Sejak tadi Bella sudah bersiap diri di depan kaca. Wajahnya akan dirias oleh tetangga yang diminta Asri untuk merias Bella. Bella juga sudah menyiapkan kebaya berwarna putih yang akan dipadukan dengan rok berwarna biru.
Selesai dirias, Bella mengenakan kebayanya. Tidak lupa rambutnya ditata dengan baik oleh Dara-tetangga Bella.
Hari ini pengumuman kelulusan, juga acara wisuda SMA Pemuda dilaksanakan. Dengan dresscode kebaya untuk para siswi dan jas untuk para siswa. Sejak beberapa minggu yang lalu, Bella dan Rasti sudah sepakat untuk mengenakan kebaya yang sama di hari wisuda mereka.
Bella berangkat menuju sekolahnya bersama Asri karena setiap siswa wajib didampingi wali murid. Ibuk Bayu pun kemarin sore tiba di Jakarta, ia rela jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk mendampingi putra bungsunya wisuda.
Kedatangan Bella di lapangan utama, disambut dengan wajah cerah Rasti. "Gila cantik banget sahabat gue yang satu ini!" heboh Rasti.
Bella tersipu, ia mengamati penampilan Rasti yang sama persis dengan penampilannya. Hanya berbeda di tatanan rambut saja. "Lo juga cantik banget! Berasa kaya kembar kita kalo gini," kekeh Bella.
Pandangan Bella kemudian terarah ke barisan kelas Bayu. Bayu belum terlihat, baru ada Nugraha, Septa, dan Lema yang sudah duduk di tempat duduk yang sudah ditentukan. Bella mengalihkan pandangannya ke arah Rasti lagi. Ia menggandeng Rasti menuju ke kursi tempatnya. Beruntung, tempat duduk mereka bersebelahan sehingga Bella tidak perlu berjauh-jauhan dengan Rasti.
"Pake kebaya gerah juga ya ternyata," keluh Rasti. Ia mengibaskan tangannya di depan wajah. "Untung nih lapangan dikasih tenda. Coba kalau enggak, udah kaya ikan asin kita dipanas-panasin!"
Bella memandang sekeliling lapangan yang sudah didekor untuk wisuda kelas dua belas. Ingatan Bella kembali ke tiga tahun yang lalu, dimana pertama kali ia resmi menjadi siswi SMA Pemuda.
Dimulai dari lapangan utama, juga diakhiri di lapangan utama. Kisahnya di SMA Pemuda.
"Itu udah ada kipasnya lho, Ras. Enggak terlalu panas juga." Bella menunjuk kipas blower dengan dagunya.
"Ini masih pagi, Bell. Coba nanti agak siang, wuih panasnya minta dianyesin! Udah gitu pasti nanti sambutannya gak selesai-selesai lagi!" seru Rasti menggebu. Hingga beberapa siswa di dekat mereka menoleh karena kepo dengan apa yang terjadi antara Bella dan Rasti.
"Sabar aja kali, Ras. Nanti habis wisuda juga enggak bakal dipanas-panasin di lapangan ini lagi, kok." Bella mencoba menenangkan Rasti yang semakin menggebu itu. Andai saja Bella punya potensi luar biasa seperti mengendalikan seseorang, sudah pasti Bella akan menggunakan potensi itu untuk membuat Rasti diam.
Sayangnya, Bella tidak punya itu. Dan mungkin itu hanya ada di dunia dongeng saja.
"Bayu ganteng banget, Bell," kata Rasti terpukau. Bella mengikuti arah pandangan Rasti. Memang benar, Bayu tampak sangat tampan dengan balutan jas yang begitu pas di tubuhnya. Tidak salah Bayu dalam memilih jas yang tepat untuknya.
"Pokoknya nanti setelah acara wajib pake banget foto sama Bayu!"
Bella terhenyak. Ia memandangi Rasti lekat-lekat. "Lo masih suka sama Bayu, Ras?" tanya Bella pelan, takut menyinggung Rasti.
"Tadinya masih. Tapi kayanya sekarang gue sadar kalo ada orang lain yang juga suka sama Bayu. Ya ... gue inget kata tukang parkir aja. Kalo gak mundur, ya stop."
"Siapa yang juga suka sama Bayu?"
Rasti menaikkan bahunya. "Sekarang sih, belum sadar. Tapi gak tau kalau nanti pas udah mau pisah."
Acara perbincangan mereka terhenti begitu MC mulai naik ke panggung. Membuka acara wisuda tahun ini. Kemudian diikuti dengan serangkaian acara layaknya wisuda pada umunya.
Acara terakhir yaitu pembagian raport. Semua siswa kelas dua belas satu per satu naik ke panggung setelah namanya dipanggil. Menerima raport dan mengambil gambar bersama kepala sekolah.
Acara berjalan dengan lancar. Kini tiba di penghujung acara, yaitu penutupan. Setelah acara resmi ditutup, para siswa berhamburan hendak berfoto sebagai kenang-kenangan masa sekolah.
Begitu juga dengan Rasti yang sangat semangat menarik tangan Bella menuju gerombolan Bayu dan kelima sahabatnya.
"Bella cantik parah woy!" seru Septa yang pertama menyadari kedatangan Bella dan Rasti. Serentak lima pemuda lainnya menoleh ke arah Bella, membuat cewek itu tersipu malu.
"Yang cantik cuman Bella, iya percaya."
"Ah iya, lo juga cantik kok, Ras. Pake banget malah," puji Septa pada Rasti.
"Halah, bohong kan lo!"
"Enggak!" Septa mengangkat jarinya membentuk huruf V. "Lo cantik banget, kalau Bella cantik banget-banget!" lanjut Septa membuat Rasti mencebik kesal.