Arga menghentikan langkah kakinya dan mengatur napas usai berlari pagi ini. Hari ini ingin kembali memulai aktivitasnya untuk lari pagi demi menjernihkan pikirannya lagi. Apalagi mumpung hari libur pula, jadi tak perlu sepagi buta itu pula ia untuk berangkat. Lagipula semalam pun ia tidur dengan nyenyak. Ia kemudian menatap ke arah Niko yang baru saja sampai menyusulnya.
Napas Niko nampak tersengal, tubuhnya mebungkuk sambil menumpukan tangan pada lutut. "Lo jogging kayak orang ngajak balapan. Cepet banget." Niko masih terlihat mengatur napasnya yang jauh lebih ngos-ngosan dibanding Arga.
Arga justru terkekeh menanggapi ucapan sang kakak. "Makanya olahraga, dong. Jadi engap kan lo."
Terdengar decihan dari Niko, lalu ia menegakkan tubuhnya. "Gue udah sering olahraga di dapur kedai."
Ledakan tawa Arga tak terbendung lagi. "Terserah lo aja, deh. Mungkin aja faktor umur."
"Dih, malah ngatain lo." Niko menoyor kepala Arga yang membuat adiknya itu mengaduh sambil cemberut. "Dah, ini beli minum di mana?"
"Agak sana, jauhan lagi. Ayo lari lagi."
Niko langsung menahan tubuh Arga yang hendak berlarik. "Nggak nggak, jalan aja bisa nggak sih."
"Ya udah lo jalan aja gue lari."
"Ya masa gue jalan sendiri. Nggak gue masakin nasi goreng ya lo habis ini." Niko mulai mengancam yang tampaknya tak begitu dipedulikan oleh Arga.
"Ya terserah. Bosen lagain sarapan nasi goreng, mending makan bubur ayam."
"Ya udah nggak gue beliin lo."
"Dikira gue nggak bawa duit."
"Sialan."
Arga pun tertawa puas sembari berlari kecil mendahului sang kakak yang berjalan kaki dengan napas yang masih ngos-ngosan.