Fright and Fear

Roy Rolland
Chapter #10

10. Indonesia: Kuntilanak (Extended)

Versi extended dari cerita Tawa Kuntilanak (Sudah tayang di Kwikku - flash fiction)


Ada penampakan di dekat rumahku.

Aku tidak tahu penampakkan itu adalah hantu atau setan.

Intinya ada sesuatu yang menakutkan di halaman rumahku.

Mungkin ada baiknya, kalau aku menceritakannya dari awal.

Namaku adalah Susan dan saat ini aku duduk di kelas 11 di sebuah sekolah menengah swasta di Serang. Aku baru tinggal selama satu bulan di kota ini. Sebelumnya aku dilahirkan dan dibesarkan di Semarang.

Aku adalah anak yang biasa-biasa saja. Tidak cantik dan juga jelek. Nilaiku juga tidak jelek atau istimewa, karena aku selalu mendapatkan nilai rata-rata pada setiap pelajaran di sekolah. Satu-satunya yang tidak biasa adalah rumahku yang berdiri di bawah naungan sebuah pohon mati.

Banyak teman-temanku yang mengatakan tidak seharusnya aku tinggal ke rumah yang kutempati itu. Bukan karena rumahnya yang bermasalah, akan tetapi pohon mati yang tumbuh di halamannya.

Aku tidak tahu, apa nama pohon yang ada di samping halaman rumahku itu. Pohon itu tinggi dengan batang ramping dan memiliki ranting-ranting kecil yang tajam, sementara daunnya telah berguguran semua entah sejak kapan.

Teman-temanku mengatakan ada kuntilanak yang tinggal di sana. Kala ada yang melewati rumahku saat lewat tengah malam, mereka selalu melihat ada sesosok perempuan yang duduk di atas ranting pohon itu. Sosok itu adalah seorang perempuan yang mengenakan gaun tidur yang terseret di tanah. Dikatakan pula, kuntilanak itu terkesan berkulit pucat kebiruan dan juga cantik, walaupun tidak ada yang benar-benar pernah melihat rupanya dengan jelas. DI katakan juga bahwa, bahwa wajahnya selalu tertutup oleh rambutnya yang panjang hingga menggantung di bawah tubuhnya, kalau kuntilanak itu melayang pergi entah kemana.

Aku tertawa saat mendengarnya. Itu semua tidak mungkin benar, iyakan?

Mana ada sih kuntilanak.

Kalau pun ada, bukankah biasanya selalu orang lain yang melihatnya? Karena seperti yang aku bilang, aku ini adalah remaja rata-rata dan yang mendapat kesempatan melihat kuntilanak sangat sedikit sekali. Berarti bukan aku, iyakan?

Apa pun itu. Mau bagaimana pun juga aku menyangkalnya, tetap saja aku merasa takut.

Sering dikatakan, saat-saat yang menakutkan adalah antara pukul dua malam hingga pukul empat dinihari. Pada saat-saat itulah, bahkan seseorang yang gemar begadang pun akan terlelap. Namun sialnya, pada malam yang menakutkan itu, aku terbangun dari tidur.

Aku tidak terbiasa bangun dari tidur saat dinihari. Namun, malam ini aku ingin sekali buang air kecil. Mungkin ini akibatnya kalau sebelumnya kau terlalu banyak minum minuman bersoda saat menghadiri pesta ulang tahun teman.

Kamarku terletak di sebelah kiri rumah dengan jendela menghadap ke arah pohon besar itu. Biasanya aku selalu menutup tirai, akan tetapi, malam itu aku terlalu lelah, sehingga langsung tertidur saat kepalaku menyentuh bantal.

Lihat selengkapnya