Friendsweet

Aprilia Intan Monica
Chapter #4

EMPAT

“Bell lo dari tadi diem mulu sih. Tumben amat.”

“Sakit?”

“Sakit gigi?”

“Atau sariawan?”

“Bella...”

“Ish, Bell gue jadi kaya ngomong sama tembok tau gak sih,” keluh Bayu. Sebab sejak tadi Bella hanya diam. Tidak menjawab ucapan Bayu sekali pun. Bayu mengembuskan nafas pasrah. Bella memang jarang marah padanya, tetapi kalau Bella sudah diam seperti ini pasti Bayu melakukan kesalahan yang tidak kecil.

“Mau gue beliin susu? Hangat atau es, Bell? Coklat atau putih?” tawar Bayu. Namun lagi-lagi Bella hanya diam.

“Lo marah gara-gara yang tadi pagi ya? Sori, Bell. Gue kan cuman bercanda.” Bayu mengguncang-guncangkan lengan Bella, seperti anak kecil yang merajuk minta dibelikan permen.

Bella menyentak kasar tangan Bayu. Matanya menatap tajam cowok itu. “Berisik banget sih!” sentaknya, “perut aku jadi tambah sakit denger kamu ngoceh mulu dari tadi,” tambah Bella diakhiri dengan dengusan kasar.

Bukannya takut dengan bentakan Bella, Bayu justru tersenyum kecil. Tangannya mangacak-acak pelan puncak kepala Bella dan langsung ditepis oleh Bella. “Bilang kek dari tadi. Malah diem aja kaya patung,” ujar Bayu kemudian melangkah keluar dari kelas Bella.

Sepeninggalan Bayu, Bella menelungkupkan kembali kepalanya ke meja. Ini hari pertamanya. Perut sakit, ditambah mood yang tidak stabil, membuat Bella enggan menanggapi ocehan Bayu yang menurutnya tidak penting. Padahal tadi pagi ia masih bercanda dengan Bayu. Karena mood-nya yang berubah drastis Bella mendadak pendiam.

Bella mengangkat kepalanya lagi, bersiap hendak mengomel ketika pundaknya ditepuk. Namun urung setelah Bayu meletakkan kantong kresek ke atas meja Bella. Mata Bella teralih pada kantong kresek di mejanya.

“Gue tahu kenapa lo dari tadi diem mulu. Sori,” kata Bayu.

Bella terdiam sejenak, menatap Bayu yang berdiri di sebelah mejanya. Senyuman tipis tercetak di wajah Bella. “Thanks,” katanya tulus, “kamu emang yang paling ngerti Bay.”

Bella membuka kantong kresek. Isinya kotak susu rasa Vanilla dan Strawberry, serta sebotol minuman datang bulan. Dia mengambil dua kotak susu, memberikan satu untuk Bayu. “Buat kamu,” katanya seraya menyerahkan susu Vanilla kepada Bayu, “kamu kan gak suka Strawberry, jadi yang Vanilla aja.”

“Gue beliin buat lo. Jadi buat lo semua.”

“Ya udah kalau enggak mau.”

Bella menancapkan sedotan dan meminum susu rasa Strawberry.

“Eh, iya, Bay,” ujar Bella. Bayu menoleh dengan kening mengerut, menanti kelanjutan ucapan Bella. “Rasti bilang, kemarin kamu jalan sama cewek ya? Baru lagi? Udah move on dari yang itu?” tanya Bella, menggoda.

“Enggak. Ngawur banget si Rasti,” elak Bayu.

“Beneran enggak?”

“Iya, Bell.”

“Gue gak punya cewek baru, Abellia,” tegas Bayu. Bella masih belum percaya. Ditatapnya mata Bayu lekat-lekat. Bayu mengembuskan nafas panjang, “Iya-iya, kemarin gue jalan sama cewek. Kenapa? Cemburu ya lo?”

“Enggak lah! Ngapain juga cemburu. Justru malah bagus kalau kamu jalan sama cewek lagi. Tandanya kamu udah hampir move on dari dia,” jelas Bella kemudian tersenyum manis.

Bayu manggut-manggut. “Gue emang udah move on kali, Bell. Dari lama malah.”

Lihat selengkapnya