Pinky berjalan di parkiran apartement dengan menenteng sebuah helm berwarna pink untuk menghampiri motor barunya. Beberapa saat ia hanya memandanginya. Pinky menghelakan nafas panjang lalu memberanikan diri untuk menaikinya. Dengan gugup ia menyalakan mesin motornya, lalu mengenakan helm yang ada di tangannya.
Pinky memejamkan matanya, berusaha untuk mengingat cara untuk mengendarai motor tersebut. Ia membuka matanya kembali, menatap tajam lurus ke depan, lalu menjalankan motornya. Pinky tersenyum lebar karena ia bisa dan masih mengingat cara mengendarai motor tersebut. Dengan lincah ia mengendarai dan menyalip mobil-mobil yang ada di jalanan.
Saat sedang berada di lampu merah, Pinky menghentikan motornya di samping sebuah mobil. Karena cuaca kota Jakarta yang panas, ia melepas helm yang ia kenakan. Melihat wajah Pinky, pengemudi mobil di sampingnya terdiam sambil membelalakan mata, lalu menurunkan jendela mobilnya. Dengan cepat Pinky mengenakan kembali helmnya, lalu mengendarai kembali motornya, karena lampu sudah berubah menjadi hijau.
"PINKYY..." teriak pengendara mobil itu.
Pengendara mobil itu adalah Ilya. Tidak ingin kehilangan jejaknya, Ilya pun mengejarnya. Pinky tidak sadar dirinya sedang dikejar olehnya. Saat di lampu merah berikutnya, saat lampu berwarna kuning, Pinky sudah melewatinya, tetapi Ilya menginjak pedal rem mobilnya karena lampu sudah beganti menjadi merah. Ilya segera turun dari mobilnya sambil memandangi Pinky yang semakin menjauh.
"PINKYYY...!!!" teriak Ilya sekuat tenaga, berharap Pinky mendengarnya.
Ilya duduk bersimpuh sambil menundukan kepala dan menggenggam kedua tangannya dengan kuat karena ia tidak rela kehilangan Pinky untuk kesekian kalinya. Air matanya pun menetes membasahi aspal sedikit demi sedikit.
***
Daniel menghampiri Pinky yang sedang memasak di dapur. "Yuk, kamu siap-siap! kita pergi"
"Mau pergi kemana?" tanyanya bingung.
"Kesuatu tempat, mungkin ingatan kamu bisa sedikit pulih"
"Udahlah Niel, kamu nggak usah mikirin ingatan aku. Kalau memang sudah waktunya, ingatan aku juga pasti nanti akan kembali dengan sendirinya" ucap Pinky, karena ia sudah lelah untuk memaksakan diri agar ingatannya kembali.
Waktupun terus berlalu, hingga tak terasa Pinky pun menyimpan rasa untuk Daniel. Daniel pun memberanikan diri untuk melamar Pinky di sebuah restoran. Dengan yakin ia menerima lamaran tersebut.
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba, para tamu undangan telah datang memenuhi lokasi pernikahan yang berkonsep outdoor dan bernuansa serba putih. Pinky menatap dirinya dicermin, ia mengenakan sebuah gaun pernikahan berwarna putih. Ia membolak-balikan badannya, lalu tiba-tiba terlintas ingatan saat ia mengenakan gaun putih diacara pertunangannya dengan Mike. Ia pun menjadi sempoyongan karena menahan sakit kepala yang ia rasakan.
"Pinky, kamu tidak apa-apa?" tanya salah seorang kerabat Daniel yang menjadi pengiring pengantin.
"Iya aku nggak apa-apa"
Pinky berjalan menuju altar melewati para tamu undangan. Dan lagi-lagi ingatan acara pertunangannya dengan Mike kembali muncul. Ia kembali sempoyongan sambil memegang kepalanya. Dengan cepat pengiring pengantin menahan tubuhnya.
"Kamu yakin nggak apa-apa?" tanya pengiring pengantin khawatir.
"Iya, aku nggak apa-apa" jawabnya sambil berusaha untuk berjalan tegak lurus kembali.
Daniel yang melihat hal itu pun menjadi khawatir. Setelah Pinky sampai di atas altar, mereka mengucapkan janji suci, lalu Daniel mengambil cincin yang telah dibawa pengiring pengantin. Saat melihat cincin itu, kepala Pinky menjadi semakin sakit, karena ingatan saat ia bertunangan dengan Mike dan ingatan-ingatan yang lain mulai bermunculan.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Daniel khawatir sambil memegang pundak Pinky. Begitu juga para tamu undangan yang melihat dan membicarakan kejadian itu.
Pinky menundukan kepala, ia berusaha mengatur nafasnya karena dadanya yang terasa sesak. Setelah lebih baik, ia mengangkat kembali kepalanya, lalu berusaha untuk tersenyum kembali.
"Aku nggak apa-apa" jawabnya sedikit menggelengkan kepala.
Acara pun dilanjutkan, saat Daniel akan memasukan cicin ke jari manis Pinky, terdengar suara dari kejauhan.