Friendsweet

Bukan Aprilia
Chapter #3

TIGA

Hujan deras mengguyur Jakarta malam ini. Ditemani segelas susu hangat Bella duduk di teras rumah. Matanya terarah pada rintik hujan yang turun ramai-ramai. Sambil sesekali menyesap susu hangatnya, Bella memerhatikan langit yang gelap, tidak ada bintang. Ia bukan penyuka hujan, hanya saja ia suka aroma tanah yang terkena air hujan. Petrichor orang-orang menyebutnya.

"Bay," panggil Bella. Kepalanya menoleh ke arah Bayu yang sedang memejamkan mata. Cowok itu segera membuka matanya ketika Bella memanggilnya.

"Kenapa?"

"Kamu gak pulang?"

"Lo nyuruh gue hujan-hujanan gitu?"

"Eh, bukan gitu," gelagap Bella, "jangan hujan-hujanan, nanti sakit," kata Bella lagi.

"Tenang aja Bell. Gue gak bakalan sakit cuma gara-gara mandi hujan kok," balas Bayu, santai.

"Ya udah sana mandi hujan aja. Sekalian pulang."

Bayu terkekeh sejenak. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Bella. "Ngambekan amat sih," godanya.

"Apaan si, Bay. Gaje banget," sungut Bella.

"Iya maaf. Nanti gue pulang kalau udah agak reda deh."

"Kamu mau susu juga? Aku buatin," tawar Bella. Memang tadi Bella hanya membuat segelas susu untuknya sendiri, tidak menawarkan pada Bayu.

"Gak usah. Nanti gue buat sendiri aja," tolak Bayu.

"Ya udah." Bella kembali menyesap susu hangatnya, "Masuk aja yuk Bay. Di luar dingin," kata Bella lagi.

Bella berdiri, kemudian melangkah masuk rumah diikuti Bayu di belakangnya. Bella duduk di sofa, sedangkan Bayu merebahkan tubuhnya. Kalau kata Bella, Bayu itu pelor banget alias nempel terus molor.

Setelah Bayu memejamkan mata, Bella beranjak menuju dapur. Membuatkan kopi panas untuk Bayu di tengah dinginnya cuaca saat ini. Rasanya jahat sekali Bella kalau Bayu tidak diberikan minuman hangat.

Dibanding susu, Bayu lebih suka kopi. Maka dari itu, Bella membuatkannya kopi. Biar saja nanti malam Bayu tidak bisa tidur. Eh, tapi mana bisa, Bayu kan tukang tidur.

Selesai membuat kopi dan meletakkan di meja, Bella menuju kamarnya untuk mengambil selimut. Bukan untuk Bayu, untuk dirinya sendiri lah! Bella kan juga kedinginan. Namun saat kembali ke ruang tamu, dilihatnya Bayu sedang meringkuk. Mungkin karena kedinginan. Tak tega rasanya Bella membiarkan Bayu seperti itu, akhirnya selimutnya ia kenakan ke Bayu. Sekejap, Bayu sudah tidur normal kembali.

Baru saja Bella mendaratkan bokongnya ke sofa, pintu rumah diketuk. Membuat Bella kembali berdiri untuk membuka pintu. Lagian siapa si bertamu hujan-hujan gini?

"Kok hujan-hujanan, Buk?" kejut Bella setelah melihat ibuknya berdiri di depan pintu dengan keadaan basah kuyup. Ia memiringkan tubuhnya, memberi jalan ibuknya untuk segera masuk.

"Iya. Habisnya mau nunggu reda kelamaan. Kasihan kalau kamu di rumah sendirian," ucap Asri.

"Bella ditemenin Bayu kok, Buk," terang Bella, "Ibuk mandi dulu sana. Bella siapin air hangat dulu," kata Bella lagi. Asri mengangguk, kemudian melangkah masuk. Melihat Bayu terlelap di sofa membuat Asri tersenyum tenang.

"Bayu sudah makan?" tanya Asri kepada Bella.

"Belum. Bella juga belum makan," jawab Bella.

"Ibuk gak nanyain kamu. Ibuk nanyain Bayu."

Bella merotasikan bola matanya. Yang anaknya siapa, yang ditanyain siapa. "Sebenernya anak ibuk tuh, Bayu apa Bella si?!" tanya Bella kesal.

"Ibuk pengennya jawab Bayu. Tapi yang lahir dari rahim ibuk kok kamu. Ya udah kalian berdua anak ibuk," kata Asri.

"Iya deh, iya. Udah sana ibuk mandi. Nanti masuk angin," ucap Bella mengusir.

Begitu Asri menuju kamarnya, Bella pergi ke dapur lagi. Kali ini menyiapkan air hangat untuk ibuknya mandi.

—FRIENDSWEET—

Bella memandang lapangan yang sedikit becek sebab hujan semalam. Ia berangkat terlalu pagi hari ini, membuatnya harus menunggu bel masuk lebih lama. Sambil mengayunkan kakinya, Bella sesekali membalas sapaan siswa lain yang menyapanya.

Ingatan Bella mendadak melayang pada kejadian saat awal masuk sekolah.

Suara ketua panitia pelaksana Masa Orientasi Sekolah sudah terdengar, menyuruh para siswa berseragam putih biru untuk berkumpul di lapangan. Ramai-ramai para siswa berlari menuju lapangan dengan membawa perlengkapan yang telah ditentukan panitia. Namun ada satu siswi masih berkutat dengan ranselnya, mengeluarkan semua isinya. Mencari satu benda yang belum ia temukan sejak tadi.

Lihat selengkapnya