Pinky berjalan di bandara kota seoul sambil menarik koper yang ia bawa. Setelah itu ia pergi menggunakan taxi, lalu memberikan secarik kertas berisikan alamat kepada supir taksi untuk membawanya ke alamat tersebut. Setelah sampai disebuah bangunan yang mirip kost-kostan, ia masuk ke dalamnya dan mencari kamar 215. Dengan jantung yang berdegup kencang, Pinky mengetuk pintuk kamar itu. Tetapi sama sekali tidak ada respon dan jawaban dari dalam kamar.
Siang berganti malam, Pinky masih duduk di depan pintu kamar itu, menunggu pemiliknya kembali. Tiba-tiba seorang pria yang sudah cukup tua lewat di depannya, dan dengan cepat Pinky berdiri dari duduknya.
"Annyeonghaseyo" sapa Pinky sambil membungkukkan badan, karena sebelum berangkat ia sempat mempelajari sedikit bahasa korea.
"Annyeonghaseyo" balas pria itu.
"I'm sorry, can you speak english?" tanya Pinky.
Pria tersebut hanya terdiam sambil mengerutkan kening dengan wajah bingung seolah ia tidak mengerti apa yang Pinky katakan. Dengan cepat Pinky mengeluarkan handphonenya, lalu menunjukan foto Ilya kepada pria itu.
"Do you know him?" tanyanya.
"Ohh... yes... yes..."
"Where?" tanya Pinky sambil mengangkat kedua tangannya.
"Go... go..." jawab pria tua itu sambil mengibas-ngibaskan tangan.
"Go where?" tanyanya sedikit bingung ucapan pria tua itu.
Pria tua itu mengangkat kedua pundaknya. "Three, three month" jawabnya sambil mengangkat tiga jari tangannya.
"Hm... apa mungkin maksudnya Ilya sudah pergi tiga bulan yang lalu?" bisik Pinky dalam hati. "Ok, thank you!" ucapnya sambil membukukan badan.
Pinky berjalan di pinggir jalan kota Seoul, ditengah malam yang dihiasi terangnya lampu-lampu neon yang berwarna-warni. Ia memutuskan untuk menginap di hotel. Saat di dalam kamar hotel, Pinky langsung menghubungi Tante Emma untuk memberikan kabar.
"Apa, Ilya tidak ada?" tanya Tante Emma terkejut.
"Sepertinya Ilya sudah pindah Tan" jawabnya.
"Ya sudah kalau begitu kamu pulang saja Pinky ke Jakarta. Tante juga sudah kirim email ke Ilya kalau kamu sudah kembali"
"Pinky masih ingin di sini dulu Tan. Aku akan berusaha mencari Ilya"
Hari demi hari pun berlalu, dan Pinky lewati hari-harinya hanya untuk mencari Ilya di kota Seoul. Suatu malam, ia mampir ke sebuah bar untuk menenangkan diri. Saat sedang menikmati minumannya, dari kejauhan ia melihat seorang waitress sedang digoda dengan paksa oleh seorang pria bule yang sedang mabuk. Ia langsung meneguk habis minumannya, lalu menghampiri mereka.
"Come on baby, give me a kiss!" ucap bule itu sambil memeluk sang waitress dan memanyunkan bibir berusaha untuk mencium.
"Don't touch me!" ucap waitress itu sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan si bule.
"Do you want a kiss?" tanya Pinky kepada bule itu.
"Yes, do you want kiss me?" tanya bule itu sambil melepaskan pelukannya, waitress tersebut langsung menyingkir sedikit jauh.
"Ofcourse" jawab Pinky menghampiri bule itu, lalu duduk dipangkuannya.
"You are so beautiful" puji bule itu.
"Thanks!" ucapnya sambil mendekatkan bibirnya dengan perlahan ke bule itu, sebelum bibir mereka bersentuhan dengan cepat Pinky membenturkan keningnya ke hidung si bule.
"Wow..." teriak para pengunjung yang melihat kejadian itu.
Bule tersebut langsung teriak kesakitan sambil memegang hidungnya. Dengan jalannya yang angkuh, Pinky pergi meninggalkan si bule dan bar itu.
"Hei!"
Saat baru berjalan beberapa langkah di luar bar, dari kejauhan seseorang memanggilnya. Pinky menghentikan langkahnya lalu membalikan badan ke arah sumber suara. Waitress itu berlari menghampirinya.
"Hei, thanks for saving me!" ucap waitress.