Minggu pagi ini, subuh-subuh banget, Abel terjaga dari tidurnya. Matanya terbuka pelan, mengerjap, melihat langit-langit kamar. Secara perlahan dia bangkit, duduk di tepi ranjang. Perasaannya mendadak mekar seketika, dibarengi segurat senyum tercetak di bibirnya.
Menyadari Vanny telah menjadi pacarnya, perasaan Abel selalu menghangat setiap terbangun dari tidurnya. Jika biasanya hal itu hanya terjadi di dalam mimpi. Kini Abel benar-benar memilikinya di dunia nyata. Cowok itu menempelkan kedua tangan di pipi, mengusap-usapnya secara perlahan.
Beberapa menit berlalu, Abel beringsut ke kamar mandi, mencuci muka sekalian mandi mumpung udara masih segar.
Pukul enam tepat, setelah pamit pada ibunya, Abel sudah mengendarai sepeda motornya menuju rumah Vanny dengan memakai celana training juga jaket berlogo Paris Saint Germany. Tak lupa dia memakai sepatu olahraga yang sudah menemaninya selama tiga tahun. Sekarang, rencananya Abel akan ke alun-alun Sumber bareng Vanny menjadikannya kencan pertama mereka.
Kebetulan di sana sedang ada car free day, cocok untuk sekadar berolahraga dan jalan-jalan menikmati akhir pekan.
Sesampainya di rumah Vanny, Abel mendapati pacarnya itu sudah berdiri menunggu di depan pintu pagar. Cowok itu menghentikan motor tepat di sisi Vanny, membuka helm, memandang Vanny tanpa berkedip.
Sama halnya dengan Abel, Vanny juga memakai setelan olahraga. Kaus lengan pendek berwarna merah muda terlihat sangat cocok dipakainya, juga celana hitam yang sedikit ketat. Dia melingkarkan jaketnya di pinggang. Juga untuk pertama kalinya, Abel melihat rambut Vanny dipasang bando, yang menurutnya semakin menambah kemanisan cewek itu.
“Kenapa ngeliatin terus?” selidik Vanny sambil menatap mata Abel lekat.
“Kamu cantik banget,” jawab Abel singkat.
Wajah Vanny tertunduk, merasakan pipinya yang seakan-akan memanas, tersanjung dipuji Abel. Detik selanjutnya, Abel mengambil helm yang menggantung di setang motor, lalu menyerahkannya ke Vanny. Namun, Vanny tidak menerimanya, malah menyodorkan kepala, membiarkan Abel yang memakaikannya.
Secara lembut, Abel memakaikan helm ke kepala Vanny. Seketika wajah keduanya memerah, begitu hanya berjarak beberapa senti. Demi menghilangkan rasa canggung, Vanny lantas naik ke motor, melingkarkan tangannya ke pinggang Abel. Sontak cowok itu merasakan sensasi luar biasa menjalar ke seluruh tubuhnya.
Di saat yang sama, Abel segera melajukan kendaraannya melesat menuju taman kota.
Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di taman kota. Abel memarkirkan motor, lalu berjalan menikmati jalanana di sana yang bebas dari kendaraan.
“Bel, ke sana, yuk!” ajak Vanny seraya menunjuk pada perempuan yang tengah menyanyikan sebuah lagu di pinggir jalan sembari bermain gitar..
Abel mengangguk, menautkan jemarinya dengan Vanny, menggamitnya seraya berjalan riang. Tak henti Abel memandang pacarnya yang terlihat bercahaya di matanya. Untuk pertama kali sepanjang hidupnya, dia merasakan yang namanya pacaran.
Akankah sama jadinya
Jika bukan kamu
Lalu senyummu menyadarkanku
Kau cinta pertama dan terakhirku
Perasaan Abel begitu nyaman mendengar perempuan itu menyanyikan lagu Cinta Pertama dan Terakhir yang seakan-akan menggambarkan kehidupan cintanya. Dia berharap perjalanan cintanya akan seperti yang diceritakan lagu itu, dengan menjadikan Vanny cinta pertama dan terakhirnya. Meski dia tidak tahu apa yang akan dihadapinya suatu saat nanti.
Sesekali Abel melirik Vanny yang menyandarkan kepala di bahunya. Perasaannya kian mengembang.
“Awas! Jangan liatin yang nyanyi terus.” Vanny memanyunkan bibir sembari memukul pelan pipi Abel.
“Cuman dengerin aja kok. Semoga kisah kita kayak lagunya, ya.”
“Kayak lagunya gimana?” pancing Vanny seraya menatap Abel lekat.
“Kamu percaya enggak kamu itu cinta pertamaku? Kamu cewek pertama yang jadi pacar aku.”
Vanny mengangguk. “Aku percaya.”
“Dan aku pengen terus kamu yang pertama, dan jadi yang terakhir.”
Vanny sedikit melepas tawa, semakin mengeratkan pegangannya di lengan Abel.
“Kamu juga jadi yang pertama buat aku, Bel.”