Friends

Arinaa
Chapter #1

Andinia

Bukan pribadi yang memiliki otak cemerlang membuat dirinya siang malam berdoa pada tuhan agar bisa di terima di SMA pilihannya. Salah satu SMA favorit di Jakarta. Cukup sulit untuk bisa masuk ke SMA ini. Nilai rata-ratanya saat ujian nasional SMP hanya 8,5. Mungkin untuk sebagian orang, nilai ini cukup tinggi. Namun untuk bisa masuk ke SMA ini, rata-rata untuk bisa masuk jika memiliki nilai 9,5 atau paling tinggi dapat nilai sempurna. Hanya tuhan harapannya sekarang untuk mengabulkan doanya.

Hingga hari terakhir, namanya masih berada di peringkat 350 dari 400 siswa yang di terima di sekolah tersebut. Tak berhenti mengucap kata syukur pada tuhan yang mengabulkan doanya. Setidaknya, ia masih di beri kesempatan untuk membanggakan orangtuanya.

Seminggu sebelum sekolah, seragam dan buku sudah di siapkan. Walaupun 3 hari pertama ia masih memakai seragam sekolah dulunya, namun ibunya yang memang teliti sekali sudah menyiapkan jauh sebelumnya. Bahkan ayahnya sampai membelikan sepatu yang mungkin anak-anak lain akan susah mendapatkan hanya dengan meminta.

“Ini sepatu kamu buat nanti sekolah. Di beliin sama Ayah.” Ucap ibunya memberikan satu plastik berisi kardus box sepatu.

Matanya berbinar saat melihat merk sepatu tersebut. “Makasih ya Ma.” Ucapnya dengan bahagia.

Malam hari, ia tanpa bermain dengan ponsel pintarnya, langsung menutup mata karena esok hari di mana ia akan masuk ke sekolah barunya. Tak ada kata terlambat untuknya.

~

Setelah siap dengan segala atribut yang di perintahkan, perempuan yang sering di panggil Dini itu tengah menunggu ojek yang akan mengantarnya ke sekolah. Orangtuanya membayar ojek itu secara bulanan. Dengan masih menggunakan seragam putih biru, tas yang sudah di isi dengan persyaratan yang di minta untuk MOS (Masa Orientasi Siswa), dan rambutnya yang sudah di kuncir dua dengan pita berwarna hijau. Papan nama yang di minta oleh pengurus osis yang mengurus kelasnya juga sudah jadi.

“Sabar Din, cuma 3 hari.” Ucapnya pada diri sendiri. Jujur ia tak mau terlihat seperti ini. Sangat kekanakan.

Sesampainya di sekolah, Dini langsung menuju kelasnya yang berada di lantai 4. Ia berjalan menuju kelas sementara di tempatkan. X-I menjadi kelas sementaranya sebelum mendapatkan kelas tetapnya. Selama MOS, ia akan berada di kelas ini. Ia memasuki kelas dengan sama sekali tak ada yang ia kenal. Karena memang setahunya yang berhasil masuk ke sekolah ini dari teman SMP-nya dulu hanya 3 orang. Dan ketiganya di tempatkan di kelas yang berbeda.

“Di sini kosong? Gue boleh duduk?” tanya Dini pada salah seorang perempuan.

“Ah iya. Duduk aja.” Jawabnya dengan senyum.

Dini lalu duduk dan meletakkan tasnya di bangku. “Gue Dini.” Ucapnya memperkenalkan diri.

“Ah, gue Bella.” Balas perempuan itu.

Mereka pun berbincang dari bertanya asal sekolah dan hobi. Pertanyaan formal memang, namun menurut Dini dari pada tak ada bahan obrolan. Setidaknya ia mendapatkan teman saja sudah bersyukur.

Hari demi hari berjalan. Hingga pada hari terakhir MOS, sekolah mengadakan acara gebyar esktrakurikuler untuk para murid baru dan memilih ekskul yang akan mereka ikuti selama sekolah. Setelah penampilan cheerleader, Dini mendatangi stand untuk yang ingin mendaftar menjadi anggota cheerleader.

 

“Permisi kak. Aku mau daftar.” Ucap Dini dengan sopan.

Lihat selengkapnya