“Kita bisa melakukannya.” Bertie membongkar-bongkar isi lacinya. “Asalkan kau mau membantuku, kita pasti bisa mengalahkannya.”
“Entahlah.” Liam berkata sambil memperhatikan lawannya itu dengan seksama. “Aku melihat ujung gaunnya itu berwarna putih bersih.”
“Lalu?”
“Sejak tadi ia berjalan melewati tanah berlumpur tapi ujung gaunnya sama sekali tidak kotor. Bukankah ini artinya dia bukanlah sesuatu berwujud padat.”
“Dia bisa dilukai, karena hantu Emma tidak bisa melewati lingkaran garam atau menyentuh besi murni.” Bertie kemudian menyerahkan sesuatu. “Ini akan melindungimu.”
“Apa ini? Wujudnya seperti cincin kawin.”
“Itu memang cincin kawinku dengan Emma.”
“Kalau yang kau maksud dengan melindungi karena kandungan emasnya, bukankah aku bisa menggunakan cincin kawinku sendiri.”
“Cincin kawinmu sama sekali tidak memiliki kekuatan.” Bertie menerangkan dengan tidak sabar. “Tetapi cincin ini berbeda. Simpan dulu cincin kawinmu itu dan cepat pakai ini.”
Liam terpaku di tempatnya. Baginya yang taat beriadah, cincin kawin adalah sesuatu yang suci dan sekarang ia dipaksa untuk melepas cincin kawinnya sendiri dan mengenakan cincin kawin orang lain, itu adalah sebuah penistaan terhadap hubungan pernikahannya sendiri.
“Liam, kau benar-benar ingin membantuku atau tidak!” Desak Bertie dengan penuh emosi.
“Baiklah.” Akhirnya Liam menyerah. Dengan gerak ragu, ia melepas cincin kawinnya dan meletakkannya di dalam kantung kemejanya. “Aku harap rencanamu ini benar-benar akan berjalan lancar.”
“Tentu saja lancar, karena aku telah menghabiskan dua tahun terakhir ini untuk meneliti si keparat itu.” Liam menyerahkan sebatang pipa besi sepanjang empat puluh sentimeter pada Liam. “Dia akan langsung menghilang bila kau menghajarnya dengan ini.”
Dalam hatinya Liam mengeluh karena pipa besi itu terlalu berat.
“Aku hanya perlu menghajarnya dengan ini, ‘kan?” Liam mengayunkan pipa besinya seperti sedang memukul bola baseball.
“Itu hanya sebagai tindakan darurat. Kalau kau menghajarnya dengan ini, maka Emma hanya akan menghilang untuk mala mini. Besok malam dia akan kembali gentayangan.”
“Kalau begitu apa yang kita lakukan?”
“Kita harus memancing Emma untuk masuk ke dalam jebakan sihir yang sudah kubuat di bawah pohon itu.” Bertie menunjuk ke arah yang dimaksud. “Malam ini bulan tengah purnama, sehingga kita sama sekali tidak membutuhkan senter.”
“Dan siapa yang akan melakukannya?”
“Tentu saja kau.”
“Apa? Aku pikir dia hanya akan mengejarmu?”
“Itulah sebabnya aku memberimu cincin kawin ini. Seperti yang kau lihat, Emma tidak memiliki iris mata, pada dasarnya dia buta. Cincin kawin ini bisa menipu keberadaanmu dan ia akan mengira dirimu adalah aku. Itu hanya untuk sementara, kalau jarak kalian terlalu dekat, tepatnya kurang dari sepuluh meter, Emma akan langsung mengenali bahwa kau bukanlah diriku.”
“Tapi kenapa harus aku yang melakukan hal berbahaya ini?”