Ghastly: Sesuatu yang menyebabkan horror dan rasa takut yang mengerikan.
Liam Sommerlee membuka pintu mobil sedannya sambil melihat ke arah sebuah rumah besar yang ada di hadapannya.
Rumah itu sudah berusia ratusan tahun, bertingkat tiga dengan dinding dipenuhi lumut dan tanaman merambat. Halamannya yang berpagar seadanya terlihat tidak terawat terlihat kotor oleh daun-daun kering yang menggunung di beberapa sudutnya yang suram.
Sejenak Liam mengalihkan perhatiannya pada lingkungan sekitar.
Langit terlihat di selimuti awan tebal seakan menunjukkan kalau hujan bisa turun kapan saja. Tidak ada rumah lain di sekitarnya, tidak ada juga pepohonan, semak maupun rumput. Hanya ada pohon-pohon mati yang tumbuh di atas tanah berlumpur. Tempat ini terbengkalai, ditandai dengan tidak adanya pembangunan jalan. Liam pun baru sadar, kalau jalan yang tadi dilewatinya hanya dilapisi oleh kerikil dan pasir seadanya.
Apakah suasana selalu sesuram ini di Inggris Utara? Untuk apa pula sahabatnya Bertie Dyer membeli rumah di daerah seperti ini?
Sambil mendesah, Liam menutup pintu mobilnya dan berjalan menuju pintu untuk kemudian menekan bel.
“Siapa?” Suara Bertie terdengar lewat intercom.
“Ini aku, Liam. Aku sudah datang. Tolong buka pintunya.”
“Tunggu.”
Saat menunggu Liam baru sadar kalau di luar pagar terdapat sebuah selokan kecil, di dalamnya terdapatsesuatu berwarna putih yang telah terlihat basah oleh tanah yang lembab.
“Garam?”
Seketika itu juga, pintu gerbang terbuka.
Liam kembali mobillnya dan mengarahkannya masuk ke dalam halaman. Tepat di depan pintu masuk, terlihat Bertie yang menyambutnya sambil tersenyum muram. Penampilannya yang dulu rapi sudah tidak terlihat lagi. Kumis dan jenggotnya tidak dicukur dan rambut cokelatnya yang biasa tersisir rapih kini terlihat berantakan dan mulai ditumbuhi uban. Sedang tubuh dan wajahnya terlihat jauh lebih kurus dan keriput.
Usia Bertie baru 37 tahun, kenapa dia terlihat jauh lebih tua seperti ini.
“Liam, apa kabar.” Ujar Bertie seraya memeluk Liam dengan hangat. “Aku sangat merindukanmu.”
“Aku juga sangat merindukanmu.” Liam berkata setelah melepas pelukan sahabatnya itu. Bau alkohol sangat jelas tercium dari tubuh dan napasnya. “Apa yang kau lakukan di tempat semacam ini. Tempat ini sama sekali bukan investasi yang bagus.”
“Ini hadiah pernikahan.” Bertie mengajak Liam masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sama buruknya dengan di luar. “Jangan kau pikirkan soal ruangan-ruangan tidak terpakai itu. Aku toh hanya menggunakan ruang santai dan dapur selama tinggal di sini.”
Bertie membuka sebuah pintu besar yang terletak di ujung lorong.
“Wow…” Komentar Willem saat melihat ruang santai yang ada di balik pintu.
Terlihat sebuah perapian, sementara di depannya diletakkan permadani dan sofa-sofa empuk. Di tengah ruangan terdapat meja bilyar dan di salah satu sisinya terdapat sebuah rak yang penuh oleh buku.
Dengan iseng, Willem mengambil salah satu buku bersampul tebal yang menarik perhatiannya.
“Hantu dan Setan.” Dahi Willem berkerut saat membaca judulnya. Ia lalu mengambil beberapa buku sekaligus. “Lingkaran Sihir, Cara-cara Melepaskan Diri dari Kejaran Setan, Menyingkirkan Arwah Penasaran…, Bertie, ada apa dengan judul buku-buku ini? Sejak kapan kau membaca bacaan omong kosong seperti ini?”
“Buku-buku itu bukan omong kosong!” Tukas Bertie sebelum menuang whiskey ke dua buah gelas. “Aku membutuhkan buku-buku itu untuk melepaskan diri dari…”
Bertie tidak meneruskan ucapannya.