Di rumah sakit, "Kok bisa sih, non?" keluh Bi Ina khawatir.
"Aku gapapa, Bi." Naomi merasa dirinya tidak sakit parah, hanya saja pelipisnya yang lebam membiru harus di obati.
"Sore Bu," suara seorang laki-laki datang membuka dan mengetuk pintu. Kemudian di ikuti oleh satu orang lagi di belakangnya.
"Kalian yang bawa Naomi ke sini, kan?"
"Iya Bu," jawab Riki.
"Makasih ya, untung aja ada nak berdua ini." rasa sangat berterimakasih di dapat oleh Riki dan Riko.
"Sebenernya kita yang bikin Naomi kayak gini Bu," pengakuan dari Riko keluar dengan rasa bersalahnya.
"Kok lo bilang, sih? Kalo Ibu ini marah gimana?" bisik Riki pada Riko.
*Tok.. tok.. tok..
Semua pandangan yang ada di ruang itu tertuju pada pintu yang di ketuk.
"Ya ampun sayang, maaf-in mama ya.. ini semua gara-gara mama yang pulangnya mendadak. Jadi pak Edi telat jemput kamu, maaf ya.." kata Ibu Naomi dan sesekali memeluk tubuh Naomi yang terbaring di kasur kamar rumah sakit.
"Aku gapapa kok, ma." memutar bola matanya dengan malas.
"Kalian temennya Naomi?" tanya Ibu Naomi dan di jawab dengan anggukan. "Kalian tau, siapa yang bikin Naomi sampe kayak gini?" lanjutnya dengan pertanyaan.
Naomi tahu yang sebenarnya terjadi, Naomi juga melihat raut wajah bersalah yang terlukis dengan jelas di wajah Riki dan Riko. Akhirnya dia membuka mulutnya, "Bukan masalah besar ma, kata dokter aku juga bisa pulang hari ini. Jadi aku bisa istirahat di rumah, gak parah ma."
"Ya udah, sekarang bisa pulang kan? Kalo bisa, mama urus administrasi dulu." kemudian pergi.
"Non, belum makan kan? Bibi beli makan dulu ya, nanti kelaperan," kata bi Ina kemudian pergi.
"Gue minta maaf, ya. Karena gue, lo jadi kayak gini," kata Riko dengan raut wajah yang bersalah yang di dapatkan oleh Naomi.
"Iya, gue gapapa kok. Kalian juga kenapa, sih? Kok bisa berantem?" T
tanya Naomi.
"Urusan cowok, cuman kita doang yang tau," jawab Riki membuat Riko bingung.
Di rumah, Riko langsung menuju kamar. Karena dia sangat merasa bersalah telah mengenai pukulannya ke pelipis milik Naomi.
Di dalam kamar Riko, seseorang datang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, "Gue tau lo suka sama Naomi, gue merasa bersalah karena udah nembak dia." siapa lagi jika bukan Riki kakak yang dimiliki Riko.
"Gue juga salah, main emosi aja. Gue juga minta maaf," kata Riko.
"Oke, jalan yuk. Biar lebih akrab kita nya, kan udah lama gak jalan bareng," sambil mengangkat sebelah alisnya. Kemudian di balas dengan anggukan dari Riko.
Seperti biasa, pagi yang cerah selalu hadir. Membuat Naomi harus bangun dan bersiap ke sekolah.
"Pagi non," sambut Bi Ina dan hanya di balas dengan senyuman indah yang di miliki Naomi.
Naomi segera datang ke tempat makan dan mulai meraih makanan yang sudah di sediakan.
Tak lama kemudian Ibu Naomi datang untuk ikut serta dalam sarapan yang di adakan. Percakapan di mulai dari Ibu Naomi, "Sayang, hari ini papa kamu pulang, loh. Kalo kamu mau ikut, nanti pak Edi jemput lebih cepet biar kamu bisa ikut. Jadi nanti kamu ijin," kata Ibu Naomi.
"Gak usah ma, pulang sekolah aja aku ketemu sama papa" Naomi pulang sekolah jam 15.10 jadi pastinya akan sangat lama untuk bertemu ayahnya.
"Kenapa, pesawat papa kamu udah berangkat pagi ini sekitar jam satu siang udah sampe."
"Gak usah ma, nanti aku ketemu papa nya pulang sekolah aja," sambil melahap sarapan yang ada.
"Permisi non, mobilnya sudah siap. Sepertinya kita harus berangkat sekarang, soalnya kalau kesiangan macet non, nanti telat." kata pak Edi yang tiba-tiba datang ke ruang makan.
"Ya udah ma, aku berangkat dulu." pamit Naomi kemudian pergi sambil membawa tas yang tidak dia gunakan di pundak layaknya tas di gunakan pada umumnya.