Sekarang Naomi dan Sandra sedang berada di kafe dekat rumah Naomi. Naomi sengaja mengajak Sandra keluar. Karena dia merasa sangat bosan, apalagi dia tidak memiliki teman bicara jika di rumah.
"Gak tau kenapa, gue seneng banget. Karena kita terlibat dalam kehidupannya Riko sama Aldi, kita jadi di kenal banyak orang. Lo liat followers gue, nambah banyak." kata Sandra kegirangan.
"Jadi orang yang di sukain sama banyak orang itu susah, San."
"Kenapa?"
"Kemana aja bakal susah, fans di mana-mana. Apa gak repot?"
"Tapi kan yang kenal gue banyak."
"Serah lo, deh."
"Btw, tadi waktu lo jatuh gimana ceritanya? Lo gak suka kan sama Riko?"
"Kok nanyanya gitu, emang kalo gue suka sama Riko kenapa?"
"Lo serius?" Sandra memukul meja kafe membuat semua orang menatap Sandra dengan tidak biasa.
"Lo apa-apaan, sih?" Sandra kembali duduk sambil tersenyum tidak jelas kepada setiap pengunjung yang menatapnya.
"Tapi lo bener-bener suka sama Riko?"
"Gue gak suka sama Riko. Gue benci sama dia, dia keras kepala terus egois."
"Bagus deh, Riko punya gue kan?" Pertanyaan itu membuat Naomi membulatkan matanya, saat itu dia sedang meminum kopi hangat yang di pesannya.
"Maksud lo? Lo suka sama Riko?"
"Iya, kenapa? Menurut gue dia orangnya baik kok" Naomi hanya mengangguk saja. Naomi hanya berpikir apa yang ada di pikiran Sandra sekarang sampai dia bisa menyukai orang seperti Riko.
Di lain sisi, kini Riko dan Aldi sedang berada di kamar Riko. Aldi biasanya datang ke rumah Riko hanya untuk bermain PS yang di miliki Riko.
"Menurut lo, Sandra orangnya gimana?" tanya Aldi pada Riko yang tengah memainkan ponselnya.
"Maksud lo apaan?"
"Kayaknya gue suka deh sama Sandra, Sandra jangan lo embat!"
"Iya." balas Riko singkat.
Pagi hari di temui lagi oleh Naomi. Sekarang baru saja pukul 04.14, Naomi terbangun dari tidurnya karena merasa hawa sangat dingin hinggap di tubuhnya. Naomi memutuskan untuk mencari selimutnya yang entah kemana perginya.
Sesekali Naomi mengucek matanya yang baru terbuka dan mencoba untuk mengumpulkan kesadaran nya. Saat itu dia mencari selimutnya dengan menyapu seluruh sudut ruangan. Ketika dia melihat ada yang aneh, dia menyalakan lampu kamarnya. Karena waktu itu hari masih gelap.
"Mama," teriak Naomi di kamar.
Ibu Naomi, Ayah Naomi, dan Bi Ina datang secara bersamaan. Teriakan Naomi membuat satu rumah gempar.
"Ada apa? Pagi-pagi udah teriak-teriak aja?" tanya Bi Ina.
"Itu siapa? Dia pake selimut aku lagi," Naomi menunjuk ke sofa lipat yang ada di kamarnya. Sofa itu biasanya di gunakan Naomi ketika sedang nonton televisi di kamarnya.
Sofa yang di miliki Naomi dapat di lipat. Saat itu senderan sofa di luruskan dengan tempat duduknya, sehingga sudah seperti kasur tidur. Ternyata ada seseorang yang tidur di kamar Naomi. Orang tersebut membelakangi mereka semua yang tengah berada di kamar Naomi, itu membuat mereka penasaran.
"Itu siapa non?" tanya Bi Ina, Naomi hanya menggeleng kan kepala tak mengerti.
"Bi ambil apa kek, jangan-jangan dia maling! Kita gebukin sama-sama," saran ibu Naomi.
"Masa maling numpang tidur?" celetuk Ayah Naomi.
Bi Ina pergi sejenak kemudian kembali membawa barang-barang yang di butuhkan. Bi Ina memberikan payung kepada ibu Naomi, kemudian pukulan kasti milik kakak Naomi kepada ayah Naomi, dan Bi Ina memegang sapu. Kini mereka sudah bersiap untuk menghajar orang tersebut.
"Oke, kalo semua udah siap. Papa duluan yang pukul," saran Naomi.
"Kenapa harus papa, kalo dia bawa barang yang berbahaya gimana?" tanya ayahnya ketakutan.
"Papa tenang aja, kita di sini berempat, kita pasti menang!" ibu Naomi memberi semangat.
"Lagian juga Edi kemana, sampe gak tau ada orang lain masuk ke rumah?" kesal bi Ina.
"Ya udah, gimana kalo kita pukul sama-sama. Nanti papa kasih aba-aba terus pukul bareng-bareng, oke?" tanya ayah Naomi dengan ragu kemudian hanya di balas anggukan dari semua kepala yang ada di kamar Naomi.
"Satu.. dua.. tiga.." aba-aba dari ayah Naomi.
*Bukk
Semua barang yang mereka pegang mendarat di tubuh laki-laki tersebut.