Friendship and Love

Aldy Purwanto
Chapter #15

15. Hampa

Berita tentang Abel pacaran sama Vanny dengan cepat menyebar ke pelosok sekolah. Awalnya Abel ingin merahasiakan hubungannya sebisa mungkin, hanya Edo saja yang tahu. Namun, sulit sepertinya untuk mewujudkan hal itu.

Terlebih Vanny adalah cewek yang menyandang sebagai siswi tercantik di SMA Angkasa, tentu gelagatnya sangat mudah diketahui. Di sekolah hampir tidak ada yang tidak tahu. Semua cowok kompak mengutuk Abel habis-habisan.

Sudah jelas, kabar itu pun sampai ke telinga Heri. Di markasnya di gudang belakang sekolah, dia bersama teman-temannya sedang membahas akan hal itu. Tentang kemungkinan bisa kembali meluapkan kekesalannya pada Abel dan Edo.

“Kenapa lo? Kusut banget muka lo.” Heri menyikut bahu Tedi yang duduk di sebelahnya.

Tak menjawab, Tedi hanya melepaskan napas berat, mengambil rokok dan menyulutnya. Asap rokoknya dia semburkan pada Ipan, membuat cowok itu terbatuk-batuk.

“Sialan Abel! Beraninya dia rebut gebetan gue!” sungut Tedi kesal, memukul kursi reyot yang didudukinya.

Seketika Heri menoleh, menatap Tedi dengan heran. “Lo beneran suka sama Vanny?”

“Apa wajah gue terlihat meragukan?” Tedi memasang wajah serius.

Heri tertawa terpingkal-pingkal sampai membuat botol minuman di sebelahnya tersenggol jatuh.

“Lo nyari cewek yang selevel dong! Masa iya sama Vanny.”

“Jadi lo belain Abel?” Tedi mendengkus sebal.

Heri berhenti tertawa, lalu melingkarkan tangan ke leher Tedi. “Sori, bukan gitu maksud gue. Mulai sekarang, kita jadi gampang buat ngancurin mereka, karena Abel udah punya pacar. Edo pasti jadi sering sendirian.” Tatapan Heri tertuju pada Deden yang sedang main gaple bersama Hizbul. “Den, lo awasi Edo, ikutin ke mana aja dia pergi. Sampe masuk toilet juga lo ikutin! Kalo ada kesempatan buat ngabisin dia, lo hubungi gue.”

“Siap, Bos!”

“Kalo mereka berdua udah kita buat mampus, lo kan bisa dapetin Vanny. Cocok kan?” Heri menggoda, senyum Tedi mengembang.

“Kenapa kita gak biarin mereka aja sih?”

Seketika Heri dan Tedi menoleh begitu mendengar perkataan Ipan seraya mengerutkan kening.

“Mereka kan udah keluar dari geng kita. Ya udah, gak usah diperpanjang. Kalo mereka nyari gara-gara, baru kita hajar.” Ipan memberi saran.

“Mana bisa gitu!” Dengan keras Tedi menendang selangkangan Ipan, membuat cowok itu memekik nyaring.

“Lo lupa terakhir kali kita tawuran hasilnya gimana? Mereka keluar, kekuatan tempur kita berkurang drastis. Yang paling gue benci, Abel udah khianatin gue!”

Heri memancarkan kebencian yang terlihat jelas di sorot matanya.

Dia tidak bisa membiarkan Abel begitu saja keluar dari kelompoknya, setelah tiga tahun yang mereka lewati bersama. Abel, Edo, dan Heri pernah menjadi sahabat yang tidak perlu ditanyakan lagi kenakalannya seperti apa. Meski masih sedikit terkontrol.

Namun, semua berubah saat Tedi bergabung. Perlahan-lahan, suasana kelompok mereka berubah.

Heri yang awalnya hanya sering berbuat onar di sekolah, berkelahi, bolos pelajaran, atau yang paling parah tawuran. Mulai sering mengkonsumsi minuman keras, memalak setiap murid, bahkan memakai narkoba. Tidak peduli dengan berapa besar biaya yang dikeluarkan, karena dia tergolong anak orang kaya. Yang penting teman-temannya setia, dia cukup puas.

Sekarang, Edo terancam bahaya dari gangguan mantan sahabatnya itu. Karena Setelah Abel dan Vanny resmi jadian, Edo jadi sering menyendiri. Awalnya sih tetap seperti biasa, setiap malam Abel selalu jalan sama Edo, kadang bertiga dengan Vanny.

Namun, secuek-cueknya Edo, dia juga tahu diri. Abel dan Vanny sudah pacaran, bukan sebatas teman seperti dulu. Jadi dia ingin membiarkan mereka berdua menikmati masa awal jadian, yang kata orang sangat indah.

Semakin hari, hubungan Abel dan Vanny semakin lengket kayak perangko. Setiap pagi, Abel selalu siap menjemput Vanny dan mengantar ke mana pun kekasihnya pergi. Meski begitu, mereka sering mengajak Edo untuk ikut gabung, tapi tetap Edo merasa enggak enak.

Lihat selengkapnya