Menjadi babu? Tak dibayar pula. Mengapa hidup ini bertambah sulit? Kapan bahagia akan datang? Bahagia? Akankah dia datang? Tidak bisakah hidup ini sedikit lebih bahagia?
Semua kalimat itu terngiang di kepala Bia. Semenjak dia diklaim menjadi babu Radev secara sepihak hidupnya semakin menderita. Semangat ke sekolah sudah mencapai titik terendah alias nol. Andai Bia tak ingat bahwa ada ibu yang harus dia jaga kebahagiaannya, dia pasti sudah berhenti sekolah sejak lama. Kondisi di sekolahnya ini semakin membuatnya tertekan. Suasana yang sangat asing dan individualis. Jika hanya suasana itu dia tak terlalu mempermasalahkannya, dia tertekan karena adanya kehadiran Radev. Malaikat maut tampan yang sepertinya ingin membunuhnya secara perlahan. Membuat hari-harinya semakin buruk saja.
"Bukankah hidupnya sudah bahagia tanpa harus membuatku menderita. Dasar malaikat maut tampan! Andai saja aku sedikit kuat, akan ku hajar si Radev itu," runtuknya di sepanjang lorong ke kelasnya. Bia terus saja mengoceh sendiri mencaci maki Radev. Kali ini dia tak sadar jika ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi, karena dia sibuk menyumpah serapahi Radev.
"Laki-laki pengecut."
"Muka dua, dasar pria munafik."
"Apalagi wajahnya yang tampan tapi sok berkuasa itu, pengen ku ...iiihhh!"
"Dasar malaikat maut!"
Kalimat-kalimat penuh hujatan itu terus keluar dari bibir mungil Bia.
"Oh...jadi gini, ya? Di belakang lo maki-maki gue sesuka hati lo!"
Deg. Bia berhenti berjalan sambil mengoceh dan dengan perlahan menoleh ke belakang. Ia memperlihatkan wajah bingungnya pada Radev. Orang yang sejak tadi ia sumpah serapahi.
'Sejak kapan?' batinnya. Ia tak sadar ada orang yang mengikutinya sejak tadi karena dia sibuk mengoceh tidak jelas.
"Lo harus dapet hukuman!"
Radev menarik lengan Bia menuju taman belakang sekolah. Dengan mudahnya dia menghempaskan tubuh kecil Bia ke kursi taman yang kotor. Radev berdiri menatap menghakimi pada Bia. Bia tampak seperti seekor tikus yang siap diterkam harimau.
"Lo udah berani hujat gue di belakang, hukuman untuk lo adalah bersihin sepatu gue." Radev langsung melepas sepatunya dan melemparkannya tepat di rok Bia. Rok Bia jadi kotor.
"Lo tunggu di sini bentar, gak boleh ke mana-mana. Kalau lo cabut, lo bakal dapet hukuman lebih dari ini. Paham?"