“Kau mabuk dan sudah gila?” Tukas Liam dengan kesal.
“Tidakkah kau mengenalku, Liam? Aku bukanlah pemabuk. Lalu kenapa setelah dua tahun aku jadi seperti ini? Pernahkah kau berpikir apa sebabnya?”
“Lalu apa penyebabnya?”
“Lebih baik aku meneruskan ceritaku.” Sikap Bertie kembali serius. “Setelah aku menikah dengan Emma, aku tahu kalau sesungguhnya, dia tidak seperti yang ia katakan. Dia sama sekali tidak baik, tidak lembut, tidak lugu dan yang terpenting dia sama sekali tidak menyukaiku. Dia menikahiku hanya untuk dikorbankan.”
“Dikorbankan? Kamu?”
“Bodoh sekali kau, Liam!” Dengan kesal Bertie melempar gelas whickeynya ke arah perapian. “Dia ingin membunuhku demi mendapat kekuatan, kecantikan dan kekayaan.”
“Dari mana kau mengetahuinya.”
“Dia yang mengatakannya sendiri sebelum akan mengorbankanku pada Guhaguul, iblis yang dipujanya. Tetapi dia salah, karena mengira aku tidak akan melawan.”
“Apa maksud dari ucapanmu itu?”
“Aku membunuhnya dan mengubur tubuhnya di luar sana. Tepat beberapa meter dari gerbang." Bertie tertawa sambil menangis.
“Kau harus menyerahkan dirimu pada polisi.”
“Oh, aku sudah melakukannya.” Bertie membawa sebotol whiskey dan langsung menenggaknya tanpa menggunakan gelas lagi. “Dan apa kau tahu apa yang terjadi? Mayatnya menghilang dan tidak ada satu pun orang yang mengenal siapa Emma yang sebenarnya, seakan-akan wanita setan itu tidak pernah ada di dunia. Tetapi, aku senang, karena ternyata kau mengenalnya. Ini membuktikan kalau aku sama sekali tidak gila. Tetapi tetap saja, membunuh Emma sama sekali tidak menyelesaikan masalah.”
“Kenapa?”
“Jiwa Emma terkutuk, sehingga dia tidak bisa masuk ke surga maupun neraka. Selamanya, dia akan menghantui lahan ini sebagai setan yang mengerikan.”
“Tidak mungkin?”
“Kau tidak percaya? Kalau begitu, bagaimana kalau kita begadang malam ini dan menunggu terdengarnya rintihan Emma saat ia tidak bisa masuk ke dalam lahan ini.”
“Kapan?”
“Antara pukul dua belas malam hingga setengah empat dinihari.” Bertie berbisik. “Kau akan menjadi saksi, bahwa hantu dan setan itu ada dan bergentayangan di dalam dunia ini.”
Waktu terasa cepat berjalan, saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Kemudian, kedua sahabat itu pun makan malam dengan saling berdiam diri. Makan malam saat itu hanyalah berupa sayuran rebus serta daging dan lidah dari makanan kaleng yang dipanaskan di microwave. Walau begitu, makanan itu terasa sangat nikmat.
“Ngomong-ngomong, apa yang biasanya kau lakukan di sini seorang diri?” Tanya Liam sambil memotong lidahnya dengan pisau.