From Angel to Devil

Wildan Ravi
Chapter #13

The Bride

Saat ingin keluar dari pintu toilet wanita, dari kejauhan Pinky melihat Clara, Diana dan May berjalan menuju ke arah toilet. Dengan cepat ia masuk kembali ke dalam, lalu bersembunyi di dalam salah satu bilik toilet. Tidak lama kemudian suara pintu terbuka, dan terdengar suara-suara yang tidak asing baginya.

"Gue kesel banget, udah beberapa hari ini Mike susah dihubungin dan udah nggak pernah lagi dateng ke kampus" ucap Clara.

"Daniel juga udah beberapa hari ini susah diajak ketemu" ucap Diana.

"Sabar guys, mungkin mereka sedang sibuk" ucap May menyemangati.

"Tapi ini nggak kayak biasanya May. Tinggal menghitung hari loh pernikahan gue" ucap Diana.

"Coba lo ajakin dia ketemu hari ini!" ucap Clara.

Diana mengambil handphone dari dalam tasnya lalu menghubungi Daniel. "Sayang, hari ini bisa ketemu?" tanya Diana.

"Bisa. Ya sudah nanti aku jemput kamu di kampus" jawab Daniel dari balik telfon.

Setelah telfon ditutup, Diana tersenyum girang. "Yes, dia bisa ketemu"

"Tuh kan gue bilang apa. Mungkin dia emang lagi sibuk kemarin" ucap May.

Dengan cepat, Pinky mengambil handphonenya, lalu mengirimkan pesan kepada Daniel.

"Bisa kita ketemu hari ini?"

Setelah pesan dikirim, Pinky belum mendapatkan jawaban. Tetapi tiba-tiba handphone Diana berdering. Dengan cepat ia mengangkatnya.

"Kenapa sayang?"

"Maaf sayang, sepertinya hari ini kita nggak bisa ketemu. Hari ini kerjaan aku banyak banget dan aku lupa nanti sore ada meeting" ucapnya.

"Hm... ya udah deh" ucap Diana lesu.

Setelah telfon dimatikan, Diana menunjukan emosinya dengan menggenggam handphonenya dengan kuat.

"Sabar Na!" ucap May sambil mengelus-elus punggung Diana.

"Selalu aja sibuk dan mentingin kerjaan" ucapnya kesal.

"Dia kerja keras kan buat lo juga Na" ucap Clara.

Dari dalam bilik toilet, Pinky tersenyum sinis mendengar pembicaraan mereka. Tiba-tiba handphone Pinky berbunyi, sontak mereka langsung mencari sumber suara. Dengan wajah yang panik dan dengan cepat Pinky mematikan telfon yang masuk tersebut.

"Siapa disitu?" tanya Clara sambil membuka satu persatu pintu bilik toilet, diikuti Diana dan May di belakangnya.

Tiba-tiba salah satu Pintu bilik terbuka, dan seorang wanita keluar sambil menelfon seseorang. Mereka bertiga pun hanya saling bertatapan, lalu pergi meninggalkan toilet. Pinky mengintip dari bawah pintu untuk melihat keberadaan sahabat-sahabatnya. Saat mengetahui mereka sudah tidak ada, Pinky bernafas lega mereka tidak menemukannya sedang menguping. Ia melihat handphone yang ada ditangannya, saat melihat yang menelfon barusan adalah Daniel, ia langsung menghubunginya kembali.

"Ada apa Niel?"

"Iya, kita bisa ketemu hari ini. Aku mau ajak kamu makan malam"

"Ok kalau begitu"

"Nanti malam aku jemput kamu di rumah ya"

"Nggak usah Niel, kita... kita ketemu di club aja, soalnya nanti malam aku ada urusan sama teman aku di sana" ucapnya panik sambil memikirkan alasan agar Daniel tidak menjemputnya di rumah.

"Ok kalau begitu, tapi kamu nggak usah bawa kendaraan ya"

Malamnya, dengan gaun dan make up yang membuat dirinya semakin cantik, Pinky menunggu Daniel menjemputnya di depan club.

"ih... lama banget sih" ucap Pinky kesal saat Daniel menghampirinya.

"Iya maaf, ada yang harus aku persiapkan" ucapnya dengan wajah memelas. "Kamu cantik banget malam ini"

"Hm... makasih" ucap Pinky sambil mencibirkan bibirnya.

Saat di dalam Mobil, Daniel mengambil sehelai kain berwarna putih dari sakunya. "Kamu harus tutup mata ya!"

"Buat apa?" tanyanya bingung.

"Nanti kalau udah sampai baru dibuka, biar surprise" jawabnya lalu mengikat kain itu kemata Pinky.

Sesampainya ditempat tujuan. "Udah siap?" tanya Daniel.

"Udah"

Saat penutup mata dibuka, Pinky terpesona dengan apa yang dilihatnya. Sebuah ruangan yang dihiasi lilin-lilin dan bunga-bunga beserta kelopak bunga yang berhamburan di lantai membuat suasana ruangan menjadi sangat romantis.

"Gimana?" tanya Daniel.

"Bagus banget. Kamu yang ngehias ini sendiri?" tanya Pinky terpukau.

"Iya, khusus buat kamu"

"So sweet banget" Daniel hanya tersenyum menanggapinya.

"Yuk kita makan!" ajak Daniel sambil menggandeng tangan Pinky ke sebuah meja.

"Kamu pesen dimana masakan-masakan ini?" tanyanya heran saat melihat makanan di atas meja yang terlihat seperti makanan di restoran bintang lima.

"Aku sendirilah yang masak" jawabnya dengan bangga.

"Serius?"

"Iya, kamu cobain deh!"

Pinky memakan hidangan yang disajikan. "Sumpah ini enak banget!" puji Pinky. Daniel hanya tersenyum.

Lihat selengkapnya