Friend'Sick

arsyanisaa
Chapter #25

25. Ambisi

Arga mengerutkan keningnya saat Sukma masuk dengan kepala menunduk dan tertutup oleh tudung hoodie. Ia memerhatikan betul sepertinya ada yang aneh dari anak itu. Saat sudah sampai di sebelahnya Arga baru paham apa ayang membuat penampilan Sukma terlihat asing hari ini.


"Kacamata lo mana?"


"Patah, dimainin adek gue."


"Nggak masalah nggak pake kacamata?"


"Mata gue nggak seminus itu, sih."


Arga kemudian menatap sekitar seolah baru merasa beberapa mata kini mengarah pada Sukma. Ia sekarang paham kenapa anak itu masuk dengan kepala menunduk dan menutup hoodie.


"Wah, idola baru ya?"


"Apaan sih, Ga."


Pasalnya saat di angkot tadi kebetulan ia satu angkot dengan siswi lain yang sepertinya adik kelasnya. Entah pada saat turun, gadis itu dengan girang malah berlari menujut temannya dan membisikkan sesuatu yang membuat mereka menatap ke arah Sukma.


Awalnya Sukma berjalan santai saja dan menatap seluruh penampilannya yang sepertinya tak ada yang salah, karena sepanjang menuju kelas ia masih ditatap saja. Ia juga jadi penasaran, apa ada berita macam-macam lagi yang menimpa dirinya seperti saat berselisih dengan Dika dulu. 


Hingga akhirnya saat ia tak sengaja degar salah seorang siswi yang berbisik, "eh cakep juga ternyata." Sukma jadi sadar apa yang membuatnya jadi pusat perhatian. Jadilah, ia memasangkan tudung hoodienya dan menunduk malu sampai tiba di kelas.


Arga sendiri jadi terkikik pelan begitu mendengar reaksi Sukma. "Padahal kata gue lo cakep-cakep aja pake atau nggak pake kacamata. Kenapa pada banyak yang terpana sekarang?"


"Ga, lo nggak bermasalah sama orientasi kan?"


"Dih, sinting." Arga menggedikkan bahunya. "Kalaupun iya gue nggak akan pilih lo, Suk."


"Trus lo pilih siapa?"


"Om om kaya biar gue bisa dibiayain."


"Dih, gila udah mikir kayak gitu ternyata."


Arga tertawa dengan renyah. "Enggak, lah. Gila aja."


"Awas lo entar beneran kayak gitu."


"Ya nggak tau lagi, sih. Siapa tau kepepet."


"Ya, bener. Siapa juga kan yang nggak mau duit," balas Sukma dengan candaan dan ditanggapi tawa juga oleh Arga.


Sedangkan tak jauh di seberang mereka, seseorang tengah memerhatikan interaksi dua ana tersebut.


Dalam hati, Rian iri dengan Sukma yang mampu dengan bebas bercanda bersama Arga, di sisi lain ia juga merasa berterima kasih pada Sukma telah membuat Arga tersenyum secerah itu lagi setelah sekian lama.


***


Arga mengangkat lengannya ke atas berusaha meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.


"Idola baru berani ke luar?"


"Ga ... please ya."


Arga kembali dibuat terkikik untuk sekian kalinya. Seru juga rasanya menggoda Sukma. 


"Lo udah dapet beasiswa karena nilai kesenian lo yang bagus, dan sering menang lomba, masih aja maksain hal yang nggak lo mampu," tutur Arga saat melihat Sukma masih menandai beberapa poin penting di bukunya.


Anak itu pun langsung menutup bukunya dan menoleh ke arah Arga. "Maksud lo gue masih aja nggak pinter gitu ya?"


"Itu lo paham."


Sukma mendecih pelan. "Paling nggak usaha. Ya walaupun gini-gini aja. Kayaknya emang kadar otak gue nggak nyampe."


"Bukan gitu, tiap orang kan punya porsinya masing-masing. Apa yang lebih dari lo juga nggak dipunya banyak orang lainnya. Berarti kapasitas lo memang ada di bidang seni."


"Wih, bijak sekali. Udah siap jadi motivator televisi yang hidupnya terlihat sempurna?" Sukma sedikit meledek membalas Arga yang sedar tadi juga meledeknya.


"Ngasih motivasi doang nggak ada ngasih duit itu sama kayak ngasih orang makan angin. Nggak afdol."


"Gue setuju," balas Sukma menggebu.


"Dah, ke kantin nggak?"

Lihat selengkapnya