Pulang.
Satu kata yang sangat dinantikan oleh hampir semua orang. Melepas penat dan bersenda gurau dengan keluarga. Menikmati malam yang penuh dengan tawa bahagia. Hal itu juga diharapkan oleh Bia. Jika sudah berharap jangan lupa siapkan diri untuk merasakan kecewa juga.
Saat sampai di rumah seharusnya sapaan senang dari kedua orang tua adalah hal pertama yang diterima. Paling tidak ada sebuah sapaan yang terucap. Namun, apa yang dia lihat kali ini?
"MANA UANG HARI INI?"
"Aku gak ada uang, Mas. Hari ini daganganku sepi. Hiks"
"ALAH ALESAN AJA KAN KAMU!"
"Beneran, Mas. Hiks hiks."
"UDAH GAK USAH NANGIS. INI HUKUMAN BUAT KAMU!"
Pria itu bersiap melayangkan tamparannya.
PLAK
"BIA...!"
"APA YANG KAU LAKUKAN BOCAH!"
"Sebelum Anda melepaskan tamparan Anda ke mama saya sebaiknya Anda harus merasakannya terlebih dahulu," ucap Bia tanpa rasa takut.
"INI BUKAN URUSANMU GADIS PEMBANGKANG!"
Pria itu bersiap melepaskan tamparannya lagi. Sementara ibunya, terduduk menangis sesegukan.
PLAAK
Kali ini tamparan itu mendarat di pipi Bia.
"Uhuuk..."