Friendship and Love

Aldy Purwanto
Chapter #29

29. Maaf, Jasmine

Pagi hari di awal tahun baru. Sinar mentari memancar dengan lembut, memberi harapan dan energi positif untuk orang-orang yang mulai beraktivitas.

Edo baru selesai mandi, sementara Abel masih tertidur pulan. Capek mungkin, soalnya mereka baru sampai di kost-an jam empat subuh setelah merayakan malam tahun baru di Jakarta bersama Vanny.

Edo termenung melihat kalung pemberian Jasmine yang tergeletak di atas meja. Hari ini, mau enggak mau dia harus memberi jawaban atas pernyataan cinta dari Jasmine. Kalau menerima, dia tidak usah bertemu cewek itu, tapi jika sebaliknya, dia harus berani mengembalikan kalung tersebut.

Edo menghela napas yang terasa berat. Dia harus punya pendirian, tak ada pilihan lain, dia juga tidak mau pikirannya terus terganggu dengan hal semacam ini.

Tak berselang lama, Edo telah memakai kaus putih dengan tulisan Superman is Dead, menyisir rambut, mengambil kalung, dan dimasukkan ke saku celana. Edo memantapkan niat, bertekad mengembalikan kalung ke Jasmine. Karena, Edo benar-benar tidak ada rasa sedikit pun pada teman masa kecilnya itu.

Beberapa saat kemudian, Edo pun pergi.

Sementara di apartemen, Jasmine sendiri sudah uring-uringan. Jantungnya berdebar-debar tidak terkontrol. Apa Edo akan datang atau tidak.

Jasmine melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, lalu sesekali melihat ke arah bawah lewat tirai jendela.

“Mudah-mudahan dia gak dateng,” desis Jasmine pelan.

Sayang, harapan Jasmine tidak terwujud. Saat itu Edo sudah berada di dekat apartemennya. Cowok itu memandang apartemen mewah di depannya. Untuk sesaat, bayangan Jasmine saat kecil melintas dalam pikirannya. Gadis kecil yang selalu dia bela saat dijailin teman-teman di kelas.

Sama sekali Edo tidak menyangka, gadis kecil itu menaruh perasaan cinta padanya. Suatu perasaan yang tidak mampu dia balas.

Setelah beberapa kali menenangkan diri, Edo akhirnya melangkah menuju pintu masuk. Baru dia mau masuk, ponselnya tiba-tiba berbunyi, dia lantas mengambil benda pipih itu, ada pesan masuk dari Jasmine.

“Andai lo mau ngembaliin kalung. Lo gak usah temuin gue. Cukup lo titipin kalung itu ke security apartemen. Jelas?”

Edo menghela napas, dengan cepat membalas pesan Jasmine, memberi tahu kalau dia sudah ada di halaman apartemen. Baru mengetik beberapa huruf, Edo berubah pikiran.

“Ah udahlah, enggak usah,” gumamnya pelan.

Kemudian Edo buru-buru menuju pos security yang tidak begitu jauh darinya, menitipkan sebuah kalung untuk diberikan kepada seseorang yang bernama Jasmine Anastasia.

Edo berjalan lunglai keluar apartemen, membalikkan badan, menatap bangunan megah itu lekat-lekat.

“Maafin gue, Jas ...”

Edo langsung pergi.

Setibanya di kost-an, Edo langsung membanting tubuh ke ranjang setelah melepaskan napas berat. Abel yang baru selesai mandi dan sedang memakai handuk, lantas bertanya begitu melihat wajah sahabatnya yang terlihat kusut.

“Dari mana lo? Mukanya jangan ditekuk gitu napa, tambah jelek tahu.”

“Gue baru ngembaliin kalung Jasmine.”

Lihat selengkapnya