Jangan mengeluh, toh tidak ada yang benar peduli kecuali diri sendiri
-Ariana-
***
"Ariana kan?" sapa seorang pria yang menghampiri Nana
"Ehhh_ iya kak" jawab Nana terbata-bata menyaksikan pria yang menyapanya adalah Wiji Atmawijaya. Pria kece, pangeran berdarah dingin, dengan sekudang prestasi, laboran Kimia dan yah, beberapa mata kuliah lain yang menjadikannya sebagai primadona. Dengan kata lain, Wiji adalah super star kampus dengan jarak ratusan tahun cahaya dari kehidupan Nana yang bobrok.
"Kamu ngapain disini?"
"Kenapa belum pulang?" tanya Wiji lagi
"Ini kak, mau ngumpulin laporan sama kak Fico"
"Tapi_"
"Tapi?" bingung Wiji
"Sayanya tidak tau rumah kak Fico dimana?" cengir Nana kikuk
"Periksanya kenapa tidak besok saja?" terang Wiji, memberikan opsi yang berbeda mengingat ini bukan lagi jam pemeriksaan laporan.
"Harus periksa hari ini kak"
"Tadi pagi saya tidak ikut pemeriksaan laporan karena harus kebandara" terang Nana yang lebih terdengar seperti curahan hati mahasiswa galau yang dirundung senior jahat.
"Hemmm"
"Kalau begitu ayo ikut aku" ujar Wiji datar, lalu pergi begitu saja menuju parkiran
Nana yang bingung dengan sikap Wiji, tidak merespon. Ia masih bisu, membatu, tetap pada posisi yang sama dan hanya terus memperhatikan punggung Wiji yang perlahan-lahan menjauhinya.
"Ayo masuk," desak Wiji pada kursi kemudi mobil Honda civic hitam miliknya
"Maksudnya kak?" tanya Nana bingung
"Kamu mau ketempatnya Fico kan?" tanya Wiji yang kemudian dibalas Nana lewat anggukan samar yang hampir-hampir tidak terlihat
"Yasudah aku bakalan nganterin kamu" terang Wiji, berusaha membuat Nana mengerti akan maksud baiknya.
"Ini serius kak?" tanya Nana setengah tidak percaya
"Yap"
"So come on"
Ariana Bastari gadis manis, energik dan sangat kritis adalah satu-satunya gadis dikampus yang mampu membuat Wiji penasaran. Semuanya bermula saat gadis itu menentang senior secara terang-terangan dengan melemparkan pertanyaan klise yang biasanya paling dihindari oleh senior.
Meski terkesan tomboy dengan rambut sebahunya, Nana tetap memiliki jalur kecantikannya sendiri yang tidak jarang membuat orang lain terpesona. Tubuh yang tinggi langsing, kulit putih mulus tidak bercelah, sepasang mata kecoklatan yang berbinar memukau lengkap dengan senyum menawan menjadikannya begitu mempersona. Fikir Wiji.
"TERLAMBAT"
"Minus 20" cecar Fico saat mulai menulis sesuatu pada sampul laporan Nana dengan font yang sengaja dibesarkan
"Tapi kak_"
"Kan sebelumnya saya sudah minta ijin sama kakak"
"Minta bukan berarti dikasi kan?" potong Fico ganas dan tidak berperasaan
"Lagian kalau kamu chat senior itu sekali saja"
"Jangan spam"
"Saya fikir chatnya tidak sampai kak"
"Jadinya saya kirm ulang"
"Soalnya tidak dibalas-balas" terang Nana datar dan polos
"Kamu tidak sepenting itu, yang chatnya harus aku bales yah"
"Ngerti?"
"Iya kak" balas Nana cepat enggan berlama-lama bersama senior jahat yang terus saja berbicara sendiri
"Lah ini tulisan atau cakar ayam"
"Kamu itu mahasiswa atau anak TK sih"
"Tulisannya jelek gini tidak bisa dibaca"
"ULANG"
"Ini juga, ULANG"
"Helloooo_"
"Tulisanku tuh memang dari orok kayak gitu"
"Itumah namanya tulisan professor"