"Dok, pasiennya sudah sadar" panggil salah seorang suster.
Seorang Dokter masuk ke dalam kamar, lalu menghampiri Pinky yang terbaring lemas tak berdaya.
"Jangan sentuh akuu...!!!"
Saat Dokter ingin memeriksa keadaan Pinky, ia berteriak sambil menepis tangan sang dokter, lalu ia berusaha berdiri dan berlari ke arah pintu kamar. Dengan cepat para suster menahannya, lalu membawanya kembali ke tempat tidur.
"Toloonngg...!!!" teriak Pinky histeris. "Lepaskan aku! Jangan sakiti aku!" pintanya yang sudah kembali terbaring di tempat tidur.
"Kamu tenang saja, kami tidak ingin menyakiti kamu. Kami disini ingin membatu kamu" ucap sang Dokter sambil menyuntikan obat penenang.
"Tolong, jangan sakiti a.. ku..!" ucapnya lemas, lalu perlahan ia memejamkan matanya.
"Sepertinya dia mengalami trauma yang berat" ucap sang Dokter kepada suster. Dengan samar-samar Pinky pun mendengar ucapan Dokter tersebut.
Keesokan harinya, saat Pinky sadarkan diri, ia langsung ingin bangun dari tidurnya, Dokter pun menahannya.
"Saya mohon kamu tenang! Jangan panik!" pinta sang Dokter.
"Saya ada dimana?" tanyanya bingung.
"Kamu ada dirumah sakit dan kamu sudah dua minggu tidak sadarkan diri" jawab sang Dokter.
"Apa yang terjadi?"
"Kamu mengalami kecelakan. Kami tidak menemukan identitas apapun mengenai kamu. Jadi kami tidak bisa menghubungi keluarga ataupun kerabat yang bisa dihubungi. Bisa beritahu siapa nama kamu?"
"Nama? Nama aku?" jawabnya dengan raut wajah sangat bingung. "Nama aku? Nama aku?" ucapnya berfikir keras sambil memgang kepalanya. "Arrgghh... siapa nama akuu..." teriaknya dengan emosi.
"Kamu tenang, jangan dipaksakan!" pinta sang Dokter sambil menahannya agar tidak histeris.
"Nama aku siapa Dok? Saya tidak bisa mengingat apa-apa" ucapnya semakin panik sambil menarik-narik seragam sang dokter.
Dengan cepat Dokter menyuntikannya obat penenang dan membuatnya tidur kembali. Keesokan harinya Pinky terbangun, tidak lama setelahnya seorang suster masuk membawakan makanan, lalu menyuapinya.
"Sus, kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa?" tanyanya.
"Sepertinya karena benturan keras dikepala, kamu mengalami amnesia atau lupa ingatan"
"Amnesia?" tanyanya bingung.
"Iya, tapi kamu tenang saja, kami sudah melaporkan ke polisi agar mereka bisa membantu menemukan keluarga kamu"
Setelah sang suster pergi, Pinky mencabut infus ditangannya, lalu melangkah dengan perlahan keluar kamar. Ia berjalan dengan kepala tertunduk agar tidak ada yang melihatnya.
"Kamu mau kemana?" tanya seorang suster dihadapannya.
"Aku mau jalan-jalan sus, bosan dikamar saja"
"Kamu belum boleh keluar kamar, apa lagi jalan-jalan. Kondisi kamu masih belum stabil. Ayo kembali ke kamar! Kalau mau keluar, saat kondisi kamu sudah lebih baik, dan itu pun harus didampingi perawat" ucap suster sambil menahan tangan Pinky.
Pinky melepaskan genggaman tangan suster itu, lalu ia melarikan diri. Suster tersebutpun mengejarnya sambil berteriak meminta bantuan. Karena Pinky lari cukup cepat, ia berhasil melarikan diri dari suster-suster yang mengejarnya. Ia bersembunyi disebuah ruangan, ia melihat ada seragam suster yang berupa jas dan perlengkapannya. Tanpa pikir panjang, Pinky melepaskan perban dikepala dan tangannya, lalu mengenakan seragam suster, topi dan masker agar wajahnya tidak terlihat. Setelah rapih, ia keluar dari ruangan itu, lalu kembali melangkah untuk keluar dari rumah sakit.
Setelah berhasil melarikan diri, Pinky berjalan tak tentu arah. Ia melepaskan seragam, masker dan topi suster yang ia kenakan, lalu membuangnya. Ia terus berjalan dengan mengenakan pakaian rumah sakit sambil berusaha mengingat kembali ingatannya. Setelah cukup lama dan jauh berjalan, ia pun kelelahan, dengan jalan yang sempoyongan.