Friendship and Love

Aldy Purwanto
Chapter #24

24. Perasaan Jasmine

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, dua minggu lagi sudah masuk tahun baru. Dari kampung sampai ke kota semuanya sibuk mengurus pernak-pernik semacam kembang api, terompet, dan lain sebagainya.

Tempat-tempat hiburan apalagi, dari jauh-jauh hari mereka sudah merias tempat sedemikian rupa untuk acara tahun baru. Khususnya bagi para kawula muda, hampir tidak ada satu pun yang ingin melewatkan malam tahun baru begitu saja. Semua sibuk bikin acara, bahkan anak yang paling kuper sekali pun maksa-maksain muncul. Walau hanya sebatas melihat pesta kembang api di taman kota.

Begitu pun suasan di indekos saat ini. Semua penghuni indekos tampak asyik kumpul di bale-bale, tempat biasa nongkrong anak kost, yang letaknya tepat di tengah-tengah kost-an. Di antara mereka terdapat Abel dan Edo yang sedang menyusun acara tahun baruan.

Meski masih sebulan lagi, waktu yang cukup lama. Mereka sudah ribut merencanakan tentang kegiatan apa yang akan mereka lakukan.

“Udahlah, mending kita bakar ikan aja. Kan dari sini juga keliatan kalo ada pesta kembang api,” ujar Dahlan, cowok Jakarta yang nyasar ke Bandung karena ingin kuliah di STSI. Dia mulai menyuarakan gagasannya.

Mila langsung protes. “Ah, gak asyik. Mending kita main dulu, muter-muter ke kota, terus langsung bakar ikan pas pulang. Kan enak tuh, udah capek langsung makan.”

“Yeuh, Neng Mila. Bakar ikan teh prosesnya lama, kalo keburu ngantuk kumaha? Ah ceuk Wawan mah mending di sini aja pestanya. Di kota mah banyak orang, pabaliut!” Kali ini giliran Wawan yang kurang setuju atas ide Mila.

Wawan ini orang Sumedang asli yang menjungjung tinggi budaya Sunda. Meski sudah cukup lama berbaur dengan orang-orang kota, dia masih tidak menghilangkan logat Sunda-nya di setiap percakapan.

“Pabaliut tuh apa sih?” Abel mengerutkan kening.

“Pokoknya banyak orang gitu Kang Abel, sempit, heurin!” jelas Wawan.

“Payah lo, Wan. Siapa tahu nanti ada cowok cakep kecantol sama gue,” bantah Mila lagi.

Wawan spontan mencubit pundak Mila. “Kalo masalah itu mah, Wawan juga keren, Neng. Nih liat otot Wawan, gak kalah sama Aderai kan?” ujarnya sambil memamerkan otot bisep ke hadapan Mila.

Mila langsung mencibir, “Otot apaan, tangan krempeng gitu sih gue gak nafsu!”

Wawan cengengesan.

Lagi asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba dari arah gerbang kost muncul Jasmine. Setelannya rocker banget. Wawan langsung menelan ludah beberapa kali melihat kecantikan cewek di depannya. Langkah Jasmine berhenti di depan anak-anak, memberikan senyum manisnya, lalu melirik jutek ke Edo.

Merasa berbuat salah, Edo hanya cengengesan sambil menepuk jidat. Dia benar-benar lupa janji pergi bareng Jasmine malam ini. Setelah kumpul bareng anak-anak selepas Isya dan membicarakan rencana tahun baru, dia mendadak lupa.

“Kenapa, Jas? Tumben ke sini malem-malem,” sambut Abel yang langsung menggeser posisi duduknya, memberikan ruang untuk Jasmine.

“Enggak, sebenernya ada yang janji sama gue malam ini, tapi kayaknya dia lupa.” Tatapan Jasmine kembali melirik Edo. “Dugaan gue ternyata bener.”

Menyadari perkataan Jasmine tertuju padanya, Edo segera bangkit sembari tertawa kecil. Dia menatap teman-temannya.

“Sori, ya, gue gak bisa ikutan. Lupa ada janji. Pokoknya keputusan final gue setuju.”

Edo segera meraih tangan Jasmine, membawanya keluar dari sana.

“Siapa tuh, Bel?” tanya Mila begitu keduanya menghilang di pintu gerbang.

“Temen gue,” jawab Abel cuek.

“Tapi kok malah nyariin Edo?”

“Ya otomatis temen Edo juga.”

Mila ketawa, lalu mengajak teman-temannya untuk kembali meneruskan obrolan rencana tahun baruan.

***

Sejak bertemu lagi di hari pendaftaran di Unpad, Jasmine sebenarnya sudah berkali-kali mengajak Edo pergi berdua dengannya. Namun, Edo selalu menolak dengan alasan ingin menikmati masa awal kuliah dan mengakrabkan diri dengan teman di kost-an. Hanya waktu jalan bareng Abel waktu itu Jasmine bisa ngajak jalan Edo.

Bukan Jasmine namanya jika nyerah begitu saja, dia terus mengajak Edo untuk jalan berdua saja. Sampai akhirnya Edo menurut, meski tadi sempat lupa. Dia pun agak heran, kenapa Jasmine sampai ngebet banget pengen ngajak dirinya main.

“Wuihh. Ini mobil lo?” tanya Edo saat melihat mobil yang terparkir di jalanan depan.

Jasmine mengangguk.

“Kenapa gak pernah dibawa ke kampus?”

Lihat selengkapnya