Pukul sebelas malam. Abel, Edo, Vanny, dan Wawan masih nongkrong di bale-bale. Sementara yang lain sudah pada tidur di kamar masing-masing. Rencananya, Vanny mau menghabiskan sisa liburannya di kost-an meminjam kamar Abel dan Edo. Mereka berdua pun ngungsi sementara waktu ke kamar Wawan dan Dahlan.
“Van lo istirahat aja. Lo pasti capek,” titah Abel yang melihat Vanny sering banget menguap.
Vanny mengangguk, lalu beranjak bersiap menuju kamar. “Iya deh gue mau istirahat dulu. Pinjem kamarnya, ya, Bel, Do.”
Abel menghela napas lalu ngomong ke Wawan. “Wan, lo tidur sama Dahlan aja, ya. Biar gue sama Edo yang di kamar lo.”
Wawan spontan nolak. “Ah, Kang Abel aja yang di kamar Kang Dahlan. Kang Edo sama Wawan.”
“Gue gak bisa tidur kalo gak ada Abel, Wan.” Edo ikut-ikutan ngomong.
Wawan tetap tidak mau, tapi setelah dirayu pakai duit ceban biaya sewa kamar per malam, dia langsung setuju dan buru-buru membawa bantal serta selimut ke kamar Dahlan. Tidak sampai satu jam, terdengar teriakan Dahlan dari dalam kamar.
“WOY! TIDUR, YA, TIDUR AJA. JANGAN PELUK-PELUK GUE!”
Abel dan Edo berpandangan, lalu ketawa terbahak-bahak.