangtua lo mati."


Arga memundurkan langkahnya kembali saat Rian berusaha mendekat. "Lo yang buat Kak Niko sengsara juga. Lo sakit karena lo sendiri. Kenapa gue dan keluarga gue yang salah? Kenapa? Kenapa? Kenapa?!"


Mata Arga langsung terbuka lebar. Napasnya kembang kempis seperti biasa saat ia mengalami mimpi buruk. Tangannya kemudian meraih laci dan segera meminum pilnya kembali. 


Arga menunduk usai menelan obat-obatannya, dan menarik napas dalam lalu mengembuskannya. Matanya kembali terpejam sembari kembali mengingat apa yang terjadi di mimpinya. Itu adalah kali pertama Rian bisa datang ke mimpi buruknya. Harusnya kemarin ia tak melewatkan jadwal terapi. Namun, sungguh kemarin ia lelah bukan main. Bahkan sehabis membeli makanan, karena Niko berpesan tak bisa memasak ia pun tertidur di kamar bahkan sebelum sempat berganti pakaian dan makan siang.


Memilih tak ingin peduli dengan mimpinya lagi, Arga menyibak selimut dan segera turun dari ranjangnya untuk bersiap ke sekolah.


***


"Eh, Ga. Ini temen lo?"


Arga yang berjalan dari belakang sambil membenarkan dasi pun menoleh ke arah televisi. Keningnya langsung berkerut dan ia berjalan mendekat ke arah televisi. "Kerasin volumenya, Kak."


Mata Arga tak lepas dari deretan suara yang dipaparkan oleh reporter yang menyatakan bahwa Dika kelas tiga SMA Cendrawasih, cucu dari Widodo Baragi, akan melalui proses penyidikan atas kasus pembunuhan dan penganiayaan tiga tahun silam, serta kasus narkoba yang menimpanya. Arga tampa terkejut juga saat mendengar bahwa Dika sempat melakukan percobaan pembunuhan terhadap kakeknya sendiri.


"Ini temen yang lo certain kemarin nggak, sih? Kronologinya hampir sama."


Arga mengangguk. "Sinting dia emang."


"Parah emang sampe kayak gitu. Kok bisa ya dia kayak gitu?"


Arga jelas saja mengangkat bahunya. "Nggak tau, urusan mereka. Gue berangkat ya."


"Hmm, kayaknya sekolah lo bakal rame wartawan sekarang."


Yang Arga pikirkan justru mengarah pada Sukma. Apa pemuda itu sudah puas? Mau tidak mau pasti sekarang ia juga akan jadi incaran para wartawan.


***


"Gimana rasanya?"


Sukma menoleh ke arah Arga usai menatap kerumunan wartawan yang ada di bawah. Ia tadi dibawa Arga untuk ke atap dan melarikan diri, bersyukur sekali rasanya dapat terbebas dari kejaran orang-orang pencari berita itu. Tak disangka juga Arga akan membantunya.


Lihat selengkapnya