Kini Naomi sudah berdiri di depan pintu ruang band. Dia mulai mengetuk pintu dan membuka pintu tersebut, perlahan. Sehingga dia menjadi sorotan beberapa pasang mata waktu itu.
"Permisi," satu kata yang dia ucapkan disertai dengan aktivitasnya membuka pintu ruang band.
"Iya, masuk!" kata pak Wahyu selaku guru musik mereka.
"Maaf pak saya telat, tadi saya ada urusan bentar," kata Naomi dan pak Wahyu hanya mengangguk menanggapi itu.
Keesokan harinya di sekolah. Semua murid yang mencalonkan diri menjadi ketua OSIS maupun wakil OSIS, mempersiapkan diri untuk berbicara di depan umum tentang visi dan misi mereka untuk sekolah mereka.
Berbeda dengan RANS yang terlihat santai. Bahkan mereka tidak peduli soal siapa yang akan menjadi ketua OSIS dan wakil OSIS. Mereka tidak ada keinginan menjadi pengurus OSIS. Mereka berharap, mereka bisa mengundurkan diri, tapi itu mustahil. Karena, nama mereka sudah terdaftar.
Alhasil, mereka berusaha untuk tidak menjadi pengurus OSIS.
"Gue harap, gue gak jadi wakil OSIS." kata Naomi berharap apa yang dikatakannya terjadi.
"Sama, gue juga. Ini semua salah Abang lo, Rik." tambah Sandra.
"Bukan salah gue kan? Gue juga gak minta buat jadi calon ketua OSIS."
"Apalagi gue, gue gak pernah mimpi kek gitu, tiba-tiba udah jadi calon aja." jawab Aldi.
Mereka sekarang tetap di kelas dengan wajah yang malas. Memang saat ini adalah jam yang tepat untuk tidur siang. Secara bersamaan mereka menenggelamkan wajah mereka di lipatan tangan mereka di atas meja.
Selang beberapa menit saja, Riki dan kedua temannya datang ke kelas mereka. Membuat para siswi yang ada histeris bukan main.
Bahkan, ada yang terkejut ketika Riki dan temannya datang. Karena dia sedang memotret posisi tidur Riko dan Aldi. Biasanya para siswi itu melakukannya ketika mereka tidur dan mereka pajang di kamar.
"Oi, bangun!" kata Riki sambil memukul Riko. Membuat mereka berempat akhirnya terbangun dari tidur mereka.