Pagi ini Bayu berangkat lebih awal dari biasanya. Hari ini dirinya akan mengikuti lomba renang setelah berlatih hampir dua bulan. Mungkin lomba terakhir yang akan ia ikuti sebelum lulus dan kembali ke Yogyakarta.
Dengan ransel tersampir di pundak kanannya, Bayu melangkah santai menuju loker untuk mengambil buku tugasnya yang sengaja ia tinggal di loker. Tugasnya yang sudah selesai akan ia titipkan ke Nugraha. Meskipun mendapat dispensasi, Bayu tetap mengumpulkan tugasnya.
Langkah Bayu terhenti di depan pintu kelasnya. Pagi-pagi seperti ini, ia yakin Nugraha sudah sampai di kelas. Bahkan, sudah asik dengan buku anatomi tubuh manusia yang akhir-akhir ini dibaca Nugraha.
Benar saja, waktu Bayu memasuki ruang kelasnya, baru ada Nugraha. Temannya yang lain belum ada yang berangkat.
"Nug, nitip tugas ya." Bayu meletakkan buku tugasnya di meja Nugraha.
Nugraha mendongak. "Oke."
Bayu mendengkus malas. Tidak masalah Nugraha orangnya cuek, tapi Bayu hendak lomba masa tidak dikasih semangat?
"Nug gue mau lomba," pancing Bayu. Masa iya Bayu harus terang-terangan bilang minta semangat? Dikata homo nanti sama Nugraha!
"Iya udah tahu," sahut Nugraha singkat. Cowok itu bahkan tidak memalingkan wajah dari buku yang ia baca.
"Semangatin gue kek, Nug. Masa gak ada yang kasih semangat. Ngenes amat hidup gue," keluh Bayu seraya menampakkan wajah melasnya.
Buku yang ada di tangan Nugraha kini berpindah tergeletak di meja. Nugraha mengubah duduknya menghadap Bayu yang duduk di bangku sebelah kirinya.
"Lebay amat. Biasanya juga Bella."
"Bella lagi marah sama gue, Nug." Bayu menopang pipi dengan kedua tangannya. "Mana mau dia nyemangatin gue."
"Tinggal baikan lagi."
"Tau ah. Males gue sama lo, Nug. Mau minta semangat malah jadinya dikasih kultum nanti gue," sungut Bayu, "eh lo kan irit ngomongnya. Bukan kultum berarti."
Nugraha menaikkan bahunya acuh. Bayu kalau lagi galau ya kadar kewarasannya berkurang sedikit. Jadi, Nugraha maklum saja.
"Ya udah gue nemuin Pak Yoseph dulu." Bayu berdiri dari duduknya. Ia melangkah keluar kelas.
"Gak bawa medali, bukan temen gue!" kata Nugraha sebelum Bayu sepenuhnya keluar dari kelas.
Bayu hanya mengangkat tangannya, membentuk huruf O dengan jari jempol dan telunjuknya. Setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya. Diam-diam Bayu tersenyum. Secuek apa pun Nugraha, dia masih tetap peduli kepada orang-orang terdekatnya.
Ketika melintasi kelas Bella, Bayu berhenti sejenak. Mengintip lewat jendela, mencari sosok Bella. Namun bangkunya masih kosong, menandakan Bella belum berangkat ke sekolah.
Bayu mendesah kecil, lomba kali ini ia tidak mendapatkan semangat dari Bella. Padahal biasanya kalau dia lomba, bukan hanya semangat, Bella pasti ada di tempat perlombaan.