Friend'Sick

arsyanisaa
Chapter #32

32. Healing

"Vilanya emang daerah mana ya, Nik? Maaf loh kalian jadi berangkat belakangan karena aku."


Niko terkekeh sejenak sembari sesekali melirik ponsel untuk melihat arah. Ia berdua saja dengan Marisa, dengan dirinya sebagai sopir karena Surya dan Risa sudah berangkat lebih dulu bersama yang lain di satu mobil karena mobil Surya sendiri juga muat untuk banyak orang. "Nggak apa-apa, Sa. Sebenernya aku udah pernah ke sana cuma agak lupa aja jadi sambil liat maps."


"Tadi ke tempat Papa dulu, sih." Marisa mendecakkan lidahnya. Kentara sekali ada nada kesal di sana.


Niko mengerutkan dahinya, sudah lama ia tak mendengar kabar ayah Marisa. Ia sendiri sudah tahu jika Marisa memiliki hubungan yang tak baik dengan sang ayah. Bahkan ia sendiri tak merasa cocok dengan aura orang itu. Niko hanya sekali bertemu dengan Haris, dan anggap saja itu pertemuannya yang tak baik. Haris dan Marisa sedang perang dingin dan sedikit terjadi keributan, Haris pun menatapnya seolah tak suka enta apa alasannya. Tatapannya benar-benar mengintimidasi dan tak menunjukkan kesan ramah. Cenderung seperti ingin menguliti dirinya hidup-hidup. Jauh berbeda dengan sikap ibu Marisa yang begitu luar biasa ramahnya.


"Papa kamu di mana emang sekarang?"


Terdengar helaan napas panjang dari Marisa. "Rumah sakit."


Tiba-tiba Niko jadi teringat ketika ia pernah melihat Marisa di rumah sakit saat menyambangi Yogas. "Rumah sakit yang sama pas Yogas di rawat?"


Marisa menolehkan kepalanya. "Kamu tau?"


"Pas lagi jenguk Yogas aku kayak liat kamu di sana. Pikirku salah liat, taunya bener. Emang sakit apa?"


"Entah, aku juga nggak mau tau. Komplikasi intinya."


Sudah biasa bagi Niko mendengar jawaban Marisa yang ketus untuk sang ayah. Rasanya Marisa sendiri memang tak ada ikatan batin dengan ayah sambungnya itu. 


"Ngerepotin, kenapa nggak sekalian mati aja."


Ini adalah sisi lain dari Marisa yang tak banyak diketahui orang, dan tak akan mungkin juga dia tunjukkan di sekolah. Niko adalah salah satu yang tahu akan hal ini. Marisa sejujurnya adalah orang yang blak-blakan.


"Doain yang baik aja, Sa." Niko memberi komentar sedikit saja tanpa mau ikut campur lebih jauh, dengan senyum miring yang terpatri dari bibirnya.


"Itu udah yang terbaik, Nik. Paling nggak itu terbaik untuk orang lain juga."


Niko diam dalah hati setuju. Ia pun sudah tahu jika ayah Marisa punya sikap abusive pada orang lain terutama karyawannya. Yang untungnya sikap itu tak dilakukan pada Marisa juga ibunya. 


***


"Ga, coba kamu telfon Niko aman apa enggak di belakang tadi?" perintah Risa pada Arga usai mereka semua turun dari mobil dan membawa barang masing-masing.


Baru saja Arga akan menekan kontak Niko untuk memanggil, dari jarak beberapa meter ia bisa melihat mobil yang familiar. "Itu mobil Bu Marisa kan?"


"Oh iya. Cepet juga ngejarnya." Surya melongok ke arah yang sama dengan Arga.


Mobil yang dibawa Niko terparkir tak lama kemudian di sebelah mobil Surya. Dua orang di dalamnya pun ke luar.


"Ngebut, Ko? Kayaknya tadi ada hampir setengah jam ketinggalan." 


"Enggak, biasa aja kayaknya. Lo yang melanin laju mobil paling."


"Maaf ya, Mas. Tadi aku telat ada urusan."


"Halah nggak apa-apa, Sa."


"Ya udah ayo masuk dulu, kita istirahat aja dulu lah ya."


Tujuh orang di sana pun bergegeas masuk ke vila pribadi milik keluarga Risa. 


Baru saja Arga melangkah tangannya lebih dulu di tahan oleh Rendra. "Eh, ini acara apa sih? Kok sampe ada Bu Marisa? Kalian kenal ya?" Cecar Rendra dengan beberapa pertanyaan yang sedari tadi membuatnya penasaran.


Pada akhirnya Yogas memang ikut. Ia mengajak serta Rendra saja, karena sang ibu yang memilih pergi bersama Bu Tina. Yara sendiri sudah diajaknya, tapi anak itu lebih memilih pergi bersama sang ibu. Hampir saja ia berniat memutuskan untuk tidak ikut saja, tapi tiba-tiba Niko mengiriminya pesan untuk ikut. Tak enak menolak pun akhirnya Yogas memutuskan untuk mengajak Rendra saja.


"Kepo. Tar juga tau sendiri," jawab Arga atas pertanyaan Rendra dan melepas pegangan kawannya itu untuk menyusul orang-orang ke dalam vila.


"Yee medit banget."


"Udah nggak usah kepo ayo masuk." Yogas menepuk bahu Rendra dan melangkah lebih dulu menyusul Arga.


"Halah lo pasti juga kepo kan, Gas. Nggak usah ngatain deh." Rendra ikut melangkahkan kakinya menyeimbangkan langkahnya bersisian dengan Yogas.


"Hst, nggak usah berisik."


"Halah ngaku lo."


"Diem, Ren."


***


Arga langsung mengangkat kepalanya dan menatap Rendra yang baru saja menimbulkan keributan. "Paan sih, Ndra? Berisik banget."


Rendra yang berjongkok sambil memunguti peralatan mandinya pun menatap sinis ke arah Arga. "Baru juga ginian anjir belom juga panci dan perkakasnya."


Lihat selengkapnya