"Lo kenapa sih, Kak? Sakit?" Arga langsung membantu Niko untuk membereskan kekacauan yang dibuat kakaknya itu sendiri.
Niko berniat membuatkan teh untuk mereka di malam yang dingin karena hujan ini, tapi begitu sampai dan ditaruh meja teh itu malah tumpah. Arga rasa pun sedari tadi Niko tampak tak fokus juga, mulai dari selesai menjemputnya di sekolah tadi.
Baik Arga dan Niko kini mengelap kembali meja yang basah dan lengket itu.
"Sorry, sorry. Gue bikinin lagi."
Arga langsung menahan lagi tubuh Niko dan mendudukkannya di sofa. "Udah gue aja yang bikin."
Dengan membawa dua cangkir yang sudah hampir habis isinya dengan sia-sia itu, Arga menuju ke dapur untuk membuatkan teh lagi.
Niko sendiri hanya menurut dan membiarkan adiknya ke dapur. Ia kemudian menyandarkan punggungnya ke sofa dan menatap ke arah televisi dengan tatapan kosong.
Siapa pria yang bersama Marisa tadi? Itu adalah pertanyaan yang terus bermunculan di otak Niko.
Mungkinkah dia orang baru untuk Marisa? Itu wajar jika Marisa memiliki pendamping baru walaupun kata putus tak pernah mereka ucapkan. Niko menghilang begitu lamanya, wajar jika wanita itu mendapat penggantinya dan memilih putus sepihak begini, toh Niko yang memulai.
Tapi, perkataan Risa waktu lalu menimbulkan secercah harapan Niko untuk kembali pada Marisa. Sungguh tak tau diri memang. Tapi, mendengar Marisa masih mencarinya dan berharap bertemu dengannya, ia jadi berpikir Marisa masih menunggunya.
Tapi, rasanya tak mungkin juga lima tahun menunggu tanpa kepastian. Lagipula, masih ingin bertemu bukan berarti Marisa belum ada pasangan baru.
"Lo kenapa, Kak? Kok tiba-tiba kayaknya nggak fokus gini? Sakit ya? Kumat lagi?"
Niko kemudian menoleh ke arah Arga lalu tersenyum dan mengambil secangkir teh yang sudah dibuatkan adiknya. "Nggak kok." Langsung saja Niko menyeruput teh panas itu yang tentu saja juga langsung menyengat ujung bibirnya karena tehnya masih panas.
"Masih panas." Arga meletakkan teh miliknya dan duduk di sebelah Niko. "Lo kenapa? Cerita ah jangan diem gini. Gue tau lo nggak mungkin baik-baik aja ini."
Niko terkekeh lalu mengusak rambut Arga saja.
"Kak...."
"Tadi ketemu mantan."
"Hah? Mantan lo yang mana? Kak Diana?"