Tidak terasa kegiatan ospek akan berakhir, itu artinya Alvi harus berpisah dengan teman-temannya. Alvi juga harus berpisah dengan Misda karena mereka berbeda jurusan, namun mereka tetap berkomunikasi dan meluangkan waktu untuk bermain bersama. Kini kuliah bukan lagi katanya, namun Alvi dan para mahasiswa baru lainnya akan merasakannya secara langsung. Bagaimana manis pahitnya kuliah, akan dicicipinya sendiri.
Kebetulan Alvi satu jurusan dengan salah satu anggota kelompoknya ketika ospek, yaitu Elvira Marcellis. Bukan hanya satu jurusan, namun Alvi dan Elvira juga satu kelas.
“Elvira, kamu masuk kelas 18 Ilpus A juga ya?” tanya Alvi dengan nada lembut.
“Iya, kamu juga di masuk kelas 18 Ilpus A kan?” tanyanya balik.
“Iya,” jawab Alvi singkat.
Selama ospek mereka tidak terlalu akrab, berbincang bersama juga tidak pernah. Kalaupun berkumpul bersama, mereka hanya berbicara beberapa kalimat saja. Mereka benar-benar tidak memiliki topik pembicaraan yang menarik, sehingga Alvi merasa tidak cocok jika harus berteman dekat dengan Elvira.
Karena Alvi dan Elvira belum mendapatkan teman baru di kelasnya, sehingga keadaan memaksakan mereka untuk berteman dan saling mengenal satu sama lain.
“Alvi, kita duduk di depan yuk.” ajak Elvira saat memasuki ruang kelas.
Selama di kampus mereka selalu bersama, ke kantin bersama dan pergi ke masjid juga bersama-sama.
“Elvira, kamu asalnya darimana?” tanya Alvi sambil melipat mukenah yang baru saja ia pakai.
“Dari Ranau, Vi.” jawab Elvira sembari memakai kaos kakinya, “Kalau kamu darimana?” sambungnya.
“Belitang, Ra.” jawab Alvi.
“Belitang ke Ranau deketan kan? Belitang di OKU Timur dan Ranau di OKU Selatan.” ujarnya kepada Alvi.