Usai menghela napas panjang beberapa kali, Naya kembali berkaca. "Naya tenang. Lo harus tenang. Ok!" gumamnya menenangkan diri sendiri. Setelah merasa lebih baik, dia pun memutuskan untuk keluar.
Tapi kemudian dia kembali membeku. Alvin ada di hadapannya dengan kedua tangan tersimpan di saku. Satu kakinya di tekuk menapak tiang yang tengah dijadikan sandaran. Bibirnya yang terkatup digerakkan ke kanan dan ke kiri. Dan matanya, menunjukkan sorot jengah.
"Lo ngapain aja sih, di toilet? Lama banget!" kesalnya.
Mendengar itu, reflek alis Naya saling mendekat. Menciptakan dua garis vertikal di dahi. Yang justru membuat Alvin semakin kesal.
"Apa?" ketus Alvin.
"Lo ngapain ada di sini?" Tanya Naya yang masih tak mengerti.
"Nungguin cicak beranak!" sungutnya.
"Terserah lo, deh!" pasrah Naya sambil berlalu.
Melihat itu, Alvin langsung menegakkan tubuhnya dan meraih lengan Naya. "Lo nggak punya rasa terima kasih, ya? Udah ditungguin, malah ninggalin!" geram Alvin.
Naya berbalik, menatap Alvin tajam, "Siapa suruh lo nungguin gue?"
"Nggak ada. Tapi sebagai cowok, apa salah khawatir sama elo?" tandas Alvin yang yakin jika Naya tak suka mendengar alasannya.
Dan ya, senyum sinis langsung menghiasi bibir Naya. "Gue nggak selemah itu sampai lo harus khawatir sama gue!" jelasnya seraya melepaskan tangan Alvin.
Meski Naya tak mengatakan, Alvin percaya kalau Naya bukan gadis lemah. Tapi keinginannya untuk menjaili Naya tak pernah bisa ditahan. Apapun alasannya dan kapanpun waktunya, jika ada celah untuk sikap jailnya unjuk diri dia akan melakukannya.
"Gue khawatir bukan karena lo lemah. Tapi gue khawatir karena sekarang kan lo pacar gue!" tutur Alvin seraya merangkul bahu Naya.
Naya yang tahu betul, kemana tangan Alvin yang bergelantungan itu akan bergerak, langsung saja membungkuk dan menghempaskannya. "Nggak usah rangkul-rangkul gue!" tegasnya.
"Kenapa? Lo kan pacar gue!" tanya Alvin kecewa.
"Lo mau cubit gue kan?"
Alvin terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik, "Trus kalo dicubit nggak mau, dicium mau?"
Naya langsung menjauhkan wajahnya dari Alvin. "Sarap lo!" cibir Naya dengan bergidik.
"Nggak akan sakit kok, Nay!" Alvin menegaskan.
"Bodo! Lagian lo makan apa sih, jadi mesum kek gini?"
"Gue nggak mesum, Nay. Gue cuma minta jatah gue sebagai pacar elo!"