Mulai hari ini kekosongan karyawan di Lokasimu sudah terisi. Yogas yang kemarin meminta pekerjaan akhirnya disetujui Niko tanpa persyaratan berarti, karena Yogas hanya akan bekerja part time. Niko cukup profesional, sedari awal ia membutuhkan karyawan dengan ijazah minimal SMA sedangkan Yogas SMA saja belum lulus.
Anak itu hanya dipekerjakan di hari Jumat, Sabtu dan Minggu. seperti ini dengan tugas mencuci piring atau mengantar makanan, dengan gaji yang Niko bayarkan pada hari itu juga. Tidak menutup kemungkinan pada hari biasa juga Niko akan meminta Yogas datang jika anak itu tak masalah.
Namun, hari ini Arga tetap datang lagi dan membantu Niko. Niko tak masalah, toh kalau tenaga adiknya tak perlu dibayar, dan jika weekend memang pelanggan akan lebih banyak. Hitung-hitung agar meringankan beban saja.
Jadilah Arga hari ini bekerjasama dengan profesional bersama Yogas. Ya walaupun akhir-akhir ini mereka sering bekerjasama juga dalam menyelesaikan tugas kelompok. Agak kaget juga rasanya kemarin ia melihat Yogas datang. Untungnya Niko kembali lagi berniat memberikan charger ponsel. Jika pun Niko tak kembali, sudah pasti Arga akan memanggilkan kakaknya mana mungkin ia setega itu untuk mengusir Yogas.
Yogas sendiri juga terkejut ketika melihat keberadaan Arga. Awalnya ia kira Arga bekerja di tempat ini. Namun, ketika Niko datang dan menyapa anak itu dengan santai membuatnya jadi teringat jika kakak Arga memiliki sebuah kedai. Pantas saja ia merasa tak asing dengan nama kedainya. Ia pernah melihat di cap cup minuman saat berkunjung ke rumah Arga dulu.
Arga menyodorkan segelas air kemasan dan jajanan pada Yogas melihat anak itu hanya terdiam saat jam istirahat begini. "Jatah dari sini makan aja daripada bengong."
Yogas yang awalnya bingung pun mengambil segelas air mineral kemasan itu lebih dulu untuk diminumnya lebih dulu. Lagipula ia juga lapar, mana mungkin ia akan gengsi terhadap makanan.
"Bawa botol aja, di sini nyediain air. Lo nggak bawa bekal juga ya?"
Pertanyaan Arga tak begitu ditanggapi, Yogas malah sibuk makan camilan yang Arga berikan tadi.
"Dih, malah diem."
"Nggak ada yang bikinin."
Selain dirinya sendiri, Yogas adalah orang yang tak terbuka sedikit pun. Pribadinya yang buruk membuat pemuda itu dijauhi. Bedanya dengan Arga, Yogas masih punya Rendra yang setia menemaninya. Sedangkan Arga tak punya siapapun dan tak menginginkan siapapun.
Sudah menjadi tanda tanya banyak orang, dan banyak jadi rumor juga di sekolah. Kenapa bocah bengal yang doyan membolos dan berlagak bak preman itu bertahan di SMA Cendrawasih. Yang Arga ingat, tak ada keributan berarti yang pernah dibuat Yogas, anak itu hanya sering membolos layaknya siswa nakal lainnya. Lagi pula ia cukup pintar dan masih mengumpulkan tugas. Masih bukan berarti selalu.
Satu kelas pun dibuat heran dengan Yogas yang seperti tak memiliki apapun. Kemana-mana besama Rendra, ponsel juga jadul, yang ditahu jajan juga suka numpang bersama Rendra, tak jarang juga menyuruh murid lain untuk membelikan, yang paling kentara akhir-akhir ini adalah anak itu tak pernah menolak pergi kelompok saat disogok makanan.
Sekolah sebenarnya menyediakan beberapa jenis beasiswa atau bantuan untuk siswa kurang mampu. Tapi, Yogas tak tampak mengikuti program itu juga. Lagipula, walaupun ia dibilang pintar tapi dengan kelakuan yang begitu maka akan membuat beasiswanya dicabut sekolah.
Arga sendiri sebenarnya juga enggan bersekolah di sana, dengan biayanya yang agak mahal. Tapi, kata Niko sama saja nantinya jika masuk sekolah negeri tapi jaraknya jauh dan habis biaya untuk ongkos.
"Jangan ngerokok di sini. Lo nggak sanggup beli nasi bungkus malah ngerokok," tegur Arga saat melihat Yogas ingin menyalakan pemantik ke batang nikotin.
Yogas menyunggingkan senyum miringnya sembari berdecak sebal. "Ngurus amat. Bukan urusan lo."
"Gue bilang jangan ngerokok di sini. Abang gue ada asma, lo mending ngerokok di luar sama karyawan lain."