"Rasti ... Bayu enggak bener kan?" tanya Bella dengan suara bergetar. Sungguh ia tidak pernah menyangka Rasti yang melakukan ini semua.
Rasti tidak terlihat takut sama sekali. Ia berdiri dari duduknya, bersedekap dada sambil memandang remeh Bella.
"Bayu bener. Emang gue yang neror lo selama ini," aku Rasti, "kenapa, kaget?"
Bella terbungkam. Ia tidak mampu menjelaskan dengan kata-kata perasaannya saat ini. Baginya, Rasti sudah ia anggap seperti saudara. Tetapi kenapa Rasti tega seperti ini?
"Sejak kapan, Ras?"
"Sejak kapan apanya? Lo tahu sendiri."
"Sejak kapan lo suka sama Bayu?" tanya Bella lirih.
"Buat apa lo tanya-tanya segala? Gak penting juga kan buat lo? Persetan!"
"Kenapa gak pernah bilang?"
"Buat apa gue bilang? Emangnya kalo gue bilang lo bakal nyerahin Bayu buat gue? Enggak, kan?! Ya percuma!" Rasti pergi usai mengatakan itu. Tidak peduli teman-teman sekelasnya sudah menatapnya penuh tanda tanya.
Tentu saja teman-temannya terkejut. Yang mereka tahu, selama ini Bella dan Rasti berteman dengan baik. Bahkan mereka terlihat jarang bertengkar. Namun sekarang, mereka dihadapkan kejadian luar biasa antara Bella dan Rasti.
Bella berdiri dari duduknya, ia pergi ke luar kelas. Mencari Rasti yang sudah pergi lebih dulu. Sementara Bayu, ia kembali ke kelasnya. Bella sudah dewasa untuk menyelesaikan masalahnya dengan Rasti. Meski ada sangkut-pautnya dengan dirinya, Bayu akan menyelesaikan nanti.
Setelah Bella menceritakan semua yang terjadi.
Bayu sendiri tidak menyangka, Rasti jatuh cinta kepadanya. Mereka bahkan jarang berbincang. Yang Bayu lihat selama ini Rasti dekat dengan Septa ataupun Lema. Jadi, Bayu tidak pernah berpikir seperti ini.
Bayu menghampiri Septa. Ia perlu bertanya lebih kepada cowok itu. Bagaimana bisa Septa mengetahui kalau biang di balik semua ini adalah Rasti.
"Sejak kapan, Sep?"
Pertanyaan Bayu membuat Septa menoleh. Septa tidak langsung menjawab, ia meneguk segelas air putih di depannya terlebih dahulu.
"Yang lo maksud, gue tahu tentang pelaku teror ... atau tentang Rasti suka sama lo?"
"Jadi ... lo tahu kalau selama ini Rasti suka sama gue?"
"Lo terlalu sibuk sama Bella, Bay. Sampai lo enggak bisa ngerasain apa yang ada di sekitar lo."
Kening Bayu mengernyit. Ucapan Septa terlalu sukar untuk ia pecahkan. Sibuk sama Bella? Ngerasain apa yang ada di sekitar gue? Maksudnya gimana?
Septa menepuk-nepuk pelan bahu Bayu. "Lo terlalu fokus ke satu titik, Bay."
Fokus ke satu titik?
"Maksud lo ... gue cuman peduli sama Bella tanpa peduli dengan sekitar gue?"
Septa menaikkan bahunya acuh. "Mungkin."
Bayu mengembuskan napas kasar. Ia menyugar rambutnya asal ke belakang. Ternyata masalah ini tidak semudah seperti yang ia kira.
Belum lagi ternyata Melati juga melabrak Bella yang tidak tahu menahu tentang hubungan mereka. Salah Bayu juga tidak pernah bilang ke Bella. Bella hanya tahu dari Rasti soal itu, bukan secara langsung dari dirinya.
Rasti lagi, Rasti lagi. Tanpa sadar ternyata Bayu banyak menyakiti hati cewek itu. Meski nyatanya Bayu tidak pernah tahu, tetap saja perhatiannya pada Bella membuat Rasti sakit hati. Terlebih menyaksikannya di depan mata.